Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti kebakaran dari University of California, Merced, Crystal A. Kolden, menilai kebakaran hutan di Los Angeles juga dipengaruhi oleh cuaca ekstrem. Kebakaran di wilayah ini memang biasa dipengaruhi oleh angin Santa Ana, tetapi awal tahun ini ada pengaruh dari kekeringan panjang selama berbulan-bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jenis kebakaran hebat seperti ini belum pernah terjadi pada bulan Januari sebelumnya, dan hanya terjadi sekali pada bulan Desember,” kata Kolden dikutip dari New Scientist, Sabtu, 11 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebakaran bermula pada tanggal 7 Januari 2025. Departemen Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran California mencatat sampai 8 Januari 2025 ada empat kebakaran hutan. Dua kebakaran terbesar adalah kebakaran Palisades dan kebakaran Eaton, yang masing-masing telah membakar lebih dari 4.000 hektare dalam sehari. Kebakaran tersebut telah menewaskan dua orang dan menghanguskan lebih dari seribu rumah, serta memaksa puluhan ribu orang mengungsi.
Kolden mengatakan angin kencang Santa Ana telah mencapai kecepatan hingga 129 kilometer (80 mil) per jam, meniup api dan mempercepat penyebaran wilayah terdampak. Badai angin tersebut diperkirakan akan menjadi yang paling dahsyat sejak 2011, dengan status "kondisi cuaca kebakaran yang sangat kritis" diperkirakan akan terus berlanjut hingga sore hari tanggal 8 Januari, menurut Badan Cuaca Nasional AS.
Kolden mengatakan banyaknya kombinasi bahan bakar halus, kekeringan, angin kencang, panas, dan kering menghasilkan kebakaran paling eksplosif. Suhu permukaan laut di atas rata-rata di Samudra Pasifik, yang mungkin sebagian disebabkan oleh perubahan iklim, juga berkontribusi terhadap kondisi kering.
Kebakaran dapat terus berlanjut hingga 10 Januari, sehingga menyulitkan upaya pemadaman kebakaran. Peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA), William Park, mengatakan cuaca musim gugur dan musim dingin yang basah biasanya membatasi pengaruhnya terhadap kebakaran.
Tahun ini cuaca hujan itu masih belum tiba, membuat vegetasi mengering dan siap terbakar. "Ditambah lagi, ada lebih banyak vegetasi sebagai bahan bakar berkat musim dingin yang basah pada tahun 2023 yang meningkatkan pertumbuhan. Panas yang hebat dan kekeringan sepanjang tahun 2024 mengeringkannya," ucap William.
Sampai saat ini pejabat setempat masih menyelidiki pemicu pasti kebakaran tersebut. Sejumlah video amatir dan foto yang tersebar di media sosial menunjukkan dampak kebakaran sangat luas hingga ke permukiman elit.
Pilihan Editor: Gempa Darat Dangkal M2,2 Guncang Pasirwangi Garut Tengah Malam