Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan penyelidikan menyeluruh pada terkait penyebab ledakan besar di pelabuhan selatan utama. Ledakan tersebut menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Instruksi Khamenei pada Minggu, 27 April 2025 itu disampaikan setelah Presiden Masoud Pezeshkian mengunjungi lokasi ledakan di Pelabuhan Shahid Rajaee dekat Selat Hormuz yang strategis. Api masih berkobar pada hari Minggu lebih dari 24 jam setelah ledakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pejabat keamanan dan peradilan berkewajiban untuk menyelidiki secara menyeluruh, mengungkap setiap kelalaian atau kesengajaan, dan menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan," kata Khamenei dalam pesan yang disiarkan oleh televisi pemerintah, seperti dilansir dari Channel News Asia.
Ledakan menyebabkan asap yang menyesakkan. Polusi udara menyebar ke seluruh wilayah dan semua sekolah. Kantor di Bandar Abbas, ibu kota provinsi Hormozgan di dekatnya, diperintahkan ditutup untuk memungkinkan pihak berwenang fokus pada upaya darurat, kata televisi pemerintah.
Kementerian kesehatan menghimbau warga untuk tidak keluar rumah sampai pemberitahuan lebih lanjut dan menggunakan masker pelindung.
Setibanya di Bandar Abbas, Presiden Masoud Pezeshkian menyampaikan bahwa ia datang untuk melihat langsung kondisi ledakan di lapangan. "Kami akan berusaha untuk memberikan perhatian kepada keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai, dan kami pasti akan memberikan perhatian kepada orang-orang terkasih yang terluka," katanya.
Sebuah foto yang dirilis oleh kantor Pezeshkian menunjukkan presiden berada di samping tempat tidur seorang pria yang terluka akibat ledakan itu.
Kedutaan Besar Rusia mengatakan Moskow mengirimkan sejumlah spesialis pengangkut pesawat untuk membantu memadamkan api.
The New York Times mengutip seseorang yang memiliki hubungan dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran, mengatakan bahwa yang meledak adalah natrium perklorat, bahan utama bahan bakar padat untuk rudal.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Reza Talaei-Nik mengatakan kepada TV pemerintah bahwa tidak ada kargo impor atau ekspor untuk bahan bakar militer atau keperluan militer di wilayah tersebut.
Kantor bea cukai pelabuhan mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh televisi pemerintah bahwa ledakan mungkin disebabkan oleh kebakaran yang terjadi di depot penyimpanan bahan kimia dan berbahaya.
Pilihan editor: Prosedur Konklaf Pasca Paus Fransiskus: Sudah Berusia Ratusan Tahun