Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Top 3 Dunia: Rusia Tuduh AS Sengaja Sulut Perang Hamas Israel, Palestina Hadapi Hari Nakba Jilid II

Top 3 dunia adalah Rusia menuduh AS bertanggung jawab dalam perang Hamas Israel, WHO sebut Israel minta rumah sakit dikosongkan hingga hari Nakba.

19 Oktober 2023 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden AS Joe Biden menghadiri pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, saat ia mengunjungi Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, 18 Oktober 2023. REUTERS/Evelyn Hockstein

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin dimulai dari pengeboman di rumah sakit Gaza yang menewaskan ratusan orang. Rusia menuding AS paling bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.

Berita top 3 dunia kedua adalah WHO mengatakan sebelum pengeboman Israel pernah meminta rumah sakit Baptis Al-Ahli dikosongkan. Terakhir dari berita top 3 dunia adalah mengenal nakba jilid II yang kini seperti dihadapi Palestina. Berikut selengkapnya:  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Sebut Pengeboman Rumah Sakit Gaza Kejahatan Perang, Rusia: AS Paling Bertanggung Jawab

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyebut serangan rudal Israel terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza sebagai “kejahatan perang.” Ia menegaskan bahwa tanggung jawab utama atas tindakan ini terletak pada Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Serangan mengerikan terhadap sebuah rumah sakit di Jalur Gaza jelas merupakan kejahatan perang,” kata Medvedev pada Rabu 18 Oktober 2023 di Telegram.

“Tanggung jawab terakhirnya terletak pada mereka yang secara sinis menghasilkan uang dari perang di berbagai negara dan benua yang berbeda. Yang tanpa berpikir panjang mendistribusikan sejumlah besar uang untuk membeli senjata, membebani kompleks industri militer mereka. Yang secara keliru memproklamirkan misi global mereka untuk melindungi demokrasi. Nilai-nilai Amerika Serikat,” ujarnya.

Lebih dari 500 orang tewas dalam serangan udara Israel di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli pada Selasa, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra kepada Anadolu.

Rekaman di media sosial menunjukkan mayat-mayat berserakan di halaman rumah sakit.

Seorang yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah ratusan warga Palestina tewas dalam ledakan di rumah sakit Al-Ahli di Kota Gaza, Jalur Gaza, dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video, Oktober 17, 2023. REUTERS/Reuters TV

Menurut seorang reporter Anadolu, ribuan warga Palestina berada di rumah sakit ketika gedung tersebut dibombardir. Para korban tewas mengungsi dari kediaman mereka karena Israel mengultimatum akan menyerang rumah mereka di Gaza.

Pada Senin, rancangan atau draft resolusi soal gencatan senjata antara Israel dan Palestina yang disorongkan Rusia gagal memperoleh suara yang cukup untuk disahkan di Dewan Keamanan PBB.

Dewan Keamanan PBB beranggotakan 15 negara. Rancangan resolusi yang digagas Rusia mendapat lima suara setuju dan empat suara menentang, serta enam suara abstain. Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang menentang gencatan senjata.

Sebuah resolusi Dewan Keamanan memerlukan setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada veto dari lima anggota tetap yaitu Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis, dan Inggris.



2. WHO: Israel Pernah Minta Rumah Sakit yang Dirudal dan Menewaskan 500 Orang Dikosongkan

Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di utara Jalur Gaza, yang dirudal hingga menewasan tidak kurang dari 500 orang, Selasa, 17 Oktober 2023, sebelumnya telah menerima instruksi dari militer Israel untuk dikosongkan.

“Rumah sakit itu adalah satu dari 20 rumah sakit di utara Jalur Gaza yang menerima perintah evakuasi dari militer Israel,” kata Ahmed Al-Mandhari, Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur. Ia menambahkan ada pasien, petugas kesehatan, dan pengungsi di rumah sakit ketika serangan terjadi.

“Perintah evakuasi tidak mungkin dilakukan mengingat ketidakamanan saat ini, kondisi kritis banyak pasien, dan kurangnya ambulans, staf, kapasitas tempat tidur sistem kesehatan, dan tempat penampungan alternatif bagi mereka yang mengungsi,” katanya.

Serangan tersebut merupakan insiden paling berdarah di Gaza sejak Israel melancarkan kampanye pengeboman terhadap Jalur Gaza yang berpenduduk padat sebagai pembalasan atas serangan mematikan lintas perbatasan Hamas terhadap komunitas Israel pada 7 Oktober 2023.

Militer Israel menyalahkan kegagalan peluncuran roket yang dilakukan kelompok militan Palestina. Sementara Hamas menuding serangan dilakuan Israel.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengutuk serangan terhadap Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di utara Jalur Gaza yang menewaskan ratusan orang dan mengatakan pengeboman Selasa, 17 Oktober 2023, itu merupakan “kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya." 
 
“Serangan ini skalanya belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Richard Peeperkorn, Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza. “Kami telah melihat serangan yang konsisten terhadap layanan kesehatan di wilayah Palestina yang diduduki.”

Peeperkorn mengatakan sejauh ini telah terjadi 51 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, yang menewaskan 15 petugas kesehatan dan melukai 27 orang.

Mike Ryan, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, mengatakan adalah tindakan yang “tidak manusiawi” jika membiarkan petugas kesehatan di Gaza menghadapi dilema dalam merawat pasien mereka atau mengungsi untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Dia mengatakan para dokter dan perawat lebih memilih pasien mereka daripada diri mereka sendiri.

“Sangat jelas bagi semua pihak yang berkonflik di mana fasilitas kesehatan berada,” kata Ryan.

"Sangat jelas bahwa layanan kesehatan bukanlah sebuah target... Hal ini telah diabadikan dalam hukum humaniter internasional. Dan kita melihat hal ini berulang kali dilanggar selama seminggu terakhir. Dan hal ini harus dihentikan. Hal ini harus dihentikan."

3. Dampak Hamas Vs Israel, Palestina Menuju Hari Nakba Jilid 2, Apa Artinya?

Bagi masyarakat Palestina, diusir dari wilayah negara mereka memiliki kesamaan dengan "Nakba," yang mengacu pada "bencana" atau "malapetaka." Ini terjadi ketika banyak warga Palestina terpaksa melarikan diri atau dideportasi dari rumah mereka selama perang tahun 1948 yang menyertai pendirian negara Israel. Akibatnya, tanah air mereka telah mengalami perubahan yang signifikan sejak saat itu.

Pada Nakba 1948, sebanyak 700.000 penduduk Palestina yang berada di bawah kekuasaan Inggris, kehilangan hak-hak mereka dan dipaksa meninggalkan tempat tinggal mereka. Banyak di antara mereka bermigrasi ke negara-negara tetangga di mana mereka atau keturunan mereka masih menetap hingga saat ini. Sebagian besar dari mereka masih tinggal dalam kamp-kamp pengungsi.

Pada 12 Oktober 2023, Israel mengeluarkan perintah kepada penduduk Gaza melalui pamflet yang di sebar lewat udara. Israel memerintahkan penduduk Gaza bagian utara dan tengah untuk mengosongkan rumah mereka dalam 24 jam karena daerah tersebut sudah diklasifikasikan Israel sebagai zona perang.

Menurut Fawziya Shaheen, warga Palestina yang juga saksi hidup Nakba 1948, mengatakan bahwa perintah tersebut merupakan Nakba jilid dua. “Ini adalah Nakba kedua. Namun penjajah harus memahami bahwa kami akan terus tetap berakar di tanah kami dan membela hak-hak kami yang adil atas kebebasan, perdamaian, dan keamanan,” kata Shaheen, 12 Oktober 2023. 

ANADOLU | REUTERS 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus