Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, tentu saja, bekas Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan itu tetap mampu merancang strategi dari sel penjara. Pertama, Anwar menyatakan akan mengajukan gugatan terhadap PM Mahathir Mohamad ke Pengadilan Tinggi. Berkas gugatan itu mempermasalahan pemecatan terhadap Anwar yang dianggap tidak sah karena Mahathir memecat dirinya sebelum memberi tahu Raja. Dan gugatan ini dilakukan persis beberapa hari sebelum APEC berlangsung. Selain layangan gugatan Anwar, sang istri, Wan Azizah, sudah punya janji pertemuan dengan Menlu AS Madeline Albright. Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dan Perdana Menteri Kanada Jean Chretien bahkan secara resmi membatalkan pembicaraan bilateral dengan sang tuan rumah APEC, Mahathir Mohamad, karena prihatin atas kasus Anwar.
Sementara itu, para pendukung dan politikus pendukung Anwar ketakutan dengan aksi penangkapan yang berlangsung di Malaysia. Maka, satu persatu pendukung Anwar yang dikenal sebagai "tangan kanan Anwar" meninggalkan Malaysia, merantau ke negeri jiran. Sejauh ini sudah tiga orang yang diketahui melarikan diri. Mereka adalah Mohamed Ezam Mohamed Nor yang melarikan diri ke Indonesia, Syaifuddin Nasution Ismail ke Thailand, dan Abdul Rahim Ghouse ke Filipina. Menurut Ezam, ia dan teman-temannya tidak merasa aman untuk kembali ke Malaysia sekarang. Karena itu, seperti yang dilakukan Wan Azizah dan anak-anak Anwar yang berupaya melobi berbagai kepala negara, para pelarian ini merancang strategi kampanye mengguncang opini internasional untuk melawan Mahathir Mohamad.
Mohamed Ezam adalah bekas sekretaris politik Anwar Ibrahim yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penelitian Kebijakan, sebuah lembaga think tank kelompok Anwar Ibrahim. Dialah yang mempertemukan Habibie dengan Nurul Azizah, putri sulung Anwar Ibrahim, akhir Oktober silam. Ezam memutuskan sudah saatnya hengkang dari Malaysia ketika ia melihat Anwar tampil pertama kali di muka umum dengan mata lebam. "Saya sudah tidak bisa mempercayai sistem (Malaysia)," ujar Ezam kepada Associated Press. Dia sudah berada di Indonesia sejak dua pekan lalu. "Kalau saya tetap berada di Malaysia, saya tidak bisa memobilisasi perlawanan," tambahnya. Dewi Fortuna Anwar, Asisten Menteri Sekretaris Negara Urusan Luar Negeri, tak menyangkal bahwa banyak pembangkang politik Malaysia yang diburu pemerintah Malaysia tengah mencari suaka politik.
Pelarian berikutnya, Saifuddin Nasution Ismail, bekas pejabat UMNO, mencoba "peruntungannya" di Thailand, dengan memublikasikan keadaan Anwar Ibrahim yang buruk. Sedangkan Abdul Rahim Ghouse, bekas Ketua Bidang Ekonomi Pemuda UMNO, terbang ke Filipina karena, menurut dia, "Saya menjadi buronan polisi." (Lihat: Perjuangan "Tangan Anwar" ke Indonesia).
Meski mereka sudah jauh dari jangkauan hukum Malaysia, Abdul Rahim mengaku terus dibayangi intelijen Malaysia yang bergerak di Indonesia. Lebih dari itu, masih menurut Abdul Rahim, aparat keamanan juga mengincar keluarga mereka. Namun, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta membantah tuduhan itu. "Bagaimana mau mengancam keluarga mereka? Di Malaysia, undang-undang itu sangat dijunjung. Kami tak menekan anggota masyarakat yang mau melakukan demonstrasi," ujar Tarmizi Hashim, Atase Penerangan Kedutaan Malaysia. Menurut Tarmizi, jika mereka ingin, sebenarnya mudah menangkap pembangkang itu di Indonesia.
Abdul Rahim kini juga berada di Indonesia. Pilihan mereka terhadap Indonesia tentu saja bukan sebuah kebetulan. Anwar Ibrahim memang memiliki banyak sahabat di Indonesia. Sebut saja Presiden Habibie yang secara terbuka menyatakan bahwa Anwar sahabatnya. "Habibie mau mendengarkan kami, dan sangat prihatin terhadap apa yang dialami temannya (Anwar Ibrahim)," ujar Ezam. Anwar juga punya sahabat seperti bekas Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad yang sudah membina hubungan pribadi sejak 1967. "Tanpa mereka meminta bantuan, saya pasti memberi dukungan," ujar Mar’ie, yang mengaku sama sekali tidak percaya dengan tuduhan sodomi terhadap sahabatnya, Anwar Ibrahim. Dukungan juga mengalir dari banyak LSM, dan bahkan sebuah kelompok yang khusus mendukung perjuangan Anwar pun terbentuk, yang menamakan diri Komite Keadilan untuk Anwar Ibrahim (Sianwar). Salah satu tokohnya adalah pengacara kondang Adnan Buyung Nasution.
Memang, pemerintahan Habibie secara resmi tidak melindungi dan memberi bantuan kepada dua pembangkang ini. Seperti yang diutarakan Dewi Fortuna Anwar, hal itu dianggap intervensi terhadap masalah dalam negeri negara lain. Jika hal itu terjadi, akan menjadi awal dari berakhirnya persekutuan ASEAN. "Tapi, kalau bantuan pribadi, kan sah-sah saja," ujar Dewi Fortuna Anwar. Orang pun segera mafhum apa sebenarnya yang dilakukan Habibie terhadap para pendukung Anwar Ibrahim di Indonesia. Dan, untuk sementara, strategi Anwar merentang jaringan ke dunia internasional tampaknya berhasil. Namun, itu belum tentu akan mempengaruhi nasibnya di pengadilan.
R. Fadjri, Setiyardi, P.D. Prabandari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo