DI Kabul, rezim Nur Mohammad Taraki menafsirkan "perang suci"
seenaknya. Untuk melawan pemberontak, PM Taraki mencanangkan
istilah itu. Pemberontak Afghanistan adalah kebetulan golongan
agama, Ikhwanul Muslimin. Sedang rezim itu sendiri adalah
marxistis yang pro-Moskow.
"Rakyat Afghan telah menyatakan perang suci melawan sheik-sheik,
tokoh-tokoh keagamaan gadungan asal asing itu. Seluruh rakyat
pekerja Afghan menyela mereka," demikian PM Taraki pekan lalu
dalam suatu pidato. Hampir bersamaan waktunya, Deplu di Kabul
mengumumkan pengusiran Konjen yang berkedudukan di propinsi
Herat, berbatasan dengan Iran. Alasannya: Tujuh ribu tentara
Iran, yang merupakan sebagai pengungsi Afghan, telah memaasuki
Herat.
Tapi sebelumnya, Iran sudah menutup perbatasannya dengan
Afghanistan. Sebagai tindak balasan, Teheran mengusir pula
seorang diplomat Afghanistan dari Iran. Hubungan kedua negara
bertetangga itu menjadi makin tegang karenanya.
Afghanistan sudah tidak bersahabat lagi dengan tetangga
lainnya, Pakistan. Baik Pakistan maupun Iran dituduhnya
membantu pemberontak Afghan.
"Perang suci" itu nyatanya lebih menguntungkan bagi "kaum
muslimin gadungan" yang hendak ditindas PM Taraki. Pemberontak
diberitakan mengalami banyak kemenangan. Kandakar di bagian
tengah Afghanistan, misalnya, sudah morat-marit. Padahal
sejumlah penasehat militer Soviet bertempur bersama tentara
pemerintah di wilayah yang kacau itu.
Perlawanan bersenjata itu mempunyai hubungan erat dengan
Pakistan. Bahkan pusat perlawanannya berada di Peshawar, kota di
wilayah barat Pakistan.
Namun pemberontakan terjadi karena menyusul tindakan keras oleh
PM Taraki yang merangkap Presiden terhadap para pemimpin Islam.
Kaum pelarian itu mencari perlindungan di Iran atau Pakistan.
Taraki berkuasa sesudah menggulingkan Presiden Daud dalam suatu
kudeta berdarah April tahun lalu. Begitu berkuasa, Taraki segera
menangkapi para pemimpin Islam, sambil mendatangkan para
penasehat Rusia. "Orang-orang Rusia itu sebenarnya yang mengatur
negeri kami," kata seorang pelarian Afghan di Pakistan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini