NASIB kesebelasan nasional Indonesia yang dipersiapkan untuk
Asian Games VIII di Bangkok, Desember depan berada di ujung
tanduk. 2 tim terpilih buat memasuki pelatnas ternyata tak satu
pun yang memberikan harapan cerah. Dari serangkaian pertandingan
percobaan yang diikuti, baik dalam turnamen Piala Anniversary
maupun kejuaraan Merdeka Games, hasil yang diraih sangat tidak
memadai.
Dalam turnamen Piala Anniversary di Jakarta Juni lalu tim PSSI
Harimau dan PSSI Banteng cuma menduduki tempat kedua dan juru
kunci. Pada kejuaraan Merdeka Games di Kuala Lumpur, Juli
kemarin Indonesia yang diwakili oleh PSSI A, inkarnasi dari PSSI
Harimau, hanya mampu menempatkan diri di urutan ke-7 di antara 8
kesebelasan peserta.
Di balik kekalahan tragis di Kuala Lumpur, tim PSSI A tak kurang
dirundung oleh cobaan lain. Sebagian pemain dituduh kena suap.
Ketika kasus ini dicek kebenarannya kepada Sekretaris Umum PSSI,
Maulwi Saelan tak ada kepastian yang keluar dari mulutnya. Ia
cuma mengatakan, "persoalannya telah diserahkan kepada Kodak
Metro Jaya guna diadakan pengusutan lebih lanjut." Sampai Sabtu,
5 Agustus kemarin baik Kadapol Metro Jaya, Anton Soedjarwo
maupun Komandan Satuan Reserse Kodak Metro Jaya, Kusparmono
Irsan menyatakan bahwa Polisi belum menerima perkara PSSI
tersebut.
Tanpa Target
Sementara petaka suap di kalangan pemain PSSI belum mendapat
kejernihan, tiba-tiba muncul pula suatu kejutan. Ketua Bidang
Pembinaan PSSI, Acub Zainal menyatakan pengunduran diri. Menurut
pengakuannya, pengunduran dirinya itu adalah sebagai
pertanggunganjawab atas kegagalannya dalam membina tim nasional.
Dalam rapat pengurus di sekretariat PSSI di Senayan, Jumat 4
Agustus siang diputuskan bahwa jabatan yang ditinggalkan Acub
Zainal dipegang langsung oleh Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin.
Dalam situasi pelik yang menimpa kehendak PSSI untuk mengikuti
AG VIII ternyata tak menjadi kendor. "Kita tak boleh berhenti
karena prestasi buruk dalam suatu turnamen. Apalagi bukan
turnamen itu targetnya," kata Saelan.
Bertolak dari pemikiran tersebut, Saelan sekaligus mengumumkan
25 nama pemain terpilih yang akan dikirim untuk mengikuti
turnamen President's Cup di Seoul, September muka. Inti dari tim
yang dipersiapkan ini adalah pemain-pemain PSSI B (d/h PSSI
Banteng) ditambah beberapa muka dari PSSI A seperti Sudarno,
Henky Rumere, Taufik Saleh, dan Robby Binur. Sebagai pelatihnya
ditunjuk Aang Witarsa. Seperti dengan pengiriman tim ke Merdeka
Games, kali ini Saelan juga mengatakan bahwa tak ada target yang
dibebankan pada mereka.
Mengingat tim ke President's Cup berangkat tanpa sasaran, dan
atas pertimbangan bahwa PSSI memerlukan diri untuk
berkonsolidasi ke dalam, tidakkah sebaiknya Indonesia bisa
diwakili oleh klub atau bond ?
Ide itu tampak agak sulit untuk dicernakan PSSI. Sebagaimana
disampaikan Saelan bahwa pengiriman tim nasional ini perlu untuk
memberikan pengalaman bertanding pada mereka. Ia tidak
mempersoalkan apa pun hasil yang diraih. Menurut perhitungan di
kertas, kedudukan yang akan ditempati Indonesia di Seoul kiranya
tak akan jauh berbeda dengan penampilan di Merdeka Games.
Berdasarkan perhitungan dalam turnamen Anniversary, Merdeka
Games, maupun hasil yang akan dicapai di Seoul, perlukah tim
sepakbola Indonesia diturunkan di AG VIII? "Itu terserah KONI,"
jawab Saelan.
Di kanseleri KONI Pusat di Senayan, Jakarta hari Sabtu, 5
Agustus siang Ketua Harian KONI Pusat, Suprayogi memang belum
memberikan kata putus. Ia cuma mengatakan, "melihat hasil yang
dicapai mereka dalam berbagai turnamen kiranya sulit untuk
membawa mereka. Ada kemungkinan mereka tidak akan dikirim."
Perkiraan itu disampaikan Suprayogi mengingat target memasuki
perempat final yang disampaikan KONI Pusat pada PSSI, sukar akan
terpenuhi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini