Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dicari Cukong Kalori

Darmawan Arifin terpilih sebagai putra Jakarta 1975 setelah menyisihkan 14 finalis dalam cabang binaraga. sedangkan untuk tingkat asia, binaragawan kita selalu gagal. (or)

27 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MISTER (Mr) Jakarta, Minggu 21 Maret malam lalu telah dilabuhkan di kolam renang Hotel Horison. Pewarisnya muncul dalam nama baru: Putera Jakarta. Tapi bukan berarti kegiatan pemilihan untuk menyandang gelar itu tidak merepotkan para binaragawan. 15 finalis dari 7 klub binaraga Jakarta saling menonjolkan otot di depan juri untuk dapat menyunggi mahkota yang tahun lalu berada di kepala Darmawan Arifin. Lepas penampilan pertama, tinggal 3 juara kelas yang dinilai pantas untuk memakai mahkota. Masing-masing Johny Kabiiaha (Garuda Jaya) untuk kelas pendek, Frans Paath (Heracles) buat kelas menengah, dan Darmawan Arifin (Chandra Naya) untuk kelas tinggi. Setelah ketiganya melakukan pose wajib dan pose kesenangan, juri pun sampai pada ketetapan. Yang terpilih adalah Darmawan Arifin, Putera (d/h Mr) Jakarta 1975. "Penampilannya masih lebih baik dibandingkan dengan yang lain", ujar anggota juri, dr. Pramono. "Sekalipun sedikit menurun ketimbang tahun lalu". 4000 Kalori Bertahannya sang juara di puncak kejayaan meski dalam kondisi yang menurun, adakah ini merupakan lampu kuning bagi dunia binaraga? Bekas Putera Jakarta 1972, Didi Diria menolak anggapan itu. "Sekarang ini prospek dunia binaraga malah cukup baik dibandingkan masa lampau", katanya sambii mengungkapkan angka menggelembung di tiap perkumpulan. Melonjaknya peminat binaragawan menggembirakan, memang. Tapi, apakah itu bisa menjadi jaminan untuk meraih prestasi? "Berbicara mengenai prestasi, masalahnya lain lagi", tambah Didi. "Ini tidak terlepas dari faktor kehidupan si atlit sehari-hari". Maksudnya: untuk melahirkan seorang binaragawan yang berprestasi dibutuhkan banyak faktor penunjang. "Selain latihannya harus teratur -- minimal 8 jam sehari -- juga dibutuhkan kalori yang memadai untuk menumbuhkan otot-ototnya", sela dr. Pramono, "sedikitnya 4.000 kalori per hari". Mengungkapkan kembali kehidupan ketika masih jadi atlit. Didi Diria mengatakan kenyataa ideal sulit untuk diperoleh. Karena atlit di sini, selain bergulat dengan latihan yang teratur, ia pun masih dibebani persoalan mencari nafkah sendiri. Cukong Berangkat dari kenyataan itu, tidak heran bila dalam percaturan untuk merebut gelar Mr. Asia -- sudah diikuti 3 kali masing-masing di Kuala Lumpur (1973), Manila (1974), dan Singapura (1975) -- binaragawan Indonesia tak mampu menyaingi lawan. "Kita harus maklum dalam soal ini", ujar Didi. "Bagaimana kita bisa mengembangkan otot-otot dengan sempurna selama kita masih mempersiapkan diri hanya dalam 2 minggu. Sedangkan lawan melakukannya paling sedikit 1 tahun". Meski Didi Diria tidak menunjuk hidung dalam masalah yang dihadapi atlit ini, tapi tak pelak lagi yang ditudingnya adalah pembina binaragawan -- dalam hal ini PABBSI. "Ya, kita maklum dengan keluhan mereka", kata Sekjen PABBST, Santoso Gunawan. Tapi, "biayanya dari mana?". Belum lepas Santoso bicara, lalu menyela Rudy Tilaar: "Kalau di Singapura, Mister-nya dibantu cukong untuk menjaga kalori foodingnya". Jika demikian halnya, agaknya memang cukong itulah yang perlu pula dicari di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus