PENYAKIT suap tampaknya sudah menembus tulang sumsum sepak bola Indonesia. Setelah melanda tim nasional Indonesia dan klub Galatama, penyakit kronis itu ternyata juga sudah menjangkiti Perserikatan. Pekan lalu, terungkaplah kasus suap di Persipura Jayapura dalam Kompetisi Divisi Utama PSSI 1986/87. Ketika itu. 5 Maret. Persipura bertanding melawan PSIS Semarang dengan kesudahan 1-1. Dan, pada 7 Maret, tatkala kalah 1-2 dari Persija Jakarta. Adalah Maulana Singedekane, Ketua Harian Persipura, yang menjadi "bintang" yang membongkar suap di tubuh kesebelasan asuhannya. Menjawab undangan Ketua TPPMS Acub Zainal Maulana pekan lalu terbang ke Jakarta. Agaknya, Maulana sudah lama menunggu kesempatan ini. Bekas manajer tim Persipura ini kesal melihat prestasi Persipura yang kian melorot. Pada Acub, Maulana mengungkapkan hasil pemerlksaannya ketika berlangsung kompctisi yang lalu. Menjelang pertandingan melawan Semarang, tiga pemainnya tidak hadir di perkampungan Senayan. Mereka adalah Metu Duaramuri, Panus Korwa, dan Sergius Fonataba. "Padahal, ketika itu Gubernur mampir ke Senayan," kata Maulana. Menjelang pertandingan, ketiganya baru muncul. Ketua Harian ini segera saja melakukan interogasi. "Panus mengaku menemui seorang penyuap bernama Sun Kie di Sunter," kata Maulana Singedekane. Penyuap itu menjanjikan sejumlah uang kalau menang lawan PSIS. Anehnya, "Sergius justru berkata Persipura diminta mengalah," katanya lagi. Maulana penasaran. Ketiga pemain itu tetap dipasangnya melawan Semarang. "Supaya mereka konflik dengan batinnya," kata karyawan Dinas Pekerjaan Umum Irian Jaya ini. Hasilnya, 1-1. Ketika melawan Persija, Maulana juga sempat mencium usaha menyogok pelatih dan beberapa pemain Persipura. Imbalannya cukup menggiurkan: Rp 30 juta untuk dua gol kekalahan. Maulana segera mematahkan upaya itu dengan membeberkan informasi yang didapatnya sebelum bertanding. Ketika itu malah ada pemain yang menangis. Hanya, pelatih memang tak hadir," kata Maulana lagi. Pelatih Hengky Heipon, yang baru datang menjelang pertandingan, rupanya sudah ditunggu seorang bekas pemain. Yang jelas, kata Maulana, menjelang pertandingan, Carlos Ohee, pemain bertubuh pendek yang pernah bergabung dengan Perkesa 78 Galatama, mendengar Hengky menginstruksikan pemain belakang Habel Ayomi untuk memakan penyerang Persija Adityo Darmadi di "daerah 16". Benar saja, Hayomi kemudian men-tackle Adityo di daerah terlarang. Dan prit! Sebuah tendangan penalti menghasilkan sebuah gol untuk Persija. Pemain muda Persipura yang rupanya tak diajak "main" akhirnya mencetak sebuah gol. Persipura tetap kalah dengan 1-2 dan gagal maju ke final. Maulana Singedekane yang kecewa dengan hasil itu, kemudian juga menuduh Noach Maryen, salah satu pemain Pelita Jaya Galatama yang diskors PSSI, ikut punya andil atas kekalahan itu. Noah, kata Maulana, sering datang dan mengajak pemainnya ke tempat-tempat hiburan. Benarkah mereka disuap? Ketika ditemui TEMPO pada malam gembira menjelang final, 9 Maret lalu, Metu Duaramuri membantah keras. "Justru, dengan dikumpulkan sebelum melawan Persija dan dituduh kena suap itu, kami jadi hilang semangat dan kalah," kata Metu. Ia tampak kesal. Hengky Heipon juga senada. Kalah atau menang dalam sebuah pertandingan, katanya, adalah wajar. "Jangan kalau kalah lalu pelatih dan pemain dituduh menerima suap," kata Hengky padaAntara di Jayapura pekan ini. Bekas pemain nasional PSSI angkatan Ronny Pasla ini memang sudah berhasil mengantar Persipura ke posisi empat besar, dari sasaran semula hanya masuk enam besar PSSI. Tapi ia bingung. Sebab, bukannya pujian yang diterimanya, malah ia dituduh menerima suap. Noah, yang namanya disebut-sebut, kaget membaca tuduhan Maulana di koran-koran. Ia mengaku datang hanya untuk menemui teman-teman sedaerahnya. "Saa sudah lama tak bertemu. Saya memang ajak mereka. Mungkin dikira saya mau kasih kenal dengan penyuap," kata bekas pemain Galasiswa yang kini tengah menjalani hukuman skorsing dari PSSI. Ia menyangkal sudah mengajak anak-anak Persipura minum-minum dan ke tempat hiburan. "Itu bohong semua. Kalau kalah, tak usah cari kambing hitam," ujar Noah geram. Makin samar, mana yang benar dan mana yang salah. Toh, itu tak membuat Ketua TPPMS Acub Zainal melangkah mundur. "Begitu kasus Persipura selesai, giliran Perseman Manokwari kami periksa," kata Acub, tetap menggebu-gebu. Pcrseman Manokwari diduga juga terlibat suap ketika kalah mencolok 1-6 dari PSIS pada kompetisi lalu di Semarang. TPPMS juga sudah mendengar desas-desus suap di antara pemain PSMS Medan, juga pada kompetisi yang lalu. Namun, pekan ini manajer tim PSMS Amran Y.S. membantah keterlibatan anak buahnya dalam kasus suap mana pun selama kompetisi. Suara yang melibat tim ayam Kinantan itu mulanya memang datang dari Sarman Panggabean. Asisten pelatih tim PSSI Pra-Olimpiade ini menuduh lima pemain Medan kena suap. Namun, banyak pihak di Medan menyayangkan sikap Sarman. Seharusnya disampaikan saja kepada pengurus PSMS kalau ada yang dicurigai terlibat. Sebuah sumber TEMPO di Medan menyebutkan berbagai trick yang biasa dipakai untuk mengatur angka. Misalnya, "Wasit berbisik kepada pemain supaya si A ditebas di kotak penalti. Pokoknya, diaturlah agar jatuhnya logis. 'Kan bisa penalti," kata sumber itu tertawa. Walhasil, tampaknva semua bisa diatur, di Galatama ataupun Perserikatan. Acub Zainal tampaknya gembira karcna berhasil membuktikan bahwa suap tak hanya ada di Galatama. "Justru Galatama yang berani membongkar kasus ini agar bersih dari suap. Hanya Galatama yang berani begini. Padahal, justru sejak di Perserikatan .sudah terdengar ada suap. Perserikatan juga tidak bersih dari suap," kata Acub keras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini