API abadi yang dibawa beranting dari Mrapen, setelah menempuh
jarak 1.422 km, disulutkan pelari terakhir Awang Papilaya ke
cauldron Blaaap. Ia menyambar gas elpiji yang menyembur dari
tempat api yang terletak di sebelah selatan stadion utama
Senayan, Jakarta. Riuh tepuk tangan 100. 000 pengunjung. PON X
yang dibuka Presiden Soeharto resmi dimulai, 19 September
petang.
Apakah tema Pekan Olahraga Nasional kali ini? "Sasarannya tetap
prestasi," kata Sekjen PON X, Tjuk Sugiarto. Tentu saja tak
dilupakan anjuran Presiden Soeharto untuk mengolabragakan
masyarakat dan memasyarakatkan olahraga -- sebagaimana
disinggung oleh Ketua Eksekutif PON X, H.A.K.I. Chourmain, dalam
laporan pembukaan.
Tapi suasana jorjoran dalam mencapai prestasi tertinggi,
dibanding dengan PON 1973 dan 1977, tak begitu menonjol kali
ini. Kelompok 5 Besar PON Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Sumatera Utara--hampir tak terdengar membakar
semangat atlet masing-masing. Di zaman Gubernur Ali Sadikin men
jadi penyelenggara PON, perang urat saraf antar kontingen
termasuk bagian yang menyemarakkan pertandingan. "Dunia olahraga
kita lagi dalam fase menurun," kata Ketua PSMS Medan A. Wahab
Abdy. Diharapkannya suasana kompetitif itu terlihat lagi dalam
PON mendatang.
Kontingen Jawa Barat konon bertekad menggeser kedudukan Jawa
Timur, yang menempati urutan kedua di PON IX. Tapi setelah 10
bulan mempersiapkan diri, Ja-Bar malah seperti tak optimistis.
Gubernur Aang Kullaefi bahkan tak banyak meminta. "Prestasi
tertinggi yang pernah dicapai jangan sampai merosol," kataya
sewaktu melepas kontingen. Cuma itu. Kontingen Jawa Barat
menurunkan 353 atlet. Hampir semua cabang olahraga yang
dipertandingkan -- jumlahnya 41--akan diikutinya.
"Kami tak akan terpancing untuk melakukan perang urat saraf ,"
kata Ketua KONI Jawa Timur Flegoh Sumarto. "Yang penting
hasilnya." Ia optimistis kontingennya minimal mempertahankan
prestasi 177 dalam pengumpulan medali. Atlet Jawa Timur yang
diduga akan memecahkan rekor nasional (atletik) adalah Henny
Maspaitella dan Joko Sudargo--keduanya sebelum PON X berhltih di
Jerman Barat selama tiga bulan. Belum lagi nama-nama lain.
Tapi sebagian atlet Jawa Timur, di hari pertama pertandingan,
sudah urineuringan. Mereka dirisaukan oleh soal makanan. "Waktu
baru saja datang, kami disuguhi makanan yang enak. Ada ayam,
kakap, dan bahkan bakmi goreng," kata Ratnawaty dari cabang bola
basket. "Eh, malah di saat pertandingan akan dimulai, kami
disuguhi sarapan dengan sop dan daging yang alot." Kontingen
umumnya memasuki perkampungan atlet beberapa hari sebelum
pembukaan PON X.
Menu yang disediakan untuk atlet kali ini memang disesuaikan
dengan biaya yang terbatas. Dana yang tersedia Rp 2,4 milyar.
Padahal untuk menampung 4.000 atlet dan ofisial, menurut Tjuk
Sugiarto, dibutuhkan (idealnya) lebih lari Rp 3 milyar. Kalori
makanan yang disediakan adalah 2.500 kalori per hari. Angka itu,
menurut Walikota Senayan, Suditomo, sesuai dengan standar atlet.
"Asalkan atlet berangkat dari daerahnya berada dalam kondisi
prima," katanya.
Keluhan Kontingen Jambi lain lagi. Mereka mengkritik pelayanan
panitia mengenai penempatan atlet. "Hampir tujuh jam kami
terkatung-katung garagara itu," kata Ketua KONI Jambi Ibrahim
Ripin. Dalam PON lalu konon tidak ditemuinya kesulitan serupa.
Banyak hal yang tidak berjalan sesuai dengan rencana, memang.
Ketua KONI Pusat Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ketika meninjau
ke berbagai lokasi pertandingan, juga dikabarkan merasa kurang
puas dengan fasilitas yang tersedia. Ia mengkritik panitia
pelaksana. Yang kurang koordinatif. Lokasi pertandingan dalam
PON X tersebar di lima wilayah Jakarta serta Bogor dan Puncak.
Di dua lokasi terakhir itu diadakan lomba terjun payung dan
layang gantung.
Dalam PON terdahulu, 1973 dan 1977, pemondokan atlet seluruhnya
di Senayan. Tapi kini mereka dipencar-pencar. Atlet olahraga
air--seperti ski air, power boating, dayung--ditempatkan di
dekat lokasi pertandingan yang terletak di kawasan Jakarta
Utara. Mereka menempati Youth Hostel Ancol. Pemisahan ini oleh
sebagisn peserta dinilai akan mengurangi keintiman dengan atlet
cabang lain.
Di balik keprihatinan penyelenggaraan PON X, kolam renang tetap
merupakan arena perbaikan prestasi nasional terbanyak. Di hari
pertama, 20 September, sudah ada beberapa rekor nasional maupun
PON lama yang dicatat perenang. Di antaranya nomor 400 m gaya
bebas putri. Pemegang rekor PON X adalah Elfira Rosa Nasution
yang mencatat tempo 4 menit 44,56 detik (lama 5 menit 0,21
detik). Ia mengalahkan perenang nasional Nunung Selowati dan
Naniek Juliati Suwaji Suryaatmaja. Ini merupakan medali emas
pertama buat Kontingen Sumatera Utara.
Penumbang rekor lain ialah perenang Jakarta Lukman Niode. Ia
memperbaiki rekornya sendiri untuk nomor 200 m gaya bebas putra.
(Ketika berita ini diturunkan baru beberapa nomor yang
selesai--red.).
Kontingen lain yang juga sudah mendapat medali emas adalah Jawa
Barat. Pembalap sepeda mereka memenangkan nomor Team Time Trial
100 km. Regunya adalah Enceng, Mohamad Yusuf, Yusuf Kibar, dan
Gatot Senjaya. Waktunya 2 jam 23 menit 15,8 detik-- 2 menit
lebih baik dari PON IX yang dibuat tim Sumatera Utara.
Tapi yang ditunggu-tunggu orang adalah pemecahan rekor di
lintasan atletik. Masih ada rekor di cabang ini, terutama di
nomor lari jarak pendek, yang bertahan 19 tahun. Misalnya, lari
100 m putra. Tak heran jika Mohamad Sarengat yang menjadi
pemegang rekor itu sampai bernazar dan ingin memberi hadiah
khusus jika prestasinya ditumbangkan. Rekor Sarengat adalah 10,4
detik--dibuatnya dalam Asian Games 1962 di Jakarta.
Disebut-sebut pelari Irian Jaya Julius Affar, prestasi
sehari-hari 10,5 detik, yang menjadi kandidat kuat pemecah rekor
Sarengat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini