Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

Film Bila Esok Ibu Tiada, Sosok Hebat Ibu Tunggal Atasi Persoalan Keluarga

Bagaimana sang ibu tunggal menyelesaikan persoalan keluarga di Film Bila Esok Ibu Tiada?

14 Desember 2024 | 20.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bila Esok Ibu Tiada, Film Kegelisahan Seorang Ibu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film Bila Esok Ibu Tiada sukses menembus 3,7 juta penonton per 12 Desember 2024. Walhasil, Bila Esok Ibu Tiada masuk daftar 10 besar film terlaris tahun ini. Film yang disutradarai Rudi Soedjarwo ini merupakan adaptasi dari novel populer karya Nagiga Nur Ayati berjudul sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film Bila Esok Ibu Tiada bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga setelah Haryo, sang ayah, meninggal. Hal itu menyisakan duka mendalam bagi ibu, Rahmi, dan empat anaknya. Berbagai masalah muncul kemudian menyangkut anak-anak mereka. Bagaimana sang ibu tunggal dan anak-anaknya menyelesaikan persoalan keluarga dan apa kekuatan film Bila Esok Ibu Tiada?  Baca selengkapnya di sini

Tari

Panggung Istimewa Seniman Tua

Sejumlah sesepuh pelaku seni mendapat penghargaan dalam acara “Panggung Maestro", apresiasi pemerintah dan kelompok pegiat seni.

Sejumlah sesepuh pelaku seni mendapat penghargaan dalam acara “Panggung Maestro" yang digelar Kementerian Kebudayaan, bekerja sama dengan Yayasan Bali Purnati serta didukung Yayasan Taut Seni dan Bumi Purnati Indonesia, pada Selasa-Rabu, 10-11 Desember 2024. Panggung Maestro merupakan apresiasi pemerintah dan kelompok pegiat seni kepada para tokoh senior yang telah mendedikasikan hidupnya bagi seni tradisi Indonesia.

Salah satu penerima penghargaan itu adalah tokoh tari asal Yogyakarta, Yohanes Sumandiyo Hadi. Pensiunan guru besar Seni Tari Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu tetap menari dan melatih tari hingga kini, di usia 75 tahun.  Dalam pertunjukan di panggung itu, Sumandiyo tak cuma bergerak, tapi juga masih lihai memainkan ekspresi wajah saat menari. Bagaimana ia menekuni tari hingga usianya sekarang? Artikel lengkap baca di sini

Sastra

L.K. Ara: Insang, Suno, dan Didong

L.K Ara, 87 tahun, promotor budaya Gayo, masih produktif berkarya .

Di usia 87 tahun, sastrawan L.K. Ara tetap produktif menulis. Ia hadir di berbagai acara sastra dan budaya, juga menjadi YouTuber. Ia tak pernah diam dalam berkarya dan terus bergerak menggunakan kemungkinan-kemungkinan baru perkembangan teknologi digital. Ia merekam berbagai peristiwa sastra, seni, dan budaya untuk kanal YouTube-nya. Ia juga menggunakan kecerdasan buatan untuk mengalihwahanakan puisi ke dalam musik dan video.

L.K. Ara dikenal sebagai salah satu perawat budaya Gayo dan dokumentator sastra lisan Gayo. Ia mengumpulkan karya-karya puisi penyair didong dan menerbitkannya. Dia pulalah yang memperkenalkan Cek Toet dengan sangat baik di Jakarta dan mendapat apresiasi positif dari tokoh-tokoh nasional, termasuk para seniman terkemuka. Bagaimana seniman senior ini terus bergerak dan berkarya? Baca selengkapnya di sini

Lingkungan

Catatan COP29: Distribusi Pendanaan Iklim yang Adil

Konferensi Tingkat Tinggi untuk Perubahan Iklim PBB tahun ini dijuluki sebagai COP Keuangan.

Amerika Serikat, Kanada, dan Australia menuai kritik karena tidak maksimal mendanai aksi iklim. Pencemar wajib membayar. Simak selengkapnya di sini

Cari Angin

Berebut Pengurus Palang Merah: Memalukan

Berebut jabatan di lembaga kemanusiaan itu bisa menjadi bahan pertanyaan di kalangan masyarakat. Apa sebenarnya yang terjadi? Selengkapnya baca di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus