Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak ada waktu istirahat panjang bagi pemain ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Sehari setelah turnamen antarklub Superliga berakhir pada 24 Februari lalu, mereka langsung masuk pemusatan latihan nasional bulu tangkis di Cipayung, Jakarta Timur.
Sesi latihan Marcus/Kevin dan para atlet pelatnas lain segera digenjot. Pasalnya, mereka hanya punya waktu sepuluh hari mempersiapkan diri untuk turnamen All England yang akan digelar di Birmingham, Inggris, pada 6-10 Maret. Dalam turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu, tim Indonesia diwakili 33 pemain yang sudah mendapat slot dalam daftar pengundian pertandingan.
Marcus/Kevin merupakan peluang terbaik Indonesia untuk meraih gelar juara. Dalam All England dua tahun terakhir, mereka satu-satunya wakil Indonesia yang bisa membawa pulang trofi. Pelatih kepala ganda putra, Herry Iman Pierngadi, optimistis Marcus/Kevin bisa mempertahankan gelar juaranya. “Targetnya jelas, mereka bisa bikin hat-trick, tiga kali juara,” kata Herry di sela-sela latihan, pekan lalu.
Marcus/Kevin meraih gelar juara All England pertamanya pada 2017 dengan mengalahkan pemain ganda putra Cina, Li Junhui/Liu Yuchen, dalam pertandingan dua set 21-19 dan 21-14. Setahun berikutnya, ganda putra yang dijuluki Minions itu mempertahankan gelar juara setelah menaklukkan pasangan Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen, dengan skor 21-18 dan 21-17.
Dengan status mentereng seperti itu, beban yang dipikul Marcus/Kevin makin berat karena menjadi incaran utama tim lain. Apalagi mereka juga menyandang gelar ganda putra terbaik dunia. “Banyak yang ingin mengalahkan mereka,” tutur Herry. “Tapi kami juga sudah melakukan sejumlah persiapan.”
Selama sesi latihan di Cipayung, Marcus/Kevin lebih banyak melakukan simulasi pertandingan. Uniknya, mereka menjalani pertandingan dengan bergonta-ganti tandem dari ganda putra lain. Marcus dan Kevin bahkan lebih sering berhadapan sebagai lawan ketimbang bermain bersama.
Bak dalam turnamen sungguhan, simulasi pertandingan berjalan cepat. Tak ada jeda waktu yang terbuang percuma. Setelah selingan istirahat beberapa menit seusai laga, para pemain langsung berganti pasangan dan bertukar lapangan. Simulasi pertandingan itu terus berlanjut hingga sesi latihan selesai.
Metode bermain dengan pasangan berbeda dalam latihan sudah sering diterapkan Herry bersama tim pelatih Cipayung. Tujuannya adalah menyegarkan kemampuan para pemain sekaligus membuat atlet beradaptasi dengan iklim kompetisi yang berbeda. Dengan menjadi lawan tanding, para atlet juga bisa mempelajari gaya bermain pasangannya dengan lebih baik. “Rotasi ini biar pemain tak mati gaya di lapangan,” ujar Herry.
Bermain dengan pasangan berbeda juga dilakukan di Superliga. Turnamen antarklub bulu tangkis yang melibatkan sejumlah pemain asing itu juga menjadi ajang pemanasan para anggota pelatnas. Pertandingan antara Marcus dan Kevin menjadi salah satu laga yang menyedot perhatian.
Membela klub PB Jaya Raya, Marcus berpasangan dengan pemain senior Hendra Setiawan. Adapun Kevin berduet dengan Mohammad Ahsan mewakili PB Djarum. Ahsan adalah pasangan Hendra di pelatnas untuk All England. Uniknya, ini adalah pertama kalinya pasangan Marcus/Hendra menghadapi Kevin/Ahsan di turnamen internasional. Kevin/Ahsan mengalahkan senior mereka di Cipayung itu dengan skor 21-15 dan 21-17.
Kevin/Ahsan juga membantu mengantarkan PB Djarum meraih gelar juara perdana mereka di Superliga. Klub itu memenangi sektor beregu putra setelah menaklukkan juara bertahan Musica Trinity dengan skor 3-1 dalam laga final yang digelar di Gelanggang Olahraga Sabuga, Bandung.
Kemenangan di Superliga menjadi modal besar bagi Kevin untuk menghadapi All England. Kevin sadar banyak orang berharap dia dan Marcus kembali membawa pulang gelar juara dari turnamen berhadiah total US$ 1 juta atau sekitar Rp 1,4 miliar itu. Meski demikian, atlet 23 tahun itu ternyata tak terlalu ambil pusing seperti apa peluangnya di All England. “Saya tidak mau memikirkan soal hat-trick itu,” kata pemain yang lima tahun lebih muda dari Marcus tersebut. “Yang penting kami berusaha sebaik mungkin.”
Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia memasang target membawa pulang setidaknya satu gelar dari All England. Sektor ganda putra, terutama duet Marcus/Kevin, menjadi andalan untuk mencapai target itu. Meski demikian, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Susy Susanti mengatakan target itu tak mutlak dibebankan kepada Marcus/Kevin. “Semua pemain yang dikirim ke All England bertanggung jawab meraih hasil maksimal,” tuturnya.
Marcus/Kevin mencetak rekor dunia dengan menjuarai tujuh dari sembilan turnamen Superseries/Premier sepanjang 2017. Tahun lalu, mereka mematahkan rekor sendiri setelah berhasil menjuarai delapan turnamen. Mereka juga berhasil mendapat medali emas dalam Asian Games 2018.
Menjalani musim kompetisi 2019, Marcus/Kevin sudah mengantongi gelar juara dua turnamen, yakni Malaysia Masters dan Indonesia Masters yang digelar pada Januari lalu. Kini mereka menjadi tumpuan Indonesia, yang menempati peringkat keempat setelah Inggris, Denmark, dan Cina dalam daftar negara dengan trofi juara All England terbanyak.
Indonesia berhasil memenangi 46 dari 538 turnamen All England, yang pertama kali digelar pada 1899. Pemain tunggal putra, Tan Joe Hok, adalah orang Indonesia pertama yang berhasil menjadi juara di All England, yakni pada 1959. Namun prestasi sektor ganda putra sejauh ini paling menonjol karena berhasil menyumbangkan 20 trofi juara.
Selain Marcus/Kevin, sejumlah pemain ganda putra pernah meraih dua gelar juara beruntun. Christian Hadinata/Ade Chandra menjadi pemain ganda perdana Indonesia yang mendapatkannya pada 1972 dan 1973. Duet Tjun Tjun/Johan Wahjudi mengikuti pada 1974 dan 1975 serta 1977, 1978, 1979, dan 1980. Prestasi serupa baru terulang kembali pada 1995 dan 1996 berkat Ricky Subagja/Rexy Mainaky.
Marcus/Kevin akan memulai tur di All England dengan menghadapi tim Cina, Liu Cheng/Zhang Nan. Pernah menjadi juara dunia 2017, duet Liu/Zhang kini menempati peringkat ke-12 dalam daftar Federasi Bulu Tangkis Dunia. Dari enam pertemuan dengan Liu/Zhang, Marcus/Kevin mengantongi lima kemenangan.
Meski merupakan unggulan pertama dan mendominasi dalam dua tahun terakhir, Marcus/Kevin tak bisa meremehkan kompetisi di sektor ganda putra. Herry mengatakan peta persaingan ganda putra sudah berubah. Denmark dulu dikenal memiliki ganda putra yang tangguh. Cina juga masih menjadi rival Indonesia. “Ada juga Jepang yang harus diwaspadai,” kata Herry Pierngadi. “Rekan setim dari negara sendiri juga ingin jadi juara.”
Tim Indonesia di All England 2019
Tunggal Putra
- Anthony Ginting (unggulan ke-8)
- Jonatan Christie
- Tommy Sugiarto
Tunggal Putri
- Fitriani
- Gregoria Mariska Tunjung
Ganda Putra
- Marcus Fernaldi Gideon/Kevin SanjayaSukamuljo (1)
- Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (6)
- Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (8)
- Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso
- Berry Angriawan/Hardianto
Ganda Putri
- Greysia Polii/Apriyani Rahayu (4)
- Della Destiara Haris/Tania Oktaviani Kusumah
- Ni Ketut Mahadewi Istarani/Rizki Amelia Pradipta
Ganda Campuran
- Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (8)
- Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti
- Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari
- Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow
- Alfian Eko Prasetya/Marsheilla Gischa Islami
- Ronald/Annisa Saufika
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo