Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anwar Ibrahim dianjurkan mengabaikan pernyataan mantan PM Dr Mahathir Mohamad, yang meragukan kemampuan Perdana Menteri Malaysia itu menghadapi penurunan ekonomi saat ini dan membantu pemulihan pasca-Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah wawancara dengan Berita Harian, 25 Desember 2022, Mahathir mengatakan dia khawatir dengan kemampuan Anwar untuk menghasilkan strategi yang baik untuk membawa negara keluar dari krisis ekonomi saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia juga menyoroti Anwar yang sibuk mempertahankan dukungan di Dewan Rakyat.
Mahathir mengklaim Anwar, yang menjadi wakilnya dari 1993 hingga 1998, gagal menyelesaikan masalah ekonomi negara setelah menjadi penjabat perdana menteri selama beberapa bulan di akhir 1990-an.
Lebih lanjut Mahathir mengklaim, saat itu Anwar lebih mengikuti pendapat Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Mahathir mengatakan ini bisa membuat Malaysia bangkrut pada saat itu.
“Ketika saya menjadi perdana menteri, saya pergi berlibur selama dua bulan dan dia (Anwar) memikul tanggung jawab sebagai penjabat perdana menteri. Tapi dia tidak bisa menyelesaikan masalah."
“(Tak lama setelah itu), krisis ekonomi terjadi dan nilai ringgit anjlok. Dia adalah menteri keuangan pada waktu itu.
“Dia berusaha menyelesaikan masalah jatuhnya ringgit dengan mengikuti rekomendasi Bank Dunia dan IMF. Saya percaya itu akan menyebabkan kami bangkrut dan tidak dapat menjalankan kebijakan ekonomi,” katanya.
Mahathir menambahkan ini mendorongnya untuk mengambil alih kementerian keuangan “untuk menyelamatkan negara”.
“Saya khawatir dengan kemampuannya, apakah dia bisa memimpin negara di saat-saat kita menghadapi berbagai masalah,” katanya.
Anwar Dianjurkan Abaikan Komentar Mahathir
Politisi dan analis menyarankan Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengabaikan pernyataan Mahathir itu.
Mantan anggota Dewan Tertinggi Umno Nazri Aziz mengatakan pendapat Mahathir “tidak berarti apa-apa”, berdasarkan kinerjanya dalam pemilihan umum terakhir.
“Bukan hanya kalah saat di Langkawi tapi juga kehilangan kursi bersama anggota partai (Pejuang) lain yang dipimpinnya,” kata Nazri.
Dia mengatakan ini berarti Mahathir tidak lagi mendapat rasa hormat rakyat, jadi Anwar harus diberi kesempatan untuk memimpin negara.
“Anwar sekarang bebas melakukan apa yang baik untuk negara, dan kita harus mengizinkannya melakukan itu,” katanya.
Tentang pernyataan Mahathir yang menilai Anwar gagal saat menjadi wakil PM, Nazri membantahnya. “Saya berbicara dengan Anwar pada saat itu dan dia sebenarnya tidak memiliki kekuatan apa pun. Meskipun Mahathir sedang berlibur, dia selalu memegang kendali,” katanya.
Dia mengatakan pengetahuan Anwar sebagai mantan menteri keuangan memberinya kemampuan untuk membebaskan negara dari krisis ekonomi saat ini.
Mantan anggota parlemen Klang, Charles Santiago, mengatakan pandangan negatif Mahathir terhadap Anwar adalah "praktik yang konsisten" dan harus ditanggapi dengan "sejumput garam".
“Sejauh ini strategi dan pernyataan Anwar proaktif dan prioritasnya tepat,” katanya.
Santiago mengatakan ada masalah seperti perekrutan pekerja migran dan ketahanan pangan yang memerlukan perhatian perdana menteri, tetapi menyarankan agar tidak menurunkan motivasi Anwar karena "piringnya sudah penuh".
“Negara harus mendukungnya karena kita berurusan dengan ekonomi yang mengharuskan setiap orang untuk menyatukan pikiran mereka dan bekerja untuk sukses,” katanya.
Analis Azmi Hassan mengatakan Anwar "jauh di depan" dari perdana menteri sebelumnya, seperti Muhyiddin Yassin dan Ismail Sabri Yaakob.
Dia mengutip tenggat waktu dua minggu Anwar bagi kementerian dan lembaga untuk menganalisis dan membahas subsidi yang ditargetkan untuk rakyat, tak lama setelah pengangkatannya sebagai perdana menteri.
“Anwar tegas dalam apa yang dia inginkan dan apa yang harus dilakukan. Dia berada di kursi pemimpin dan semua kementerian di bawahnya hanya menunggu arahannya,” katanya.
Anwar Ibrahim resmi dilantik sebagai perdana menteri ke-10 Malaysia pada 24 November lalu.
FREE MALAYSIA TODAY