Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ribu warga Brasil mengadakan protes di Paulista Avenue, Sao Paulo pada Ahad, 25 Februari 2024 untuk mendukung bekas Presiden Jair Bolsonaro, menyusul penyelidikan polisi bahwa dia mencoba merencanakan kudeta setelah kalah dalam pemilihan umum pada 2022.
Bolsonaro membantah tuduhan tersebut, dan mengecam putusan pengadilan pemilu tertinggi di Brasil yang melarang dia mencalonkan diri sebagai presiden selama delapan tahun atau hingga 2030. Tuduhan tersebut ia bantah meski dirinya yang menyerukan unjuk rasa setelah digerebek polisi yang menginvestigasi dugaan kudeta awal bulan ini.
“Apa itu kudeta? Tank di jalanan, senjata, konspirasi. Hal seperti itu tidak terjadi di Brasil,” kata Bolsonaro kepada para pendukungnya, yang meramaikan enam blok Paulista Avenue yang ikonik di Sao Paulo.
Polisi menyita paspor Bolsonaro awal Februari, setelah ia dituduh mengedit rancangan keputusan untuk membatalkan hasil pemilu usai kekalahannya dari kandidat sayap kiri Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pada 2022. Bolsonaro juga diduga menekan para pemimpin militer untuk bergabung dalam upaya kudeta, dan berupaya memenjarakan hakim Mahkamah Agung usai kekalahannya.
Ratusan pendukung Bolsonaro juga ditangkap dan menghadapi dakwaan atas penyerbuan dan penggeledahan istana kepresidenan Brasil, Mahkamah Agung, dan Kongres pada 8 Januari 2023, sepekan setelah Lula menjabat.
Bolsonaro, seorang populis sayap kanan yang kerap disamakan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengatakan pada Ahad bahwa dirinya sedang dipersekusi, dan bahwa rancangan keputusannya didasarkan pada konstitusi.
Ia juga menyerukan amnesti bagi orang-orang yang ikut serta dalam kerusuhan 8 Januari 2023. “Kami meminta semua 513 anggota kongres, 81 senator, untuk membuat rancangan undang-undang amnesti sehingga keadilan dapat ditegakkan di Brasil,” ujarnya.
Mantan presiden berusia 68 tahun itu menyampaikan pidatonya selama 20 menit di atas sebuah truk yang dikelilingi oleh para pendukungnya yang mengenakan pakaian hijau dan kuning.
Banyak di antara mereka membawa bendera Israel. Keputusan mereka untuk melakukan itu datang di tengah perselisihan diplomatik Brasil dengan Israel atas komentar Lula yang menyamakan serangan Israel di Gaza dengan Holokaus, yaitu genosida Jerman Nazi selama Perang Dunia Kedua.
Bolsonaro, yang pekan lalu mengatakan bahwa pernyataan presiden sayap kiri itu bersifat kriminal, juga mengibarkan bendera Israel.
REUTERS | AL JAZEERA
Pilihan editor: Mesir: Negosiasi Gencatan Senjata Israel-Hamas Diharapkan Rampung Pekan Ini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini