Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Imasniti Bertekad

Imasniti, juara catur wanita Jakarta 1978. Mempunyai potensi jadi master internasional. Dalam turnamen terbuka catur wanita 1978 di Singapura, berhasil menduduki tempat ke-2. (or)

14 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK di bangku kelas 3 SD ia sudah berangan-angan menjadi pemain catur. "Dulu, kakak selalu melarang untuk bermain catur, karena saya perempuan," pengakuan Imasniti. Ia, juara catur wanita Jakarta 1978, kini berusaha mempertahankan gelarnya. G.E. Siahaan dari klub catur Kencana mulai mengasuhnya 4 musim lalu. "Waktu itu, menulis notasi dan mengatur jam pun saya belum bisa," kata Imasniti. "Apalagi istilah opening. Ia lahir di Serang, Jawa Barat, dari lingkungan petani 30 tahun lalu. Sejak di tangan Siahaan, bintangnya cepat bersinar. Tahun 1976, ia masih di urutan ke-13 di antara 40 peserta Kejuaraan Catur Wanita Jakarta. Dalam turnamen berikutnya ia meloncat 6 tingkat. "Anak ini berbakat," komentar pengasuhnya. Bacaan favoritnya -- Games of Bobby Fischer dan How To Beat Bobby Fischer -- tidak jarang dijadikannya sarapan pagi. "Saya belajar banyak dari sana," ujar Imasniti kepada Najib Salim dari TEMPO. Orang Timur Mengikuti Kejuaraan Catur Wanita Nasional pertama di Yogyakarta awal 1978, Imasniti menempati tangga ke-3, di bawah Haniek Maria (Yogyakarta) dan Betty Pontoh (Jakarta). Dalam Turnamen Terbuka Catur Wanita 1978 di Singapura, ia berhasil menduduki tempat ke-2 setelah 'nyonya' rumah Chan Lai Fung, Master Internasional. Lima peserta Indonesia lainnya -- Betty Pontoh, Lamria Situmeang, T. Nurahmanti, Rista Perina, dan Widiyawati gagal mengumpulkan nilai terbaik. Sejak itu ketrampilan Imasniti mulai diperhitungkan lawan di luar negeri. Enam bulan kemudian ia diundang kembali untuk mengikuti Kejuaraan Catur Hari Natal di Singapura. Ia pulang dengan gelar juara, dan sekaligus menebus kekalahan terdahulu dari Chan Lai Fung. "Imasniti sesungguhnya punya potensi untuk jadi Master Internasional," puji Siahaan. "Dasar untuk menjadi pemain catur yang baik dipunyainya. Ia tekun, sabar." Pembukaan favoritnya adalah e-4 dan mempergunakan pertahanan Hindu. Ketua Bidang Teknik Percasi, Dr. M.A. Wotulo juga melihat kemungkinan itu. Satu-satunya keraguan adalah tentang keberanian pemain wanita Indonesia mengikuti pertandingan internasional sendirian. "Maklum, kita ini 'kan orang Timur," katanya. "Jika kesempatan itu ada, saya berani berangkat sendirian," tantang Imasniti. Ia tampak sudah terbiasa, karena main catur, pulang larut malam. Ia juga tak kuatir soal makanan, dan uang cekak di negeri asing. Sekalipun Imasniti sering bergulat di papan catur, ia mahir juga di dapur. "Masak, saya masih bisa," ujarnya. Di rumah, ia membantu kakak perempuannya. Imasniti saat ini masih sendirian, dan menganggur. Mulai 2 sampai 20 Juli, ketrampilan Imasniti diuji kembali di arena Kejuaraan Catur Wanita Jakarta. Sampai pekan lalu, Imasniti mengumpulkan 5 angka dari 13 pertandingan yang direncanakan, termasuk kemenangan dari saingan beratnya, Betty Pontoh. "Saya bertekad untuk jadi juara lagi," kata Imasniti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus