Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Penyebab Fenomena Hujan Es Mengguyur Yogyakarta

Fenomena hujan es disertai hujan lebat dan angin kencang dilaporkan telah mengguyur sejumlah wilayah di Yogyakarta. Apa sebabnya?

13 Maret 2025 | 06.01 WIB

Warga menunjukkan hujan es di kawasan Kotagede Yogyakarta, Selasa 11 Maret 2025. Dok. Istimewa
Perbesar
Warga menunjukkan hujan es di kawasan Kotagede Yogyakarta, Selasa 11 Maret 2025. Dok. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena hujan es disertai hujan lebat dan angin kencang dilaporkan telah mengguyur sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Fenomena alam tersebut terjadi pada Selasa sore, 11 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beberapa wilayah yang terdampak hujan es meliputi kawasan Godean, Sleman, Mranggen, Kotagede, serta area sekitar Universitas Gadjah Mada (UGM). “Hujan es berlangsung sekitar lima menit saat saya berada di Kwarasan, Godean, Sleman. Ukuran es yang jatuh bervariasi, ada yang sebesar ruas jari orang dewasa, sementara lainnya sebesar kelereng,” ujar Guntur, warga Sleman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono membenarkan fenomena tersebut. Dia menyatakan fenomena hujan es melanda beberapa wilayah di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul. "Terjadi di Sleman dan di Bantul, ya, sebagian karena memang ini bergerak. Di Kota Yogyakarta juga ada," ujar warjono sebagaimana dilansir dari Antara.

Warjono mengungkapkan bahwa fenomena hujan es terjadi akibat keberadaan awan cumulonimbus yang menjulang hingga 15 kilometer, dengan suhu puncak awan mencapai  -72,5 celsius. Menurutnya, fenoma alam ini terjadi karena butiran es di lapisan atas atmosfer tidak sempat mencair sepenuhnya sebelum jatuh ke permukaan bumi akibat sedikitnya gesekan udara

Warjono menjelaskan, hujan es terjadi akibat adanya aliran udara turun atau downdraft yang kuat, sehingga butiran es yang berjatuhan ke permukaan mengalami minim hambatan. Selain itu, angin barat yang bergerak menuju daerah timur turut berperan dalam membawa awan hujan es ini ke sejumlah wilayah di Yogyakarta.

"Jadi hujan es itu terjadi karena suhu udara di atas lembap dan panas, di permukaan naik, lalu membentuk awan cumulonimbus, awan ini bergerak dari Kulon Progo menuju Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul," kata dia.

Fenomena alam yang terjadi Selasa sore itu, disertai angin kencang dan petir yang terpantau di beberapa wilayah Yogyakarta.

Meski begitu, Warjono mengungkapkan bahwa masyarakat tidak perlu panik. Fenomena hujan es ini merupakan peristiwa yang lazim terjadi saat peralihan musim atau musim pancaroba baik dari musim hujan ke kemarau, begitupun sebaliknya.

Warjono justru menekankan bahwa yang perlu diwaspadai adalah dampak cuca ekstrem lain pada masa peralihan Maret-April ini. Terutama potensi angin puting beliung di pertengahan hingga akhir Maret. “Pada dasarian ketiga Maret nanti, diperkirakan masih terjadi hujan lebat di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta, disertai potensi angin puting beliung,” ujarnya.

Menurut Warjono, di Sleman, potensi angin puting beliung berpotensi tinggi terjadi di Kecamatan Minggir atau perbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo. "Angin puting beliung ini juga berpotensi tinggi terjadi di Kabupaten Bantul yang kemudian bergerak ke wilayah Kota Yogyakarta (ke utara)," kata dia.

BMKG Yogyakarta pun mengingatkan warga untuk selalu waspada terhadap potensi hujan lebat dalam tiga hari ke depan, terutama bagi masyarakat yang beraktivitas di Kabupaten Bantul, Sleman dan Yogyakarta.

Pribadi Wicaksono berkontribusi dalam artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus