Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Bp, mampukah bersaing ?

Dalam rangka ultah ke-64 balai pustaka, diresmikan perpustakaan di senen dan pelepasan 5 mobil sebagai toko buku keliling. hal ini dimasudkan untuk usaha pembaharuan dan promosi.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BALAI Pustaka antara ada dan tiada. Nama itu selalu disebut bila orang membicarakan buku-buku sastra sebelum perang (Salah Asuhan, Siti Nurhaya, Belenggu dan banyak lagi). Tapi cobalah cari buku baru yang banyak dibicarakan orang -- yang terbitan Balai Pustaka (BP). Tak ada. Tepat di hari ulang tahunnya ke-64, 22 September, dicanangkanlah rencanarencana baru. Diperkenalkan orang baru, serta sejumlah fasilitas baru. Ini memang usaha pembaruan. Yang bisa dilihat langsung hari itu ialah peresmian perpustakaaan yang terletak di Pusat Perdagangan Senen lantai IV (di kompleks Pusat Buku, dan penglepasan lima mobil untuk digunakan sebagai toko buku keliling. Juga peresmian percetakan BP unit 11. Semua ini memang termasuk dalam usaha "menggaet kembali kejayaan lama". BP, yang didirikan pada 1917, menjalani masa kiprahnya sampai dengan menjelang kedatangan Jepang. "Buku sastra yang penting zaman sebelum perang, sebagian besar diterbitkan Balai Pustaka," kata kritikus sastra H.B. Jassin dalam wawancaranya dengan TVRI minggu malam yang lalu. Tapi sejak zaman Jepang hingga tahun-tahun terakhir, peranan BP ternyata tidak ketulungan. Dan ini kedengaran seperti sebuah aib. Memang zaman berubah, dan masyarakat pun berubah. Boleh dikata dulu BP, yang didukung pemerintah Belanda itu, merupakan satu-satunya penerbit yang bisa diandalkan. Praktis tanpa saingan. Ketika BP ditentukan status barunya sebagai Perusahaan Negara Penerbitan Percetakan, dbawah Departemen P&K, 1963, perincian tugasnya menjadi jelas -- sekaligus sempit. Ialah: "Pada umumnya berusaha dalam bidang perindustrian dan distribusi (buku, khusus untuk melayani kebutuhan Departemen P&K dan instansi lain yang sejenis." Maka boleh dikata BP hanya melayani pencetakan buku pesanan Departemen P&K, yang sebagian besar buku pelajaran sekolah. Jadi sudah berubah. Kecipratan Rezeki Itulah sebabnya, segi pemasaran seperti terabaikan. Buku pelajaran toh tak memerlukan itu, karena memang sudah ditentukan dari departemen bersangkutan. Akibatnya, buku-buku baru atau buku-buku lama yang dicetak ulang pun ikut tak tersebar. Ketika muncul proyek pengadaan buku lewat Inpres 1973, dunia perbukuan mulai cerah. BP pun tentu saja kecipratan rezeki ini. Dan menurut Soeradio, Direktur Administrasi dan Keuangan BP, waktu itulah BP mulai merencanakan untuk hadir kembali ke tengah dunia percaturan buku yang sebenarnya. Kepastian rencana itu menjadi bulat ketika 1976 Menteri P&K memberi wewenang kepada penerbit ini untuk mencetak ulang buku pelajaran sekolah dari SD sampai SMA. Dan cetak ulang selalu menguntungkan -- apalagi dalam oplah besar. BP beroleh keuntungan luar biasa. Di tahun 1981 ini saja, sampai bulan ini, sudah sekitar 150 judul buku pelajaran yang dicetak ulang, dan tiap judul paling sedikit 50 ribu eksemplar. Menurut Soeradio pula, rata-rata per tahun omset BP kini (termasuk buku pelajaran dan bacaan umum yang diterbitkan BP sendiri ekitar 20 juta eksemplar buku. Itulah pada dasarnya yang memberanikan BP (yang sekarang dipimpin oleh Dir-Ut. Drs. Soetoyo Gondo mengambil langkah baru. Toko buku keliling, yang diawali dengan lima mobil itu (untuk daerah Jakarta dan Jawa Brat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara direncanakan guna mendatangi tempat-tempat yang langka toko buku. Sasarannya terutama anak sekolah. Lima mobil itu tak hanya menjual buku, tapi juga memutar kaset pembacaan puisi, cerita anak-anak dan cerita pendek. Anggarannya Rp 62 juta per tahun untuk kelimanya (belum termasuk harga mobil). Direncanakan di tiap provinsi paling tidak nanti akan ada satu mobil ini. Langkah kedua dalam soal pemasaran, adalah dibentuknya klub perpustakaan dengan kerjasama BP, Pusat Pembinaan Perpustakaan dan musyawarah Perguruan Swasta. Klub ini merencanakan memberikan kredit buku bagi setiap perpustakaan sekolah swasta. Dengan memberi kesempatan pula kepada sekolah negeri dan masyarakat umum (misalnva perpustakaan di sebuah kecamatan), anggaran yang disediakan berjumlah Rp 125 juta setahun. Sudah jelas, cara promosi seperti itu tak menjamin lakunya buku. Tapi, "tujuan kami membentuk masyarakat yang cinta buku," kata Direktur Administrasi dan Keuangan itu. Yang diharapkan agaknya: setelah masyarakat mencintai buku, mereka tak akan sayang memakai uang untuk buku. Sederhana sekali memang, jalan pikiran seperti ini. Keeuali itu mesti pula ditanyakan seberapa mutu buku BP, dan juga seberapa kuat keuangannya mendukung usaha ini lebih lanjut. Sejumlah penerbit swasta seperti PT Gramedia, LP3ES, Bulan Bintang, Djambatan, Sinar Harapan, dan jangan lupa Al Ma'arif di Bandung yang besar itu, telah membuktikan diri mampu memasarkan buku. Dan selama ini sudah jelas mereka lebih menarik perhatian para penulis. Bukan rahasia lagi agaknya, munculnya buku dari berbagai penerbit swasta tersebut karena keleluasaan mereka. Mampukah BP mengikuti yang swasta itu, sementara sebagai aparat pemerintah "BP tak boleh menyimpang dari kebijaksanaan pemerintah," seperti kata Humas dr. Purnomo? Apalagi dibanding cara kerja penerbit swasta yang sukses yang kelihatan lebih kreatif atau giat dibanding pegawai negeri, seperti yang sering dibayangkan orang. Tapi untuk yang terakhir itu, ada perubahan lain lagi yang tampak dalam hal gaji. Gaji pegawai terendah sekarang minimum Rp 70 ribu. Ini terhitung besar. Hanya, dengan mengingat persentase tunjangan di dalamnya, jumlah tersebut hanya bisa dicapai dengan prestasi yang baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus