Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti tentang fitoremediasi, yaitu suatu metode yang digunakan pada air tawar untuk menghilangkan kontaminasi. Metode ini bekerja dengan cara menyerap karbon secara biologis melibatkan penyerapan polutan oleh akar tanaman air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kontaminan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup tanaman air tersebut, seperti fotosintesis. Proses tersebut juga membantu mengembalikan nutrisi yang baik untuk memperbaiki kondisi perairan yang telah rusak atau tercemar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Fitoremediasi sangat ramah lingkungan, relatif murah dan dapat diandalkan untuk mengolah air yang terkontaminasi," kata Media Fitri Isma Nugraha, peneliti ahli utama di Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, BRIN.
Lewat keterangan tertulis, Selasa 8 Oktober 2024, Fitri mengungkap kalau dia dan timnya meneliti fitoremediasi di Danau Ledulu, Nusa Tenggara Timur. Di danau tersebut ditemukan berbagai jenis tumbuhan air seperti Panicum, Ludwigia adscendens, H. Hara, Najas indica, Ipomea aquatica, Pontederia korsakowii, Callitriche, Bocopa monnierii, dan Nymphoea alba.
"Tumbuhan-tumbuhan ini diambil untuk mendeteksi serapan logam berat di danau tersebut," katanya.
Fitri dan tim juga melakukan autentifikasi tumbuhan perairan untuk menghindari kesalahan identifikasi spesies. Tujuannya, mencegah kesalahan dalam pendeteksian dan memastikan klarifikasi spesies yang tepat.
Autentifikasi penting dilakukan sebab dalam tumbuhan atau tanaman air sering terjadi variasi hibrida, seperti perbedaan warna dan bentuk. Selain itu, habitat dan ekosistem tumbuhan air bisa sangat bervariasi. Beberapa spesies disebut Fitri mungkin hanya dapat ditemukan di habitat tertentu sebagai spesies endemik.
Kemudian dilakukan analisis fitokimia. Fitri menjelaskan, analisis ini penting untuk melihat metabolit sekunder yang dikeluarkan oleh tumbuhan air. Dia menyebut beberapa kandungan antara lain yang bikin serangga tidak jadi memakannya. "Hal ini disebabkan kemungkinan dari aroma atau rasa yang tidak enak yang dikeluarkan dari senyawa metabolit sekundernya."
Fitri menyimpulkan, selain berfungsi sebagai antibakteri melalui proses fitoremediasi, tumbuhan air juga mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk ikan maupun manusia. Selain itu, keberadaan tumbuhan air dapat mempercantik ekosistem, baik di akuarium maupun di alam, sehingga memberikan nilai estetika yang lebih.
“Oleh karena itu, kita perlu menjaga kelestarian tumbuhan air dan memastikan perairan tetap bersih agar kita bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar dari ekosistem perairan kita,” katanya.