Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid mengatakan, terjadi letusan Gunung Marapi di Sumatera Barat pada Sabtu, 8 Maret 2025 pukul 10.41 WIB. Letusan tersebut terekam di peralatan seismograf dengan durasi 55 detik dan amplutido 30,4 milimeter. “Kolom abu atau asap erupsi tidak teramati dari Pos Pengamatan, namun masyarakat dapat mengamatinya dari arah Kubang Putiah,” kata dia dikutip dari keterangannya, Sabtu, 8 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wafid mengatakan, gunung berapi dengan tinggi 2.891 meter di atas permukaan laut itu masih menghasilkan letusan secara tidak kontinyu akibat dari dinamika naik turunnya pasokan magma dari kedalaman tubuh gunung api. Dalam seminggu terakhir misalnya terpantau tiga kali peristiwa letusan. Pasokan magma berasal dari kedalaman yang tergolong rendah yang diindikasikan dari gempa vulkanik dangkal yang terekam lima kali dan gempa vulkanik dalam yang terekam tiga kali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dalam satu minggu terakhir data pengamatan menunjukkan aktivitas hembusan asap dari Kawah Verbeek dapat teramati dengan tinggi maksimum 200 meter di atas puncak dan tiga kali erupsi dengan tinggi kolom abu yang dapat teramati 1.200 meter di atas puncak,” tutur Wafid.
BACA JUGA
Gunung Marapi Erupsi dengan Kolom Abu Capai 1.200 Meter, Warga: Getaran Dahsyat
Wafid mengatakan, letusan Gunung Marapi terjadi akibat proses buka-tutup ventilasi conduit di bagian dasar Kawah Verbeek, kawah utama gunung tersebut. Proses tersebut terus berulang selama pasokan magma dari kedalaman masih berlangsung walaupun dalam kuantitas yang kecil.
“Saat terjadi pengerasan lava karena proses pendinginan, yang dapat dipercepat oleh infiltrasi air meteorik, maka ventilasi conduit akan menutup sehingga terjadi akumulasi tekanan di bagian dangkal dekat permukaan, lalu saat batas kejenuhan tekanan terlewati atau over saturated, mengakibatkan erupsi terjadi, pelepasan energi, dan ventilasi conduit membuka kembali,” kata Wafid.
Wafid mengatakan, Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar itu saat ini masih berpotensi sewaktu-waktu terjadi erupsi sebagai bentuk pelepasan akumulasi tekanan atau energi di tubuh gunung tersebut. “Potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan masih berada di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) Gunung Marapi,” kata dia.
Badan Geologi saat ini masih mempertahankan status aktivitas Gunung Marapi berada di Level II atau Waspada dengan rekomendasi berupa larangan aktivitas manusia dalam radius 3 kilometer dari pusat aktivitas yakni Kawah Verbeek. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau bantaran aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar mewaspadai potensi ancaman bahaya banjir lahar yang dapat terjadi saat musim hujan.
Pilihan Editor: BMKG: Gempa 5,3M Guncang Waingapu, Nusa Tenggara Timur