TEMPO.CO, Jakarta - Atlet bulu tangkis tunggal putri,
Gregoria Mariska Tunjung dan seluruh atlet penghuni Pelatnas Cipayung hingga saat ini masih menjalani karantina tertutup. Para atlet diminta untuk tetap berada di kawasan pelatnas dan sementara tidak dapat menjalankan latihan seperti biasa.
Satu setengah bulan telah berlalu, Gregoria mulai merindukan berbagai aktivitasnya, salah satunya bertemu dengan keluarganya. Pemain berusia 20 tahun ini juga tak bisa merayakan hari Paskah bersama keluarga tercinta.
"Sebetulnya yang lalu-lalu juga nggak bisa ngerayain Paskah karena ada pertandingan. Kali ini nggak ada pertandingan, tapi tetap nggak bisa Paskah bareng keluarga. Kondisi begini bikin kangen sama orang-orang terdekat," ujar Gregoria melalui keterangan tertulis, Jumat, 8 Mei 2020.
Lama tak jumpa, Gregoria mulai terbiasa untuk berkomunikasi lewat video call dengan kedua orang tuanya. Tak seperti dulu, kali ini Gregoria bisa melakukan video call hingga satu jam lebih.
"Sekarang jadi sering video call sama bapak dan ibu, durasinya bisa sampai sejam lebih, kalau dulu paling sebentar. Sekarang lagi makan, nonton film, semuanya sambil video call-an sama bapak dan ibu," kata pemain binaan klub Mutiara Cardinal Bandung ini.
Sebagai anak tunggal, Gregoria punya kekhawatiran akan keadaan orang tuanya di masa wabah Covid-19 ini. Gregoria sering mengingatkan orang tuanya untuk tetap berada di rumah dan tidak bepergian kemana-mana.
"Ada rasa khawatir sama orang tua, mereka kan anaknya cuma satu, saya aja, nggak ada lagi yang jagain, apalagi mereka tinggal di daerah dan jauh dari saya. Jadi sekarang lebih sering komunikasi dan memantau kondisi mereka," kata atlet kelahiran Wonogiri ini.
Selama menjalani karantina, Gregoria pun tak luput dari rasa jenuh. Sebagai atlet yang mobilitasnya tinggi, aktivitasnya kini sangat terbatas. Meskipun demikian, Gregoria mengatakan bahwa karantina tertutup ini membuatnya merasa lebih aman karena membatasi interaksi dengan banyak orang.
"Kalau rasa takut pasti ada, namanya wabah. Tapi di pelatnas ini interaksi kami sama orang luar sedikit sekali, jadi nggak setakut kalau beraktivitas normal, keluar masuk ketemu banyak orang seperti biasa. Kan kita nggak tahu orang itu dari mana saja, di pelatnas cuma ketemu teman yang mereka nggak boleh kemana-mana juga. Jadi seperti terisolasi," ucap Gregoria.
"Rasa jenuh pasti ada, emosi jadi nggak stabil, jadi gampang emosi, ha ha ha," lanjutnya.
Untuk menyiasati rasa jenuh akibat karantina tertutup, Gregoria melakukan berbagai aktivitas yang sudah lama ingin dia coba. Di antaranya memasak, belajar alat musik dan nonton drama Korea.
"Sekarang jadi lebih sering ngulik apaan aja yang dulu nggak sempet. Misalnya nyoba masak yang gampang kayak churros, roti goreng dan nasi goreng. Pernah bikin cheese cake, tapi gagal, ha ha ha," ujar Gregoria.
Namun aktivitas memasak sudah tak lagi ia lanjutkan. Alasannya Gregoria enggan membereskan banyak peralatan masak yang dipakai untuk percobaan memasaknya. Ia pun beralih belajar alat musik seperti gitar dan piano bersama seniornya, Greysia Polii.
"Sudah belajar gitar dan piano sama kak Ge (Greysia), tapi tetap nggak bisa, sepertinya saya memang nggak bakat main alat musik," ujar peraih gelar Juara Dunia Junior tunggal putri tahun 2017 ini.
Gregoria juga bercerita mengenai sesi latihan khususnya selama karantina tertutup
pelatnas bulu tangkis di tengah wabah Covid-19. Porsi latihan fisik yang biasanya selang-seling dengan latihan teknik yang cukup intens, kali ini hanya berlangsung seminggu dua kali saja, dan hanya bertujuan untuk menjaga kebugaran.
IRSYAN HASYIM