Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Mahathir Mohamad menuding asosiasi sekolah Cina di Malaysia yang menolak mata pelajaran kaligrafi khat dianggap memicu sentimen rasial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Mahathir, Aosiasi Komite Sekolah Cina Bersatu Malaysia yang memicu sentimen rasial dapat dikenai hukuman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ini melawan hukum. Kita memiliki kebebasan berbicara, namun kita selalu sensitif mengenai hasutan orang untuk saling bertengkar," kata Mahathir seperti dikutip dari The Star dan Channel Mews Asia, 13 Agustus 2019.
Mahathir mengatakan, asosiasi sekolah Cina yang disebutnya sebagai Dong Zong hanya berbicara tentang satu komunitas, sehingga lupa bahwa Malaysia multi rasial.
"Ini polisi yang memutuskan (apakah melarang Dong Zon beroperasi)," kata Mahathir.
Menurut Mahathir, ini bukan pertama kali asosiasi sekolah Cina menolak kebijakan pemerintah. Asosasi ini, ujarnya, tidak pernah sepakat dengan kebijakan pendidikan nasional termasuk kaligrafi khat.
Dong Zong, ujar Mahathir, juga menolak mendirikan kampus dengan mahasiswa dari berbagai ras.
"Dong Zong rasis, kami mendirikan kampus di Sekolah Visi untuk menempatkan Sekolah Jenis Kebangsaan Cina, Tamil dan sekolah kebangsaan di satu kampus, tetapi mereka menentnagnya," ujar Mahathir.
Kelompok hak-hak Melayu mengeluarkan petisi online menuntut Asosiasi Komite Sekolah Cina Bersatu dilarang beroperasi karena menolak mengajarkan kaligrafi kat kepada murid mereka.
Asosiasi Sekolah Cina membantah keras tudingan rasis yang disuarakan Mahathir. Penolakan mata pelajaran kaligrafi khat, ujar asosiasi itu dalam pernyataannya Selasa malam, 13 Agustus 2019, disuarakan oleh komunitas non-Muslim di seluruh peninsula, Sabah, dan Sarawak. Kenyataannya, tidak semua orang Melayu setuju dengan inisiatif ini.
Asosiasi dan sejumlah tokoh berpengaruh Malaysia menyarankan agar mata pelajaran kaligrafi khat ini menjadi mata pelajaran pilihan, bukan wajib.
Mengenai kekhawatiran Islamisasi, asosiasi ini merujuk pernyataan Islamic Da'wah Foundation's, YADIM, Nik Omar Nik Abdul Aziz, yang mengatakan
mempelajari kaligrafi khat memudahkan generasi muda mempelajari Quran.
Awal pekan lalu, asosiasi sekolah Cina dan Tamil lebih dulu mengeluarkan pernyataan bersama menolak mata pelajaran kaligrafi khat kepada murid mereka.
Mereka mempertanyakan alasan di balik memperkenalkan kaligrafi khat yang biasanya dikaitkan dengan Islam, karena tidak akan membantu para pelajar meningkatkan keterampilan mereka berbahasa Melayu.
Protes itu direspons Kementerian Pendidikan Malaysia pada awal Agustus ini dengan mengeluarkan keputusan bahwa mata pelajaran kaligrafi khat hanya untuk pelajar tahun ke empat yang dimulai tahun depan.