Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Program restorasi lahan gambut melalui agroforestri di Desa Jati Mulyo, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, telah menanam sebanyak lebih dari 30 ribu bibit pada lahan seluas 45 hektare. Program untuk memperingati Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia, yang dirayakan setiap tanggal 10 Januari, ini telah dimulai sejak 2022 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program perlindungan dan pemulihan lahan gambut melalui agroforestri ini dihela Belantara Foundation bekerja sama dengan Jejakin, Gojek, One Tree Planted dan Gabungan Kelompok Tani Wono Lestari. Adapun Desa Jati Mulyo dipilih karena merupakan wilayah perhutanan sosial (Hutan Kemasyarakatan/HKm).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memiliki luas 93 hektare, area perhutanan sosial ini juga berdampingan dan berdekatan dengan Hutan Lindung Gambut Londrang yang merupakan bagian dari salah satu kawasan hidrologi gambut penting di Provinsi Jambi. Beberapa kawasannya telah rentan terhadap kebakaran lahan karena air permukaan yang lebih kering dan dekomposisi tanah gambut.
"Dengan demikian, mengembangkan program restorasi lahan gambut yang terdegradasi juga akan memperbaiki kondisi air dan mengurangi bahaya kebakaran di kawasan ini," kata Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna dalam keterangan tertulis menggunakan momentum perayaan Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia 10 Januari 2025.
Dolly menuturkan, Desa Jati Mulyo dipilih sekaligus untuk mendukung masyarakat dalam memperoleh manfaat jangka panjang dari lahan gambut. "Dengan lebih dari 630 jiwa dan 230 kepala keluarga, program ini diharapkan memberikan dampak sosial-ekonomi yang berkelanjutan," katanya menambahkan.
Menurut Dolly, lewat skema perhutanan sosial, masyarakat lokal di Indonesia dapat memiliki hak untuk mengelola dan memanfaatkan, yang secara bersamaan dapat berkontribusi dalam memulihkan kawasan hutan. Caranya, menawarkan kondisi yang memungkinkan untuk restorasi lahan gambut secara jangka panjang, yang tidak hanya selaras dengan agenda global dalam mitigasi perubahan iklim, tetapi juga mampu mendorong peningkatan sosial-ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan.
Belantara melakukannya antara lain dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat menanam tanaman agroforestri atau MPTS (multi-purpose tree species). Jenis bibitnya seperti pinang (Areca catechu), nangka (Artocarpus heterophyllus), jengkol (Archidendron pauciflorum), dan kopi robusta (Coffea canephora).
Harapannya, selain menyediakan sumber pangan, jenis tanaman membantu dalam mengatur hidrologi, meningkatkan biomassa, memperbaiki kualitas tanah, dan meningkatkan produktivitas lahan yang terdegradasi. "Jadi dapat meningkatkan dukungan masyarakat terhadap upaya restorasi karena mereka akan mendapatkan manfaat langsung,” kata Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan itu.
Sampai saat ini, implementasi program yang telah dilakukan antara lain meliputi penanaman dan perawatan 32.392 bibit pada lahan seluas 45 hektare. Didukung oleh Jejakin, program ini juga telah menanam sebanyak 15.112 bibit di antaranya yang melibatkan teknologi barcode dan sensor data untuk memantau pertumbuhan pohon. Pelibatan teknologi sejak 2023 ini membuat pertumbuhan pohon dapat dilihat menggunakan aplikasi.
Chief Growth Officer Jejakin Sudono Salim menyatakan komitmen mendukung program restorasi lahan gambut dengan menciptakan solusi keberlanjutan lingkungan berbasis teknologi. "Teknologi dari Jejakin memungkinkan monitoring pertumbuhan pohon yang ditanam secara real-time, sehingga memastikan transparansi dan keberlanjutan dalam program ini," katanya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani Wono Lestari Riyanto mengatakan bahwa program restorasi lahan gambut melalui agroforestri ini sangat membantu masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola lahan gambut yang terdegradasi untuk pelestarian lingkungan dan kesejahteraan mereka. “Kami sangat berterima kasih dan semoga program berkelanjutan," ujar Riyanto.
CATATAN:
Artikel ini telah diubah pada Senin, 20 Januari 2025, pukul 12.19 WIB. Koreksi dilakukan pada data jumlah bibit dan luasan lahan seperti yang disebut dalam alinea pertama dan sembilan. Terima kasih.