Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayi ini sungguh ajaib. Orok berusia empat bulan ini memberikan aura positif bagi tim nasional Inggris—bahkan saat masih dalam kandungan. Namanya Kai, putra semata wayang striker Wayne Rooney dengan istrinya, Coleen. Anak yang lahir pada 2 November tahun lalu itu mengubah secara radikal kepribadian Rooney.
”Menjadi seorang ayah, Anda dituntut menjadi contoh bagi anak Anda, dan dia akan memperhatikan apa pun yang Anda kerjakan,” kata pemain 24 tahun itu. Penyerang dari klub Manchester United itu kini tampil lebih kalem. Ketenangannya berimbas pada produktivitasnya di depan gawang lawan. Hasilnya, Inggris melaju kencang tanpa hambatan ke Piala Dunia 2010 dengan keluar sebagai juara Grup 6 babak kualifikasi zona Eropa.
Rooney adalah pemain terpenting bagi The Three Lions. Statistik performanya tertinggi dibanding rekan rekannya. Anak Thomas Wayne, petinju amatir, ini menghasilkan sembilan gol dan lima assist—umpan yang langsung menghasilkan gol—dari sepuluh laga kualifikasi. Dan untuk Manchester United, Rooney sudah mempersembahkan 33 gol di segala kompetisi sampai pekan lalu.
Catatan Rooney ini sungguh berbeda bila dibandingkan dengan penampilannya pada kualifikasi Euro 2008. Ketika itu, Rooney cuma mengoleksi dua gol dan langkah Inggris terhenti di babak kualifikasi. Di tingkat klub, Rooney cuma mengumpulkan 20 gol dalam semua kejuaraan musim lalu.
Selain memperbaiki sikap berangasannya, Rooney mengubah gaya hidupnya karena Kai. ”Dulu saya selalu berangkat tidur pukul satu dinihari, sekarang tak lebih dari pukul 10.30 malam,” kata mantan pemain Everton ini. Tidur lebih cepat, hidup lebih sehat, fisik tambah bugar, gol pun berdatangan.
Menilai Rooney sebagai satu satunya faktor kehebatan Inggris tentu saja berlebihan. Tapi, faktanya, semua orang menyebut Rooney pemain yang bisa membawa Inggris menjuarai Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Pelatih Australia, Pim Verbeek, memuji Rooney sebagai ”pemain ekstraspesial”. Pelatih Jerman, Joachim Loew, menyebutnya ”penyerang yang tak bisa dihentikan”. Dan menurut pelatih AC Milan, Leonardo, Rooney adalah ”pemain yang komplet”.
Pujian dari mulut pelatih Inggris, Fabio Capello, lebih banyak lagi. Pelatih asal Italia ini memandang penyerang bertinggi badan 178 sentimeter itu ”bukan pemain sembarangan, memiliki bakat besar, dan mau belajar”.
Namun, sebaliknya, bila Rooney ditanya apa faktor terbesar kecemerlangan Inggris, dia menjawab ”Don Fabio”. Baginya, Capello adalah seorang pelatih yang menakutkan. Sang pelatih tak pernah memperhitungkan nama besar dalam menyusun skuad. Bila pemain tampil buruk di tingkat klub, Don Fabio pasti akan mencoret si pemain. ”Itu memacu saya menjaga penampilan,” kata Rooney.
Capello memang sudah teruji menangani banyak klub dalam dua dasawarsa karier kepelatihannya. AC Milan dia beri empat scudetto Seri A, AS Roma satu, dan Juventus dua, sementara Real Madrid dia beri dua mahkota gelar juara Liga Spanyol. Tapi Inggris menjadi tim nasional pertama yang dia tangani.
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) memberinya gaji sekitar Rp 108 miliar per tahun. Pelatih berusia 64 tahun ini menjadi pelatih termahal pada Piala Dunia nanti. Capello membayarnya dengan serangkaian hasil baik: sembilan kali menang beruntun pada kualifikasi dan cuma kalah dari Ukraina pada pertandingan terakhir saat Inggris sudah lolos. Yang paling fenomenal adalah kemenangan 4 1 di kandang Kroasia, tim yang dua kali membenamkan Inggris saat kualifikasi Euro 2008.
”Fabio Capello dan stafnya memberi kami mentalitas kepercayaan diri untuk mengalahkan siapa pun,” puji gelandang senior David Beckham. Mentalitas, sepertinya cuma ini kekurangan Inggris dari masa ke masa. Pasalnya, kualitas Liga Inggris selalu menghasilkan pemain hebat dari masa ke masa di tingkat klub, tapi mereka selalu keok sebagai tim nasional.
Dari 12 kali ikut serta Piala Dunia, The Three Lions baru sekali menjadi juara. Itu pun saat menjadi tuan rumah, pada 1966. Penampilan terbaik selanjutnya terjadi pada 1990 di Italia: Inggris masuk semifinal. Di luar itu, negara yang mengaku sebagai penemu sepak bola ini lebih banyak diberitakan dalam soal di luar lapangan: dari skandal keuangan yang melibatkan pelatih Terry Venables, komentar menghina kaum cacat dari pelatih Glenn Hoddle, sampai perselingkuhan pelatih Sven Goran Eriksson.
Di bawah Capello, Inggris melaju kencang di dalam lapangan dan tanpa gosip di luar lapangan. Sampai kemudian terungkaplah kasus perselingkuhan John Terry dengan pacar Wayne Bridge. Terry adalah kapten sekaligus stopper dan Bridge bek kiri cadangan. Akibat skandal ini, Bridge menyatakan mundur dari tim nasional. Menghindari meluasnya keretakan tim, Capello memutuskan mencopot ban kapten dari lengan Terry dan memindahkannya ke Rio Ferdinand.
Capello juga tegas dalam urusan istri dan pacar pemain, yang dikenal dengan istilah WAGs alias wives and girlfriends. Tidak seperti di era kepelatihan Eriksson, Capello melarang WAGs dekat dekat dengan pemain pada hari pertandingan. ”Kami berangkat ke Afrika untuk bertanding, bukan pesiar.”
FA mencari hotel untuk WAGs yang terpisah dengan penginapan pemain di Afrika nanti. Ini berbeda dengan situasi pada Piala Dunia 2006 di Jerman. Ketika itu, penginapan pemain dan pasangannya menjadi satu. Dikomando istri Beckham, Victoria, dan Coleen yang saat itu masih berstatus pacar Rooney WAGs berbelanja di siang hari dan berpesta di malam hari. Konsentrasi pemain pun buyar.
Keputusan Capello mendapat dukungan dari para pemain. Juga dukungan dari takdir. Secara kebetulan, para ”biang WAGs” tak bisa hadir di Afrika. Victoria tak berangkat karena Beckham mendapat cedera. Istri bek kiri Ashley Cole, Cheryl, tak berangkat karena mereka sudah bercerai. Sedangkan gelandang serang Steven Gerrard melarang istrinya, Alex Curran, ikut serta dengan alasan harus menjaga sekolah kedua anak mereka.
Dan istri Rooney, Coleen, tak berangkat karena Kai masih kecil. ”Terakhir kali (Piala Dunia 2006) kami berada dalam satu hotel dan terdapat sedikit masalah,” kata Rooney. ”Sekarang istri saya punya seorang bayi, jadi dia tak akan ke mana mana.” Baby Kai memaksa sang mama tak merecoki tugas negara ayahnya.
Andy Marhaendra (Guardian, Timesonline, Soccernet)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo