Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
PARA perempuan berjalan beriringan bersama bocah-bocah, menyusuri lorong huma. Setelan kebaya hitam, sarung biru, dan capil lebar sudah cukup menjadi identitas bahwa mereka adalah para perempuan suku Baduy luar. Pagi itu, Selasa, 27 Februari lalu, ladang yang mereka tuju sudah penuh dengan bulir-bulir pare—begitu masyarakat setempat menyebut padi—yang telah merunduk.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo