Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Tak Ada Pembalut, Perempuan Gaza Terpaksa Gunakan Sisa Terpal Tenda

Para perempuan Gaza terpaksa menggunakan pakaian, handuk hingga sisa bahan terpal tenda untuk digunakan sebagai pengganti pembalut.

22 Januari 2024 | 08.58 WIB

Seorang wanita dan seorang gadis Palestina beristirahat di tenda pengungsian di persimpangan Rafah di perbatasan dengan Mesir, di Jalur Gaza selatan, 8 Desember 2023. Lebih dari 5.000 perempuan telah terbunuh sejak Israel mengobarkan perang di Gaza akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan. REUTERS/Mohammed Salem
Perbesar
Seorang wanita dan seorang gadis Palestina beristirahat di tenda pengungsian di persimpangan Rafah di perbatasan dengan Mesir, di Jalur Gaza selatan, 8 Desember 2023. Lebih dari 5.000 perempuan telah terbunuh sejak Israel mengobarkan perang di Gaza akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan. REUTERS/Mohammed Salem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel selama tiga bulan terakhir dan blokade total atas bantuan kemanusiaan ke Gaza membuat pembalut yang sangat dibutuhkan saat menstruasi tidak tersedia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Seperti dilaporkan Sky News pada Minggu, para perempuan Gaza terpaksa menggunakan pakaian, handuk hingga sisa bahan terpal tenda untuk digunakan sebagai pengganti pembalut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Riham Jafari, seorang pekerja ActionAid yang berbasis di Bethlehem, mengatakan, "Bayangkan Anda harus menjalani menstruasi Anda tanpa produk menstruasi, tisu toilet atau sabun, dan tidak ada kesempatan untuk mencuci diri sendiri. Ini adalah kenyataan yang dialami ratusan ribu perempuan dan anak perempuan di Gaza saat ini.”

Penggunaan bahan-bahan yang tidak bersih sebagai produk sanitasi dapat menimbulkan risiko infeksi dan berpotensi menimbulkan sindrom syok toksik yang mematikan.

“Beberapa wanita memotong sebagian handuknya untuk digunakan saat menstruasi – ini tidak sehat. Mereka menggunakan bagian tenda atau ijuk. Mereka memotong sebagian untuk digunakan sebagai bantalan dan beberapa dari mereka menggunakan pakaian tambahan sebagai penyerap darah.”

Perempuan dan anak perempuan merupakan 70% dari 25.000 orang yang terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Seorang pekerja ActionAid Palestine, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, menambahkan: "Tidak ada air yang tersedia untuk saya bersihkan selama menstruasi. Saya tidak memiliki pembalut untuk kebutuhan saya sendiri."

Seorang wanita bernama Adara, yang terpaksa meninggalkan rumahnya bersama keempat anaknya, mengatakan mereka “sangat menderita setiap kali kami ingin pergi ke kamar mandi” dan harus “mengantre dalam waktu yang lama”.

Dengan sangat sedikitnya air bersih yang mengalir di Gaza, masyarakat di sana tidak mampu memenuhi kebutuhan 15 liter per orang per hari.

Menurut perkiraan badan PBB untuk Palestina, hanya satu dari tiga jaringan pipa air antara Israel dan Gaza yang berfungsi, dan hanya ada satu toilet untuk setiap 486 orang.

ActionAid menyerukan gencatan senjata untuk memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke wilayah tersebut.

SKY NEWS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus