Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Pangeran Arab Saudi Bikin Heboh, Ancam Amerika dengan Jihad dan Syahid

Salah satu pangeran Arab Saudi mengancam Amerika Serikat di tengah tegangnya hubungan kedua negara.

17 Oktober 2022 | 18.19 WIB

Presiden AS Joe Biden berbincang dengan Pangeran Mohammed bin Salman saat mengunjungi Al Salman Palace, di Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
Perbesar
Presiden AS Joe Biden berbincang dengan Pangeran Mohammed bin Salman saat mengunjungi Al Salman Palace, di Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pangeran Arab Saudi Saud al-Shaalan, yang merupakan sepupu Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, mengancam akan melakukan tindak kekerasan terhadap Amerika Serikat. Ancaman ini diungkapkan di tengah memburuknya hubungan Arab Saudi dan AS atas keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak.

Baca: Biden Tak Mau Bertemu Pangeran MBS di KTT G20 Bali, Alasannya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dalam sebuah video yang beredar, Pangeran Saud al-Shaalan mengatakan, "Siapa pun yang menantang keberadaan kerajaan ini, adalah proyek jihad dan syahid." Saud al-Shaalan terdengar mengeluarkan peringatan dalam bahasa Inggris dan Prancis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut advokat HAM Arab Saudi Abdullah Alaoudh, Saud al-Shaalan merupakan pemimpin suku dan cucu Raja Abdulaziz, yakni pendiri Arab Saudi. Ancaman terhadap Barat datang ketika hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi mencapai titik nadir. Akibat kenaikan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, Washington melobi anggota kartel minyak OPEC+, terutama Arab Saudi untuk meningkatkan produksi.

Pada Juli 2022, Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi. Sebelumnya dia telah berjanji mengubah Arab Saudi menjadi paria setelah pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018. Dia yakin bahwa Arab Saudi akan meningkatkan produksi.

Sebaliknya, Arab Saudi mendukung keputsan OPEC+ yang memangkas produksi minyak. Keputusan ini membuat Amerika Serikat murka.  Washington bereaksi keras dan menuduh Arab Saudi membantu Rusia untuk meringankan tekanan sanksi atas perang Ukraina.

Alaoudh, yang termasuk dalam kelompok Demokrasi di Arab World Now yang dibentuk oleh Khashoggi, mengatakan di Twitter bahwa video Saud al-Shaalan menunjukkan ancamannya terhadap Barat dengan jihad dan kesyahidan. "Ini adalah pernyatan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan negara," cuitnya.

Dalam pernyataannya Minggu, 16 Oktober 2022, juru bicara Gedung Putih menyatakan Presiden AS Joe Biden akan bertindak metodis dalam menghadapi Arab Saudi yang memangkas produksi minyaknya. Biden juga tak mau bertemu putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman di KTT G20 di Bali. 

Menurut penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan, Biden akan mengevaluasi kembali hubungan AS-Arab Saudi. "Jadi Presiden Biden tidak akan bertindak tergesa-gesa. Dia akan bertindak secara metodis, strategis dan dia akan meluangkan waktu untuk berkonsultasi dengan anggota kedua partai," kata Sullivan.

Baca juga: Arab Saudi Beri Bantuan Kemanusiaan Rp6,1 Triliun ke Ukraina

MIDDLE EAST EYE | REUTERS | NESA AQILA | DRC

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus