Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat musim hujan tiba dan banjir melanda, tantangan yang dihadapi masyarakat tidak hanya sekadar genangan air dan potensi kerusakan infrastruktur. Di balik derasnya arus dan luapan air, kemunculan hewan-hewan liar yang terbawa arus atau keluar dari habitat aslinya turut meresahkan. Banjir membuat hewan-hewan ini mencari tempat yang lebih ama dan sering kali ke area permukiman manusia.
Keberadaan hewan-hewan liar di tengah kondisi darurat banjir tidak hanya menambah kepanikan, tetapi juga meningkatkan risiko kesehatan dan keselamatan. Selain risiko gigitan atau serangan, beberapa hewan juga bisa menjadi penyebar penyakit, seperti leptospirosis yang ditularkan melalui urine tikus. Penting bagi setiap orang untuk mengetahui jenis-jenis hewan yang perlu diwaspadai saat banjir untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Daftar 5 Hewan yang Harus Diwaspadai Saat Banjir
1. Ular
Baru-baru ini, masalah ular juga menjadi perhatian khusus saat terjadi banjir. Menurut pegiat satwa Hanif Kurniawanika, ketika seseorang tergigit ular, langkah pertama yang harus dilakukan adalah imobilisasi, yaitu menjaga agar bagian tubuh yang terkena gigitan tidak bergerak. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan dua batang kayu, bambu, kardus, atau bahan kaku lainnya untuk menahan pergerakan.
Terdapat dua metode imobilisasi, salah satunya adalah menggunakan plester elastis. Metode ini khusus diterapkan pada kasus gigitan ular dengan bisa neurotoksin yang kuat. Hanif Kurniawanika menjelaskan bahwa penggunaan perban elastis sebaiknya hanya dilakukan oleh tenaga medis terlatih, seperti perawat. Artinya, metode ini tidak dianjurkan untuk dilakukan oleh masyarakat umum tanpa keahlian khusus.
Proses imobilisasi biasanya dilakukan selama 24 hingga 48 jam. Untuk kasus gigitan ular dengan bisa hematotoksin yang menyebabkan pembengkakan, metode imobilisasi tanpa menggunakan plester elastis lebih dianjurkan.
2. Biawak
Setiap musim hujan, hewan melata seperti ular, biawak, dan hewan liar lainnya cenderung keluar dari sarangnya untuk mencari tempat yang hangat. Warga diminta tetap waspada dan segera melapor jika menemukan hewan-hewan tersebut. Saat hujan turun, hewan melata sering kali masuk ke permukiman sehingga dianjurkan berhati-hati dan menghubungi petugas agar hewan berbahaya atau berbisa bisa dievakuasi dengan aman.
“Saat musim hujan hewan melata kerap keluar dan masuk ke pemukiman, sehingga warga diminta berhati-hati jika mendapati hewan berbahaya dan berbisa dapat menghubungi petugas untuk segera dievakuasi," jelas Hanif Kurniawanika dikutip dari Antara.
3. Tikus
Menurut informasi dari dinkes.sulbarprov.go.id, tikus menjadi salah satu penyebab penyakit leptospirosis ketika banjir. Penyakit ini ditularkan melalui urine tikus dan bisa masuk ke tubuh manusia melalui selaput lendir, mata, hidung, kulit yang terluka, atau melalui makanan yang terkontaminasi.
Penyebab leptospirosis adalah bakteri Leptospira interrogans yang ditularkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan lain yang dapat menjadi pembawa bakteri ini antara lain anjing, hewan pengerat seperti tikus, serta hewan ternak seperti sapi dan babi. Bakteri Leptospira mampu bertahan hidup di ginjal hewan yang terinfeksi.
Manusia bisa terpapar leptospirosis melalui kontak dengan air atau tanah yang sudah tercemar urine hewan pembawa bakteri tersebut. Kasus penyakit ini sering terjadi di wilayah yang terkena banjir, terutama bagi orang-orang yang sering berinteraksi dengan hewan-hewan tersebut.
4. Lintah
Korban banjir saat ini sangat membutuhkan berbagai bantuan, mulai dari tenda pengungsian, selimut, makanan siap saji, air bersih, perlengkapan keluarga, perlengkapan bayi, lampu darurat, tikar, pakaian bersih yang layak pakai, hingga peralatan rumah tangga untuk membersihkan lumpur dan lingkungan sekitar. Dikutip dari wiz.or.id, air banjir di Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu diduga mengandung lintah karena lokasinya yang berdekatan dengan kandang hewan ternak. Lintah ketika banjir juga berpotensi terjadi di daerah-daerah lainnya.
5. Serangga
Ketika banjir, serangga seperti nyamuk dan lalat bisa berkembang biak dengan cepat karena kondisi lingkungan yang lembab. Dikutip dari dailynusantara.id, beberapa spesies nyamuk berpotensi menyebarkan virus penyebab penyakit seperti demam berdarah dan malaria. Untuk mencegah penularan, disarankan menggunakan kelambu dan obat nyamuk sebagai langkah perlindungan.
Pilihan Editor: Kocar-kacir Menangani Banjir
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini