Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Feodalisme dalam Pemujaan Gelar Gus dan Habib

Gelar "gus" pada Miftah Maulana menjadi percakapan publik. Longsornya otoritas agama di mata publik.

23 Desember 2024 | 06.00 WIB

Ilustrasi: Tempo/J. Prasongko
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/J. Prasongko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pemujaan kepada 'gus' dan 'habib' menunjukkan feodalisme agama yang makin kental.

  • Bisa juga menunjukkan longsornya otoritas agama akibat segelintir kiai acap terlibat perebutan kekuasaan.

  • Penguasa melegitimasi penceramah yang populer tanpa latar belakang valid untuk pencitraan.

PEMUJAAN kepada mereka yang bergelar “gus” dan “habib” makin mengukuhkan feodalisme yang berakar kuat dalam budaya orang Indonesia. Budaya itu yang membuat Miftah Maulana Habiburrahman, yang acap dipanggil “Gus Miftah”, punya pengikut tak sedikit meski tindak tanduknya tidak mencerminkan seorang penceramah agama yang punya ilmu mumpuni.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus