Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Rektor Columbia University Mundur Setelah Diguncang Demo Gaza

Rektor Columbia University mengundurkan diri setelah menuai kritik atas penanganannya terhadap protes terkait serangan di Gaza.

15 Agustus 2024 | 12.42 WIB

Mahasiswa Columbia University unjuk rasa mendukung Palestina dari serangan Israel di Gaza, 12 Oktober 2023 [Jeenah Moon/Reuters]
Perbesar
Mahasiswa Columbia University unjuk rasa mendukung Palestina dari serangan Israel di Gaza, 12 Oktober 2023 [Jeenah Moon/Reuters]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden atau rektor di Universitas Columbia (Colombia University) Minouche Shafik mengundurkan diri pada Rabu, 14 Agustus 2024. Ia mundur setelah hampir empat bulan menuai kritik dari pihak pro-Israel dan pro-Palestina atas caranya menangani protes kampus terkait serangan Israel di Jalur Gaza. Ia mengumumkan pengunduran dirinya melalui surel kepada staf dan mahasiswa. 
 
“Selama musim panas, saya telah mampu merenung dan telah memutuskan bahwa kepindahan saya di titik ini akan memungkinkan Columbia untuk mengatasi tantangan di masa mendatang,” tulis Shafik, seperti dikutip surat kabar mahasiswa Columbia Spectator. 
 
Pengumuman tersebut muncul hanya beberapa pekan sebelum dimulainya tahun akademik 2024-25. Ia mengatakan, “Saya membuat pengumuman ini sekarang agar kepemimpinan baru dapat terbentuk sebelum tahun akademik baru dimulai.”
 
Dalam surelnya, ia menulis bahwa beberapa bulan terakhir merupakan periode kekacauan yang membuat “sulit untuk mengatasi pandangan yang berbeda di seluruh komunitas” Columbia. Shafik mengatakan hal itu telah berdampak “cukup besar” bagi keluarganya, begitu juga dengan para anggota komunitas kampus.
 
Dengan kepindahan tersebut, rektor Columbia University ke-20 itu akan kembali ke Inggris, tempat ia menghabiskan sebagian besar kariernya.
 
Shafik, ekonom kelahiran Mesir yang memegang kewarganegaraan Inggris dan Amerika Serikat, sebelumnya menjabat sebagai wakil gubernur Bank of England, presiden London School of Economics, dan wakil direktur pelaksana di Dana Moneter Internasional. Ia menjadi presiden Columbia pada Juli 2023.


 
Katrina Armstrong, wakil presiden eksekutif Columbia untuk layanan kesehatan dan biomedis, akan menjabat sebagai presiden sementara, menurut situs web universitas tersebut.
 
Pada April dan Mei lalu, para pengunjuk rasa dari Columbia menduduki sebagian kampus Upper Manhattan untuk memprotes kematian warga sipil Palestina dalam serangan Israel di Gaza. Mereka mendirikan puluhan tenda dan menuntut agar Columbia melakukan divestasi dari Israel. Protes besar-besaran itu mengakibatkan ratusan orang ditangkap. 
 
Shafik mendapat kritik dari dua sisi atas penanganannya terhadap protes tersebut. Para demonstran mengecam Shafik karena memanggil polisi New York ke kampus untuk menghentikan demonstrasi, sementara para pendukung pro-Israel mengecamnya karena gagal menerapkan tindakan tegas untuk menghentikan protes.
 
Menanggapi mundurnya Shafik, kelompok Students for Justice in Palestine cabang Columbia menulis pada Rabu malam di X bahwa “setiap presiden berikutnya yang tidak mengindahkan tuntutan kuat dari badan mahasiswa Columbia untuk divestasi akan berakhir persis seperti yang dialami Presiden Shafik.”
 
Sementara, organisasi Yahudi anti-Zionis Jewish Voice for Peace cabang Columbia mengatakan, “Mahasiswa Columbia tidak akan pernah melupakan kekerasan yang dilakukan oleh Minouche Shafik kepada kami, dan kami tidak akan puas dengan pemecatannya sementara penindasan universitas terhadap gerakan mahasiswa pro-Palestina terus berlanjut.”
 
Sebelumnya, Shafik telah menghadapi seruan berulang kali dari anggota Komite DPR untuk Pendidikan dan Tenaga Kerja untuk mengundurkan diri. Ia bersaksi di depan komite pada 17 April, dan diinterogasi tentang keselamatan mahasiswa Yahudi di kampus dan tindakan apa yang telah diambil Columbia untuk mendisiplinkan demonstran pro-Palestina.
 
Shafik menjadi presiden universitas Ivy League ketiga yang mengundurkan diri karena ketegangan di kampus terkait serangan di Gaza, setelah Liz Magill dari University of Pennsylvania dan Claudine Gay dari Harvard University. Shafik menjalani masa jabatan terpendek dalam sejarah Columbia sejak 1801, dengan hanya menjadi presiden selama 13 bulan dan 13 hari.
 
REUTERS | COLUMBIA SPECTATOR.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus