Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Newsletter

Ledakan Populasi Tikus Menjadi Ancaman Baru di Tengah Krisis Iklim

Tikus got dan tikus rumah menyerbu kota. Dari Jakarta hingga IKN, ledakan populasi tikus menjadi peringatan serius soal krisis iklim

28 April 2025 | 16.00 WIB

Koleksi spesimen tikus berbagai jenis yang dimiliki Laboratorium Vertebrata Hama IPB University. Tempo/Dody Hidayat
Perbesar
Koleksi spesimen tikus berbagai jenis yang dimiliki Laboratorium Vertebrata Hama IPB University. Tempo/Dody Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tikus, hewan pengerat yang menjalani komensalisme atau mudah hidup beradaptasi dengan makhluk lain termasuk manusia, akhir-akhir ini tengah menjadi subyek berita media massa. Mulai dari kabar teror bangkai tikus got ke kantor redaksi Tempo, berita serbuan tikus sawah yang meresahkan petani di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dan rekaman video tikus-tikus rumah yang berkeliaran di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pertanyaan pun muncul dari maraknya pemberitaan tikus tersebut: apakah telah terjadi ledakan populasi tikus?Apakah normal bila orang dengan mudahnya menangkap enam tikus got dalam semalam di Jakarta? Apakah biasa tikus sawah memakan padi sehingga hasil panen petani di Desa Randegan Wetan, Majalengkaturun dari 5-6 ton per hektare menjadi 2 ton saja? Dan apakah wajar ketika Otorita IKN menangkap 42 tikus rumah di Rumah Susun ASN 1?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jawabannya bisa didapat dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya. Menurut aturan itu, meski hanya satu ekor tikus yang ditangkap dalam satu malam, hasil itu sudah melampaui nilai baku mutu alias terjadi ledakan populasi tikus. Pertimbangannya: satu ekor tikus berpotensi menyebarkan berbagai macam penyakit seperti pes, leptospirosis, dan visus hanta.

Pemerintah daerah rutin melakukan surveilans kepadatan tikus untuk mengukur jumlah tikus yang menjadi ancaman terhadap kesehatan manusia. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Jakarta terakhir melakukan surveilans kepadatan tikus di Kelurahan Warakas, Jakarta Utara pada Oktober 2023 lalu. Sukses jebakan yang didapat dari surveilans itu sebesar 25 persen, sangat jauh di atas baku mutu yang kurang dari 1 persen. Adapun jumlah tikus yang berhasil ditangkap selama tiga malam penjebakan adalah 45 ekor, didominasi tikus got. 

Ledakan populasi tikus ternyata terjadi juga di kota-kota besar dunia. Hal itu terungkap dari riset tim ilmuwan yang dipimpin Jonathan Richardson dari University of Richmond, Amerika Serikat yang dipublikasikan di jurnal Science Advances 25 Januari 2025. Berdasarkan analisis data pengaduan masyarakat terhadap penampakan tikus dan infestasi di 16 kota di Amerika Serikat, Kanada, Belanda, dan Jepang, dalam dekade terakhir, populasi tikus hitam di Washington DC meningkat 390 persen; di San Francisco 300 persen; Toronto 186 persen, dan Kota New York 162 persen.

Menurut peneliti, kenaikan suhu berkorelasi dengan peningkatan jumlah tikus. Sebagai mamalia kecil, tikus berjuang selama musim dingin, tetapi pada suhu yang lebih tinggi mereka dapat berkembang biak lebih banyak dan mencari makan lebih lama. Berkurangnya tutupan vegetasi demi urbanisasi juga berkontribusi dalam menambah jumlah tikus. Ekosistem yang terfragmentasi memberi kesempatan tikus berkembang biak. Selain itu, peningkatan populasi manusia cenderung menyediakan lebih banyak limbah makanan sebagai sumber daya yang mendukung populasi tikus. 

Selain mengulas bagaimana ledakan populasi tikus dipicu oleh krisis iklim, urbanisasi, dan penambahan populasi manusia, dalam rubrik Ilmu dan Teknologi di edisi Mingguan pekan ini, kami juga menurunkan tulisan kolom profesor Badan Riset dan Inovasi Nasional tentang asal-usul leluhur tikus komensal.

Baca lengkap liputan Makan Bergizi Gratis: Makan Bergizi Gratis buat Handai Tolan

Dody Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini, alumnus Universitas Gunadarma ini mengasuh rubrik Ilmu & Teknologi, Lingkungan, Digital, dan Olahraga. Anggota tim penyusun Ensiklopedia Iptek dan Ensiklopedia Pengetahuan Populer.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus