Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Potensi Awan Hujan Sepekan di Selatan Indonesia dan Gempa Bali di Top 3 Tekno

Topik BMKG mendeteksi peluang pembentukan awan hujan di selatan Indonesia, terutama Jawa, 6-12 September 2024, menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

8 September 2024 | 06.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno dimulai dari topik tentang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi peluang pembentukan awan hujan di wilayah selatan Indonesia, terutama di Pulau Jawa, pada periode 6-12 September 2024. Potensi serupa juga ada di wilayah tengah dan utara ekuator, seperti Sumatera bagian utara hingga tengah, Kalimantan, Sulawesi Utara, Maluku Utara, serta Papua bagian utara. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berita populer selanjutnya tentang Kabupaten Gianyar, Bali, diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 pada pukul 09.51 WITA, Sabtu pagi tadi, 7 September 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersumber dari kedalaman 10 kilometer di darat. Titiknya berada 2 kilometer di timur laut Gianyar, Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, aplikasi IQAir mecatat kualitas udara di Jakarta pada Sabtu pagi, 7 September 2024, kembali berkaegori Tidak Sehat. Kondisi udara ini lebih buruk bila dibandingkan saat kedatangan Paus Fransiskus ke DKI, pada 3-6 September lalu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi peluang pembentukan awan hujan di wilayah selatan Indonesia, terutama di Pulau Jawa, pada periode 6-12 September 2024. Potensi serupa juga ada di wilayah tengah dan utara ekuator, seperti Sumatera bagian utara hingga tengah, Kalimantan, Sulawesi Utara, Maluku Utara, serta Papua bagian utara.

Merujuk keterangan resmi BMKG pada Sabtu, 7 September 2024, potensi awan hujan selama sepekan ke depan itu dipengaruhi oleh fenomena cuaca global dan regional, misalnya gelombang Kelvin dan gelombang Rossby Ekuatorial yang aktif. Ada juga dampak dari daerah pertemuan dan perlambatan angin, serta kelembapan udara yang tinggi.

“Labilitas atmosfer yang tinggi turut memperkuat pembentukan awan hujan, menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya hujan,” begitu bunyi pernyataan resmi BMKG.

Selama pekan pertama September 2024, curah hujan di Indonesia bagian utara masih tinggi, berkisar 100-150 milimeter (mm). Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh juga sempat mencatat hujan ekstrem atau berintensitas sangat lebat, mencapai 175 mm per hari, pada 2 September lalu.

Kabupaten Gianyar, Bali, diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 pada pukul 09.51 WITA, Sabtu pagi tadi, 7 September 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersumber dari kedalaman 10 kilometer di darat. Titiknya berada 2 kilometer di timur laut Gianyar, Bali.

Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, mengatakan lindu yang ttergolong dangkal itu muncull akibat aktivitas sesar aktif di darat. “Berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber, gempa ini mekanisme pergerakan turun atau normal fault,” katanya melalui keterangan tertulis, Sabtu siang.

Merujuk laporan masyarakat, guncangan gempa M4,9 itu dirasakan di Gianyar dengan skala III-IV MMI atau getarannya terasa seakan ada truk berlalu. Efeknya bisa membuat kaca jendela atau pintu berderik.

Pada siang hari skala guncangan gempa tersebut juga dirasakan orang di luar ruangan. Lindu ini juga menjalar ke Tabanan, Badung, Denpasar, Klungkung, Mataram, Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat dengan skala getaran III MM.

Aplikasi IQAir mecatat kualitas udara di Jakarta pada Sabtu pagi, 7 September 2024, kembali berkaegori Tidak Sehat. Kondisi udara ini lebih buruk bila dibandingkan saat kedatangan Paus Fransiskus ke DKI, pada 3-6 September lalu.

Ketika dipantau pada pukul 08.30 WIB tadi, tadi, Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) Jakarta mencapai angka 156. Adapun konsentrasi partikel halus (Particulate Matter/PM) 2,5 sebesar 62 mikrogram per meter kubik.

"Konsentrasi PM2.5 di Jakarta 12,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," begitu bunyi catatan di laman IQAir.

Dengan kepekatan polutan tersebut, Jakarta berada di posisi ke-4 dalam daftar kota paling berpolusi versi IQAir. Dalam catatan real-time ini, kualitas udara Indonesia sedikit lebih baik dibanding Kota Kinsasha di Republik Demokratik Kongo, Kampala di Uganda, serta Dubai di Uni Emirat Arab.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus