Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan adanya peningkatan banjir dengan status awas yang terjadi di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Status level tertinggi itu didapatkan dari laporan pantauan elevasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Lusi dari Pos Menduran dengan ketinggian mencapai 10,37 meter. Pantauan terakhir dilakukan pada Sabtu dinihari, 16 Maret 2024.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan Endang Sulistyoningsih mencatat, banjir mulai melanda sejak Rabu, 13 Maret 2024. Terjadi akibat adanya banjir kiriman dari hulu Sungai Lusi di wilayah timur. “Banjir kali ini lebih besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa di awal Februari lalu,” kata Endang dalam siaran persnya pada Sabtu.
Bahkan ketinggian muka air dalam titik pantau mencapai 10,37 meter atau terus mengalami peningkatan dan bertahan dalam durasi yang lama. Data ini meningkat hampir 2 meter bila dibandingkan dengan tinggi muka air pada 10 Februari 2024 yang hanya 8,2 meter. Saat itu, banjir mengakibatkan terendamnya sebagian wilayah Grobogan.
Adapun banjir kali ini semakin meluas lantaran kawasan hulu Sungai Lusi terus mengirimkan debit air. Ditambah intensitas hujan sedang dan lebat terus terjadi di Grobogan. Tak mengherankan jika itu merendam hampir seluruh wilayah kabupaten.
Secara topografi, wilayah Kabupaten Grobogan merupakan daerah dataran rendah. Berupa cekungan yang diapit oleh Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng. Kondisi ini disebut menjadi faktor penyumbang banjir merendam Grobogan lebih dari dua hari.
Kabupaten Grobogan sejak awal tahun telah menjadi wilayah langganan banjir. Sejak 6 Februari lalu, kabupaten dengan penduduk 1,45 juta jiwa itu telah dilanda banjir dengan merendam 2.662 rumah. Sedikitnya 32 desa di 12 kecamatan dilaporkan diterjang banjir bandang dan direndam banjir selama beberapa hari. Kejadian serupa terus berulang hingga akhir Februari.
Banjir Merendam 68 Persen Wilayah Grobogan
Hasil kaji cepat yang dihimpun tim Pusat Pengendali dan Operasi BPBD Kabupaten Grobogan menemukan 113 desa di 13 kecamatan kebanjiran. Padahal jumlah kecamatan di kabupaten itu hanya 19 daerah, sehingga sedikitnya 68 persen wilayah terendam.
“Dengan kata lain, 68 persen wilayah Kabupaten Grobogan terdampak banjir yang dipicu cuaca ekstrem akibat adanya gangguan atmosfer,” tulis Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya. Banjir itu juga mengakibatkan 6.746 rumah tenggelam. Satu di antaranya rusak berat dan 8 sisanya rusak ringan.
Selain itu 65 fasilitas pendidikan terdampak, 4 tanggul sungai jebol, dan lahan pertanian seluas 5.352 hektare terendam dan terancam gagal panen. Banjir juga telah memaksa 667 jiwa mengungsi ke lokasi yang lebih aman setelah permukiman mereka terendam dengan tinggi muka air di antara 15-100 centimeter.
Adapun rincian data pengungsi dan lokasinya meliputi; Balai Desa Getasrejo 136 orang, rumah sekdes Getasrejo 40 orang, Pendopo (Setda Grobogan) 106 orang, gedung kantor PCNU 87 orang, musala belakang Polsek Kota Purwodadi 250 orang, masjid Baitul Makmur Kota Purwodadi 35 orang dan Hotel Catra 13 orang. “Pemerintah daerah telah mendirikan dapur umum di 43 titik.”
Sejauh ini, yang bisa dilakukan warga bersama TNI dan kepolisian adalah bergotong-royong melakukan penguatan tanggul sungai irigasi. Caranya dengan mengisi kantong berisi pasir dan tanah. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi agar debit air sungai jalur irigasi tidak meluap dan memicu kerusakan yang dapat memperparah banjir.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Grobogan Masrichan menjelaskan, banjir juga merembet ke wilayah Kota Purwodadi. Jalan protokol di pusat kota lumpuh dan belum dapat dilalui oleh beberapa jenis kendaraan tertentu. Titik terdalam genangan banjir di Kota Purwodadi berada di Perempatan Kencana, Tugu Patung Kuda, dan depan SMA Negeri 1 Purwodadi atau di Jalan R. Soeprapto.
“Terkait kondisi tersebut diimbau kepada masyarakat maupun pengguna jalan yang hendak melewati Kota Purwodadi dari arah Kota Solo maupun Kabupaten Blora dan Pati agar mengambil jalur alternatif lainnya.”
Cuaca Ekstrem Bakal Terus Mengintai
Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di wilayah Jawa Tengah pada pekan depan. Kondisi cuaca seperti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Grobogan dan sekitarnya.
BNPB mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan. “Jika terjadi hujan dengan intensitas lebat hingga lebih dari satu jam dengan jarak pandang kurang dari 100 meter, maka masyarakat yang tinggal di lereng tebing maupun bantaran tanggul atau sungai agar mengevakuasi diri sementara ke tempat yang lebih aman,” tulis Muhari menambahkan.
Masyarakat bersama pemerintah daerah setempat juga diharapkan dapat bersinergi dalam upaya mengurangi dampak risiko bencana. Diminta untuk selalu ikuti perkembangan prakiraan cuaca setiap waktu dari BMKG dan tingkatkan koordinasi antara masyarakat dan instansi yang berwenang di daerah maupun pusat.
Menurut Muhari, BNPB bersama BMKG, BRIN, Permerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah, TNI dan lembaga lainnya tengah berupaya mengurangi potensi bencana. Di antaranya mengupayakan pelaksanaan Teknologi Mofidikasi Cuaca (TMC) yang dimulai hari ini hingga Rabu, 20 Maret mendatang. Modifikasi cuaca akan fokus meredam intensitas hujan yang tinggi.
Baca Juga: Waspada Kondisi Hujan Berhari-hari di Jawa Sampai 18 Maret, Ini yang Terjadi
Judul dalam artikel ini diubah pada pukul 17.53 pada Sabtu, 16 Maret 2024, untuk kepentingan akurasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini