Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Analis Hasil Penelitian di Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Wa Ode Sumartini, memperkirakan insiden likuifaksi atau pencairan tanah di Desa Saloadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, dipicu pergerakan alat berat dan kondisi alami lahan. Fenomena yang terjadi di Kecamatan Tobadak pada Sabtu, 2 November lalu itu belakangan viral melalui media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bukti likuefaksi, pada video itu, terlihat adanya gelembung-gelembung di air. Artinya ada peningkatan air pori juga," katanya kepada Tempo, Senin, 4 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bila dilihat dari isi video yang tersebar, termasuk yang diunggah ulang oleh akun Instagram explore_sulawesibarat, likuifaksi itu terjadi di sebuah jalan di perkebunan Desa Saloadak. Sekitar pukul 15.30 waktu setempat, pada hari kejadian, sebuah ekskavator yang sedang menggali tanah di situ seketika tenggelam.
Lahan yang digali terlihat menjadi encer dan berwarna coklat. Direkam oleh warga lokal, tanah di sekitarnya lokasi penggalian tadi juga ikut longsor dan tertarik.
Menurut Sumartini, fenomena itu disebut sebagai lateral spreading. "Salah satu pemicunya adalah likuefaksi yang berjenis statis," kata dia. Insiden ini bisa ditemukan pada tanah yang materialnya bersifat granular atau berbutir seperti pasir.
Dengan kata lain, lahan penggalian itu kemungkinan berupa lanau berpasir. Dugaan ini kian meyakinkan karena jalan perkebunan itu tampak seperti cekungan. Sumartini menduga geologi Desa Saoladak dipenuhi sedimen tertier. “Bisa juga berupa tanah volkanik,” tuturnya.
Adapun Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung, Imam Achmad Sadisun, menyebut kejadian itu bukan likuifaksi yang didahului oleh gempa. Artinya, insiden di Mamuju Tengah tidak persis seperti likuifaksi yang pernah terjadi di Palu pada Oktober 2018
"Saya melihat itu bisa jadi karena longsoran biasa, dengan mekanisme gelinciran lumpur (mud-slide)," ujarnya kepada Tempo.
Petugas Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju Tengah, Rezky, menyatakan ada tiga hal yang bisa memicu likuifaksi tersebut, yaitu kondisi lahan gambut, pengerjaan jalan oleh alat berat, serta genangan air di musim hujan.
"Sebelum kejadian sudah hujan," ujarnya.
Setelah diperiksa, tim BPBD Mamuju Tengah Tanah memastikan tanah yang “tenggelam” di Desa Saloadak berjenis gambut. Daerah itu juga langganan banjir ketika musim hujan. Akibat kejadian itu, akses warga lokal menuju perkebunan masih terputus.