Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Beda PON Dulu Dan Kini

Pembukaan PON X dan suasana di gelanggang PON X pada tahun ini tampak tak begitu bersemangat, para atlet mengeluh soal pelayanan dan makanan. PON X dibuka resmi oleh presiden Suharto.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

API abadi yang dibawa beranting dari Mrapen, setelah menempuh jarak 1.422 km, disulutkan pelari terakhir Awang Papilaya ke cauldron Blaaap. Ia menyambar gas elpiji yang menyembur dari tempat api yang terletak di sebelah selatan stadion utama Senayan, Jakarta. Riuh tepuk tangan 100. 000 pengunjung. PON X yang dibuka Presiden Soeharto resmi dimulai, 19 September petang. Apakah tema Pekan Olahraga Nasional kali ini? "Sasarannya tetap prestasi," kata Sekjen PON X, Tjuk Sugiarto. Tentu saja tak dilupakan anjuran Presiden Soeharto untuk mengolabragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga -- sebagaimana disinggung oleh Ketua Eksekutif PON X, H.A.K.I. Chourmain, dalam laporan pembukaan. Tapi suasana jorjoran dalam mencapai prestasi tertinggi, dibanding dengan PON 1973 dan 1977, tak begitu menonjol kali ini. Kelompok 5 Besar PON Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara--hampir tak terdengar membakar semangat atlet masing-masing. Di zaman Gubernur Ali Sadikin men jadi penyelenggara PON, perang urat saraf antar kontingen termasuk bagian yang menyemarakkan pertandingan. "Dunia olahraga kita lagi dalam fase menurun," kata Ketua PSMS Medan A. Wahab Abdy. Diharapkannya suasana kompetitif itu terlihat lagi dalam PON mendatang. Kontingen Jawa Barat konon bertekad menggeser kedudukan Jawa Timur, yang menempati urutan kedua di PON IX. Tapi setelah 10 bulan mempersiapkan diri, Ja-Bar malah seperti tak optimistis. Gubernur Aang Kullaefi bahkan tak banyak meminta. "Prestasi tertinggi yang pernah dicapai jangan sampai merosol," kataya sewaktu melepas kontingen. Cuma itu. Kontingen Jawa Barat menurunkan 353 atlet. Hampir semua cabang olahraga yang dipertandingkan -- jumlahnya 41--akan diikutinya. "Kami tak akan terpancing untuk melakukan perang urat saraf ," kata Ketua KONI Jawa Timur Flegoh Sumarto. "Yang penting hasilnya." Ia optimistis kontingennya minimal mempertahankan prestasi 177 dalam pengumpulan medali. Atlet Jawa Timur yang diduga akan memecahkan rekor nasional (atletik) adalah Henny Maspaitella dan Joko Sudargo--keduanya sebelum PON X berhltih di Jerman Barat selama tiga bulan. Belum lagi nama-nama lain. Tapi sebagian atlet Jawa Timur, di hari pertama pertandingan, sudah urineuringan. Mereka dirisaukan oleh soal makanan. "Waktu baru saja datang, kami disuguhi makanan yang enak. Ada ayam, kakap, dan bahkan bakmi goreng," kata Ratnawaty dari cabang bola basket. "Eh, malah di saat pertandingan akan dimulai, kami disuguhi sarapan dengan sop dan daging yang alot." Kontingen umumnya memasuki perkampungan atlet beberapa hari sebelum pembukaan PON X. Menu yang disediakan untuk atlet kali ini memang disesuaikan dengan biaya yang terbatas. Dana yang tersedia Rp 2,4 milyar. Padahal untuk menampung 4.000 atlet dan ofisial, menurut Tjuk Sugiarto, dibutuhkan (idealnya) lebih lari Rp 3 milyar. Kalori makanan yang disediakan adalah 2.500 kalori per hari. Angka itu, menurut Walikota Senayan, Suditomo, sesuai dengan standar atlet. "Asalkan atlet berangkat dari daerahnya berada dalam kondisi prima," katanya. Keluhan Kontingen Jambi lain lagi. Mereka mengkritik pelayanan panitia mengenai penempatan atlet. "Hampir tujuh jam kami terkatung-katung garagara itu," kata Ketua KONI Jambi Ibrahim Ripin. Dalam PON lalu konon tidak ditemuinya kesulitan serupa. Banyak hal yang tidak berjalan sesuai dengan rencana, memang. Ketua KONI Pusat Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ketika meninjau ke berbagai lokasi pertandingan, juga dikabarkan merasa kurang puas dengan fasilitas yang tersedia. Ia mengkritik panitia pelaksana. Yang kurang koordinatif. Lokasi pertandingan dalam PON X tersebar di lima wilayah Jakarta serta Bogor dan Puncak. Di dua lokasi terakhir itu diadakan lomba terjun payung dan layang gantung. Dalam PON terdahulu, 1973 dan 1977, pemondokan atlet seluruhnya di Senayan. Tapi kini mereka dipencar-pencar. Atlet olahraga air--seperti ski air, power boating, dayung--ditempatkan di dekat lokasi pertandingan yang terletak di kawasan Jakarta Utara. Mereka menempati Youth Hostel Ancol. Pemisahan ini oleh sebagisn peserta dinilai akan mengurangi keintiman dengan atlet cabang lain. Di balik keprihatinan penyelenggaraan PON X, kolam renang tetap merupakan arena perbaikan prestasi nasional terbanyak. Di hari pertama, 20 September, sudah ada beberapa rekor nasional maupun PON lama yang dicatat perenang. Di antaranya nomor 400 m gaya bebas putri. Pemegang rekor PON X adalah Elfira Rosa Nasution yang mencatat tempo 4 menit 44,56 detik (lama 5 menit 0,21 detik). Ia mengalahkan perenang nasional Nunung Selowati dan Naniek Juliati Suwaji Suryaatmaja. Ini merupakan medali emas pertama buat Kontingen Sumatera Utara. Penumbang rekor lain ialah perenang Jakarta Lukman Niode. Ia memperbaiki rekornya sendiri untuk nomor 200 m gaya bebas putra. (Ketika berita ini diturunkan baru beberapa nomor yang selesai--red.). Kontingen lain yang juga sudah mendapat medali emas adalah Jawa Barat. Pembalap sepeda mereka memenangkan nomor Team Time Trial 100 km. Regunya adalah Enceng, Mohamad Yusuf, Yusuf Kibar, dan Gatot Senjaya. Waktunya 2 jam 23 menit 15,8 detik-- 2 menit lebih baik dari PON IX yang dibuat tim Sumatera Utara. Tapi yang ditunggu-tunggu orang adalah pemecahan rekor di lintasan atletik. Masih ada rekor di cabang ini, terutama di nomor lari jarak pendek, yang bertahan 19 tahun. Misalnya, lari 100 m putra. Tak heran jika Mohamad Sarengat yang menjadi pemegang rekor itu sampai bernazar dan ingin memberi hadiah khusus jika prestasinya ditumbangkan. Rekor Sarengat adalah 10,4 detik--dibuatnya dalam Asian Games 1962 di Jakarta. Disebut-sebut pelari Irian Jaya Julius Affar, prestasi sehari-hari 10,5 detik, yang menjadi kandidat kuat pemecah rekor Sarengat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus