Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau USAID resmi ditutup oleh pemerintah Donald Trump. Semua stafnya akan kembali ke Amerika Serikat pada Jumat, 7 Februari 2025, menurut beberapa sumber yang dilansir dari CBS News.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil administrator yang baru ditunjuk untuk badan tersebut, Pete Marocco, bertemu dengan pimpinan Departemen Luar Negeri pada hari Selasa. Pemerintah AS memerintahkan mereka untuk mengeluarkan semua karyawan USAID dari negara masing-masing di seluruh dunia paling lambat hari Jumat, menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut. Marocco mengatakan bahwa jika Departemen Luar Negeri tidak melakukannya, staf akan dievakuasi oleh militer AS, kata sumber tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
USAID menyediakan bantuan kemanusiaan ke lebih dari 100 negara, termasuk bantuan bencana, bantuan kesehatan dan medis, serta program makanan darurat. Menurut laporan Congressional Research Service, USAID memiliki lebih dari 10.000 karyawan, dengan sekitar dua pertiganya bertugas di luar negeri. Badan ini mengelola lebih dari 60 misi negara dan regional.
Pemerintahan Trump telah menargetkan USAID ketika presiden dan sekutunya, termasuk miliarder Elon Musk yang menjabat sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah atau DOGE, berusaha memangkas ukuran pemerintah federal. Masa depan USAID yang didirikan pada 1961 untuk memerangi kemiskinan, memperkuat demokrasi, dan melindungi hak asasi manusia dan kesehatan global, kini tidak pasti.
Musk mengatakan badan tersebut harus ditutup. Ia beralasan bahwa badan tersebut tidak dapat diperbaiki lagi.
Ketika ditanya hari Selasa apakah akan menghentikan USAID, Trump tak membantah. Trump juga memuji Musk karena meneliti lembaga tersebut. "Lihatlah semua penipuan yang ditemukan oleh Musk (di USAID)," kata Trump. Ia menambahkan bahwa pendanaan telah diberikan kepada segala macam kelompok yang seharusnya tidak berhak menerima uang.
Atul Gawande, mantan direktur USAID Global Health, mengatakan bahwa langkah untuk menargetkan badan tersebut berbahaya bagi negara. "Yang sedang kita bicarakan adalah para pekerja tanggap bencana, kita berbicara tentang para pekerja kesehatan dan orang-orang yang berbuat baik dan melindungi Amerika di seluruh dunia," kata Gawande. "Anda berbicara tentang 20 juta orang dalam program HIV global yang telah mengurangi HIV di seluruh dunia, mereka hidup tanpa obat-obatan yang membuat mereka tetap hidup. Anda berbicara tentang wabah penyakit yang tidak dihentikan, seperti flu burung, yang pemantauannya telah dihentikan di 49 negara."
Pada tahun fiskal 2023, USAID mengelola lebih dari US$ 40 miliar menurut Congressional Research Service. Jumlah ini kurang dari 1 persen dari keseluruhan anggaran federal.
Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk program tata kelola, untuk membantu mengembangkan dan memperkuat tata kelola yang demokratis. Progam lainnya adalah kemanusiaan dan kesehatan, menurut laporan tersebut. Negara-negara yang menerima dana terbanyak pada tahun fiskal 2023 adalah Ukraina, Ethiopia, dan Yordania.
Penarikan staf juga dilakukan terhadap pejabat dinas luar negeri agensi, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di luar negeri, sering kali bersama keluarga mereka. Mereka harus memikirkan logistik untuk anak-anak mereka yang bersekolah, perumahan, memindahkan barang-barang mereka, dan tempat tinggal baru di Amerika Serikat.