Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tel Aviv -Pernyebab perang enam hari Israel melawan tiga negara Arab, yakni Mesir, Suriah, dan Yordania bermula dari Mesir menutup kawasan Selat Tiran tahun 1950.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selat Tiran perannya sangat vital bagi Israel. Kapal-kapal Israel harus melewati Selat Tiran jika tidak ingin memutari Afrika Selatan untuk mencapai benua Afrika dan Timur Jauh (Asia Tenggara).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 1956, Israel menyerang Semenanjung Sinai dalam upaya membuka Selat Tiran. Israel berhasil memaksa Mesir membuka Selat Tiran dan menjamin keamanan kapal-kapal mereka untuk bisa melewati perairan tersebut.
Sebagai penengah konflik, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menempatkan pasukan darurat di sepanjang tapal batas antara Israel dan Mesir untuk mencegah terjadinya perang antara kedua negara tersebut.
Dikutip dari History, Israel juga terlibat ketegangan dengan Suriah. Hal itu disebabkan karena Suriah melindungi pasukan gerilya Palestina yang menyerang perbatasan Israel pada pertengahan 1960-an.
Sebagai balasan, Israel menyerang balik yang berpuncak pada April 1967. Terjadi perang udara dan serangan meriam antara Israel kontra Suriah. Pertempuran kecil ini dimenangkan oleh Israel dan berakhir dengan kehancuran 6 jet Suriah.
Konflik Israel dengan negara-negara Arab semakin panas. Terlebih kala itu masih dalam situasi Perang Dingin antara Uni Soviet melawan Amerika Serikat (AS).
Uni Soviet mendukung Mesir, sementara AS ada di belakang Israel.
Pada pertengahan 1967, Mesir menerima informasi dari intelijen Uni Soviet bahwa tentara Israel sudah menuju perbatasan utara Suriah untuk menyiapkan serangan. Rupanya, itu informasi palsu namun Mesir sudah terpantik.
Sebagai bentuk dukungan pada Suriah, Presiden Mesir kala itu, Gamal Abdel Nasser, mengerahkan pasukan menuju Semenanjung Sinai. Setelah tiba di wilayah tersebut, barulah Mesir menyadari bahwa informasi dari intelijen Uni Soviet tersebut keliru.
Kendati demikian, Mesir tetap mempertahankan pasukannya di Semenanjung Sinai dan mengusir pasukan darurat PBB yang menjaga perbatasan antara Mesir dan Israel.
Fase Perang Berpetak, Apa Itu?
Bagi pemerintah Israel, tindakan Mesir mengusir pasukan PBB itu adalah aksi casus belli, yaitu upaya untuk memprovokasi perang.
Terlebih, Mesir melarang (lagi) lalu-lintas kapal Israel melewati Selat Tiran. Di saat itu juga, Gamal Abdel Nasser menghubungi Raja Yordania untuk meminta bantuan pertahanan.
Perang berpetak, Israi melawan tiga negara sebagai berikut:
- Perang Pertama: Israel vs Mesir.
Ketika situasi di kawasan Semenanjung Sinai kian genting, Presiden AS, Lyndon B. Johnson, meminta dukungan internasional untuk mendesak Mesir agar membuka kembali Selat Tiran yang merupakan jalur penting industri laut bagi Israel.
Selanjutnya: Belum sempat keputusan diambil, Israel sudah invasi Semenanjung Sinai...
Belum sempat keputusan diambil, Israel sudah menyerang Semenanjung Sinai dengan tajuk Operasi Fokus. Pada 5 Juni 1967, tentara udara Israel yang diperkuat 200 pesawat tempur menggempur Mesir dari sisi utara.
Pihak Mesir tidak menduga akan menerima serangan mendadak dari Israel pada hari itu. Akibatnya, 90 persen kekuatan tempur Mesir hancur, termasuk 18 pangkalan udaranya. Pada saat bersamaan, Israel meluaskan jangkauan serangnya hingga ke Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai.
Keadaan ini menjadikan Israel mengungguli Mesir. Di pengujung hari tanggal 5 Juni 1967, Israel menguasai penuh jalur tempur udara di kawasan tersebut.
Merasa tidak mampu bertahan atas serangan Israel, Presiden Gamal Abdel Nasser memerintahkan pasukannya untuk mundur dari Semenanjung Sinai.
Israel terus memburu dan menghancurkan pasukan Mesir yang sedang ditarik mundur. Akibatnya, Semenanjung Sinai pun lepas dan dikuasai Israel.
- Perang Kedua: Israel vs Yordania
Gamal Abdel Nasser membujuk Raja Yordania, Hussein I, agar menyerang Israel. Presiden Mesir itu mengatakan kepada Hussein I bahwa pihaknya berhasil mematahkan serangan Israel.
Yordania menerima informasi itu mentah-mentah dan menyiapkan serangan terhadap Israel. Tentara Yordania kemudian menembaki Israel dengan meriam dari Yerusalem.
Israel membalas dengan serbuan yang lebih mematikan sehingga berhasil merebut Yerusalem dan Tepi Barat. Tidak hanya itu, Israel juga meluaskan serangannya dan merebut Kota Tua Yerusalem yang mencakup kompleks Masjid Al-Aqsa pada 7 juni 1967.
- Perang Ketiga, Israel vs Suriah
Lantaran Suriah turut memberikan dukungan pada Mesir dan Yordania, Israel pun melancarkan serangan darat di perbatasan timur laut Suriah. Pada 9 Juni 1967, tank dan pasukan infanteri Israel menjebol paksa Dataran Tinggi Golan milik Suriah.
Keesokan harinya, tentara Israel berhasil menguasai Dataran Tinggi Golan dan mengalahkan pasukan Suriah.
Dalam konflik tersebut, Israel menarik perhatian dunia karena memenangkan pertempuran. Kendati Perang Arab-Israel hanya berlangsung selama enam hari, yaitu 5-10 Juni 1967, namun kekalahan 3 negara Arab atas Israel mengubah wajah geopolitik Timur Tengah selamanya.
IDRIS BOUFAKAR
Baca: Delegasi Hamas ke Rusia Minta Dukungan, Sempat Bertemu Ramzan Kadyrov Chechnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.