Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tragedi Berdarah Untuk Sebuah Otonomi

Bentrokan berdarah kaum sikh yang menuntut otonomi dengan tentara pemerintah. Banyak tentara yang membelot sebagai protes atas perusakan kuil emas.(ln)

16 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KERUSUHAN berdarah yang disulut kaum separaus Sikh sejak April 1983 di Negarar Bagian Punjab mencapai puncaknya pekan silam. Sekitar 600 korban lagi tewas ketika tentara India, menjelang fajar Rabu minggu lalu, menyerbu Kuil Emas di Kota Amritsar. Tempat ibadah paling keramat golongan Sikh ini memang dijadikan tempat persembunyian dan pertahanan terakhir kelompok Sikh militan. Di situlah Jarnail Singh Bhindranwale, 36, pemimpin yang memotori aksi berdarah untuk menuntut berdirinya negara merdeka kaum Sikh, menemui ajalnya. Kendati sang pemimpin, yang dijuluki "Khomeini Punjab", sudah mati, perlawanan kaum Sikh toh masih tetap berlanjut. Ribuan orang Sikh di berbagai tempat di India melakukan protes keras atas serbuan yang menyebabkan Kuil Emas rusak berat. Dalam waktu 24 jam setelah penyerbuan, 30 demonstran Sikh tewas di New Delhi, Kashmir, dan di Punjab sendiri. Peristiwa berdarah di Amritsar merupakan puncak kemarahan orang-orang Sikh berhaluan keras menghadapi sikap pemerintah New Delhi. Sudah sejak Agustus 1982, kaum Sikh melalui partai mereka, Akali Dal, meminta otonomi lebih besar untuk Punjab, dan pengakuan bahwa Sikh adalah satu ajaran tersendiri, bukan cabang agama Hindu seperti tertera di dalam UUD India. Walaupun PM Indira Gandhi menganggap tuntutan itu masuk akal, ia menunda-nunda pengakuan karena mempertimbangkan perasaan pemeluk agama Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India. Siapakah kaum Sikh itu? Sikh berasal dari bahasa Sanskerta sisya yang berarti murid. Mereka ini penganut ajaran campuran antara agama Hindu dan ajaran Sufi Islam, yang didirikan oleh Guru Nanak, akhir abad ke-15 di wilayah Punjab. Ajaran yang mempercayai satu tuhan ini menolak penycmbahan bcrhala dan penggolongan berdasarkan kasta seperti dikenal Hindu. Penganut ajaran ini percaya para guru, yang berjumlah 10 orang, sebagai orang-orang suci mereka. Nanak adalah guru pertama. Pendiri ajaran Sikh ini lahir tahun 1469 di dekat Lahore (sekarang wilayah Pakistan) dan dibesarkan dengan latar belakang pendidikan Hindu tradisional. Setelah dewasa ia berkelana ke Afghanistan, dan bekerja sebagai akuntan pada seorang pemimpin bangsa Afghan di wilayah Sultanpur. Di Sultanpur inilah Nanak mengaku mcndapat Wahyu Tuhan untuk memberikan pelalaran pada umat manusia. Konon, selagi mandi di sungai, Nanak pernah menghilang. Dan setelah muncul kembali, tiga hari kemudian, ia langsung menyatakan penolakannya atas ajaran Hindu dan Islam. Setelah Nanak, ada sembilan guru lain umumnya murid atau keturunan guru sebelumnya. Gobind Singh, yang meninggal 1708, merupakan guru terakhir ajaran Sikh ini. Pada masa Gobind inilah dimulai tradisi penggunaan nama Singh, yang berarti singa, pada tiap lelaki kaum Sikh. Setelah kematian Gobind, nasib kaum Sikh mengalami pasang surut. Golongan ini mulai tampil ke pentas politik India tahun 1761 sewaktu mengalahkan penguasa Mogul di Lahore. Sedangkan puncak kejayaan mereka terjadi dalam masa pemerintahan Ranjit Singh, yang pada 1802 menobatkan diri sebagai Maharaja Punjab. Ranjit adalah orang yang menaklukkan Mlultan (1818) dan Kashmir (1819). Pada masa pemerintahan Maharaja Ranjit ini pula dimulai tradisi ketentaraan kaum Sikh, yang berdisiplin tinggi, dan masih berlanjut hingga sekarang. Ranjit mendatangkan perwira-perwira militer Eropa untuk memodernisasikan pasukan angkatan daratnva. Dengan pasukan yang kuat, Ranjit berhasil mengalahkan bangsa Afghan. Kerajaan Sikh mulai turun pamor dan terpecah-pecah setelah ditinggal Ranjit. Perebutan kekuasaan yang silih berganti di antara keturunan Ranjit memperlemah kerajaan ini. Inggris, yang sudah menguasai wilayah India lainnya, berhasil mengalahkan mereka pada 1846. Selain memaksa kaum Sikh mengurangi jumlah tentaranya Inggris juga menjual wilayah Kashmir dan menempatkan warganya untuk - mengurus administrasi pemerintahan Punjab di samping Maharaja Dalip Singh. Selang tiga tahun kemudian, rakyat Sikh berontak. Tapi Inggris berhasil memukulnya. Akibat pemberontakan itu, kerajaan Sikh dihapuskan dan sang maharaja dibuang dari Punjab pada 1849. Inggris dianggap berhasil memerintah Punjab dengan bijaksana. Terbuku ketika pecah pemberontakan Mutiny di India (1857) wilayah Punjab tetap setia pada Inggris. Bahkan prajurit Sikh ikut ambil bagian dalam memadamkan pemberontakan itu. Untuk kesetiaan itu, kaum Sikh mendapat hadiah tanah, dan jumlah prajurit Sikh pada pasukan Inggris diperbanyak. Tentara Sikh, pada PD 1, 20% dari jumlah pasukan Inggris di India. Hubungan Sikh dengan pemerintah kolonial Inggris memburuk setelah peristiwa penembakar dalam rapat umum di Amritsar pada 1919 yang menewaskan 400 orang. Rakyat Sikh sejak itu ikut bergabung dengan gerakan nonkooperasi Mahatma Gandhi. Tapi setelah Inggri menganugerahkan status resmi bagi kepercayaan Sikh yang terpisah dari Hindu pada 1925, hubungan Sikh dengan Inggris kembali bertaut. Setelah India merdeka. 1947, Punjab dibagi dua Punjab Timur yang mayoritas penduduknya Sikh dan Hindu masuk India. sedang Punjab Barat yang Muslim masuk Pakistan. Pembagian India-Pakistan ini disusul dengan bentrokan Sikh-Muslim. Sekitar 2,5 juta Sikh terpaksa meninggalkan Pakistan. Sejak 1947 pemerintah India menghapuskan hak istimewa yang diberikan Inggris pada penganut ajaran minoritas - termasuk di dalamnya ajaran Sikh. Akibatnya, proporsi kaum Sikh di bidang pertahanan dan birokrasi India berkurang. SEJAK itu pula kaum Sikh mulai menuntut otonomi Iebih besar dalam politik dan agama di Punjab. Tuntutan Sikh agar Punjab dibagi menurut proporsi bahasa yang dipakai dipenuhi pemerintah India pada 1966. Bagian yang banyak menggunakan bahasa Punjab dan mayoritas penduduknya kaum Sikh disebut Negara Bagian Punjab. Negara Bagian Haryana diperuntukkan bagi penduduk beragama Hindu dan berbahasa Hindi. Dari 16,7 juta penduduk Punjab, 10,5 juta adalah kaum Sikh. Sedangkan jumlah keturunan Sikh di seluruh India tercatat 14,2 juta orang - 2% dari seluruh penduduk India, yang 713juta itu. Walaupun kaum Sikh - yang identitas dan kepercayaannya tetap terpelihara baik - hanya golongan minoritas di India, pengaruh mereka cukup besar dalam pemerintahan India. Bukan hanya karena petani Sikh berhasil menjadikan Punjab negara bagian tErkaya di India, tapi juga karena kemampuan tinggi mereka di bidang kemiliteran dan pemerintahan. Contohnya, presiden India, yang sekarang, Giani Zail Singh adalah keturunan Sikh. Punjab, yang luasnya 50.491 km dan 95% berupa dataran rendah, merupakan lumbung pertanian India. Lebih dari separuh kebutuhan India akan gandum disuplai dari Punjab. Selain gandum, Punjab juga dikenal sebagai penghasil beras dan jagung. Pendapatan perkapita kaum Sikh tertinggi dibandingkan penduduk India lainnya. Merasa telah memberikan porsi pajak terbesar untuk kas pemerintah, kaum Sikh menuntut hak otonomi lebih besar untuk Punjab. Selain itu, mereka merasa bahwa pemerintah pusat, yang telah menarik keuntungan besar dari Punjab, terlalu sedikit berbuat untuk wilayah makmur itu. Akali Dal, partai yang mewakili kepentingan kaum Sikh dan didirikan tahun 1920 sejak dua tahun lalu mulai berkampanye untuk menuntut "perlakuan adil" pemerintah pusat. Termasuk di dalamnya pengakuan atas ajaran Sikh dalam UUD India, dan pembagian air serta listrik yang adil dengan negara bagian lainnya. Tapi bukan pengakuan yang didapat kaum Sikh. PM Indira Gandhi, konon, berusaha memecah belah Akali Dal dengan menanamkan seorang pendeta fundamentalis Sikh di antara para pemimpin mereka. Dialah Jarnail Singh Bhindranwale, tokoh radikal tak terkenal, yang diberi dana serta didorong untuk melaksanakan tuntutan yang tak mungkin dipenuhi. Tapi Bhindranwale, tokoh yang berpendidikan kelas 5 SD dan hanya bisa berbahasa Punjab, justru menjadi bumerang untuk Indira Gandhi. Ia bertindak di luar kontrol pemerintah pusat, dan benar-benar menuntut hal yang tak mungkin dipenuhi: dibentuknya satu negara merdeka bagi kaum Sikh yang diberi nama Khalistan. Gerakan separatis militan yang dipimpin Bhindranwale berhasil menarik 200 pemimpin Akali Dal ke kubunya. Sejak April 1983, Bhindranwale yang menghalalkan aksi teror berdarah untuk tercapainya pendirian negara Khalistan memulai gerakannya. Sasarannya: umat Hindu dan petugas keamanan pemerintah. Sejak itu pula bentrokan berdarah Sikh-Hindu berlangsung mengerikan. Oktobcr 1983, misalnya, enam orang Hindu dibantai kelompok militan Sikh, setelah terlebih dahulu menyeret mereka ke luar bis. Januari 1984, kelompok Hindu membalas tindakan kaum Sikh itu dengan cara yang tak kalah keji. Pada awal tahun itu 290 orang tewas dalam bentrokan berdarah Hindu Sikh. Aksi kelompok teror yang dipimpin Bhindranwale tidak terbatas pada orang-orang Hindu saja. Dr. Visha Nath Tiwari, tokoh dan penyair Punjab, dibunuh kaum esktrem Sikh. Sumit Singh, redaktur harian berhaluan kiri Preet Lan, bulan Februari lalu, juga menjadi korban keganasan kaumnya sendiri. Pasalnya, ia mengkritik tindakan teror yang dilakukan kelompok Sikh radikal. Sumit Singh mati bersimbuh darah tak jauh dari markas polisi. Tapi petugas keamanan Punjab tak berdaya menangani ulah kaum ekstremis Sikh. "Polisi lebih merasa aman dengan mengurung diri di markas mereka. Tinggal kami yang tak diperkenankan mempersenjatai diri dijadikan sasaran empuk para pelaku teror," kata Arjun Singh Mastana, penduduk Punjab, tak lama sesudah kematian Sumit. Beberapa waktu kemudian, penduduk Punjab mendapat izin pemilikan senjata untuk membela diri. Tapi tak banyak membantu mereka. Mayoritas kaum Sikh sebenarnya tak menyetujui aksi teror ini. Di bawah pimpinan tokoh moderat, Harchan Singh Longowal, ketua Akali Dal, mereka masih menuntut otonomi lebih besar dan pengakuan ajaran Sikh. Walaupun sama-sama bermarkas besar di Kuil Agung Amritsar Longowal dan Bhindranwale merupakan dua tokoh pemimpin yang bermusuhan. Baik Longowal maupun Bhindranwale dijaga oleh pasukan bersenjata masing-masing. Mereka sama-sama berpakaian tradisional dan menenteng AK-47 buatan Uni Soviet. Karena kerusuhan di wilayah Punjab ini semakin tak terkendali, pemerintah pusat memberlakukan keadaan darurat di sana sejak Maret silam. Keadaan ini memungkinkan tentara India, yang ditempatkan di wilayah bergolak itu, membantu polisi setempat menangkapi pelaku teror. Tapi hasilnya tak banyak. Sebab, kaum Sikh radikal yang dimotori Bhindranwale sehabis melangsungkan aksi teror bcrsembunyi di belakang tembok Kuil Agung Amritsar. Selain memberlakukan keadaan darurat di Punjab, Indira Gandhi pun melarang seluruh kegiatan perkumpulan mahasiswa Sikh, karena dianggap sebagai salah satu pendukung gerakan Sikh radikal. Sikap ini dicela baik oleh Longowal, yang moderat, maupun Bhmdranwale, yang radikal. Bulan April lalu pemerintah pusat mengeluarkan peraturan yang memungkinkan tersangka pelaku teror ditahan sampai dua tahun tanpa diadili. Akibatnya, bulan berikutnya dua orang politisi dan wartawan Hindu dihabisi nyawanya. Peristiwa ini menyebabkan banyak orang mulai meminta pemerintah melakukan tindakan keras. KHAWATIR pemerintah pusat melaksanakan tindakan keras itu, awal Juni Akali Dal menyerukan aksi blokade pengiriman gandum ke luar Punjab. Sebelum aksi itu dilaksanakan, pemerintah pusat sudah lebih dulu mengirimkan bala bantuan pasukan angkatan darat India ke Punjab dan memberlakukan jam malam di sana. Kuil Emas di Amritsar dikepung dan para penghuninya diminta menyerahkan diri. Bhindranwale bersama sekitar 500 pengikutnya, yang bertekad untuk bertahan sampai mati di kuil itu, terbunuh sesudah pasukan AD India menyerbu kuil yang kubahnya dilapisi emas itu. Jumlah korban sejak tahun lalu telah melebihi 1.000 orang. Tampaknya, jumlah korban akan terus meningkat, mengingat sisa-sisa kelompok radikal Sikh masih tetap melakukan perlawanan secara sembunyi-sembunyi. Apalagi sesudah sejumlah tentara India dari suku Sikh dikabarkan telah membelot dan membantu kaum mereka, sebagai protes atas penyerbuan dan perusakan Kuil Emas. Penyerbuan militer ke Kuil Emas banyak dianggap sebagai kegagalan proses demokrasi di India. Dan setelah peristiwa Kuil Emas itu, rekonsiliasi antara pemerintah dan kaum Sikh tampaknya hampir tak mungkin lagi. Apalagi pemimpin Akali Dal di New Delhi sudah menuntut agar Presiden Giani Zail Singh mengundurkan diri dari jabatannya. Tapi sampai awal pekan ini Zail Singh belum memberikan jawaban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus