Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Utusan khusus Cina bertemu dengan pemimpin junta Myanmar untuk membicarakan "perdamaian dan stabilitas" di sepanjang perbatasan bersama mereka. Hal ini dilaporkan media pemerintah Myanmar pada Jumat 9 Agustus 2024, beberapa hari setelah pemberontak etnis merebut komando militer regional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Negara bagian Shan di utara Myanmar telah menjadi lokasi bentrokan berulang sejak akhir Juni, setelah kelompok pemberontak etnis memperbarui serangan terhadap militer di sepanjang jalan raya perdagangan penting menuju Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pimpinan junta Min Aung Hlaing membahas "proses perdamaian internal di Myanmar, langkah-langkah perdamaian dan stabilitas di wilayah perbatasan" dengan Deng Xijun dari Tiongkok di ibu kota Naypyidaw pada Kamis, menurut Global New Light of Myanmar.
Jenderal senior itu "menjelaskan penerapan tujuan dan peta jalan lima poin untuk memastikan perdamaian, stabilitas," kata surat kabar yang dikelola pemerintah itu.
AFP telah menghubungi kedutaan besar Tiongkok di Yangon untuk memberikan komentar.
Cina adalah sekutu utama dan pemasok senjata bagi junta, tetapi para analis mengatakan bahwa Beijing juga memelihara hubungan dengan kelompok etnis bersenjata di Myanmar yang menguasai wilayah di dekat perbatasannya.
Minggu lalu, aliansi kelompok pemberontak etnis merebut komando militer di timur laut kota Lashio, yang dihuni sekitar 150.000 orang.
Perebutan komando regional tersebut - yang pertama oleh penentang junta sejak kudeta militer 2021 - telah memicu kritik publik yang jarang terjadi terhadap para jenderal tinggi oleh para pendukungnya.
Pada Senin, Min Aung Hlaing mengatakan aliansi tersebut menerima senjata, termasuk pesawat nirawak dan rudal jarak pendek, dari sumber "asing" yang tidak ia sebutkan identitasnya.
Puluhan warga sipil telah tewas atau terluka dalam pertempuran baru-baru ini, menurut junta dan kelompok penyelamat lokal.
Daerah perbatasan Myanmar adalah rumah bagi berbagai kelompok etnis bersenjata yang telah memerangi militer sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948 untuk mendapatkan otonomi dan kendali atas sumber daya yang menguntungkan.
Beberapa di antaranya memberikan perlindungan dan pelatihan kepada "Pasukan Pertahanan Rakyat" baru yang muncul untuk memerangi militer setelah militer menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi dalam kudeta 2021.
CNA