RAMBUTNYA pirang, gondrong menjejak bahu, dililit dengan pita
yang mengingatkan orang pada kepala suku Indian. Kumis dan
brewoknya juga tak dicukur rapi. Itulah, Bjorn Borg, 23 tahun,
raja di lapangan tenis saat ini.
Bagaimana tidak. Borg pekan lalu berhasil menjuarai turnamen
akbar Wimbledon 4 kali berturut-turut. Wimbledon adalah kiblat
bagi pemain tenis dunia. Saingannya dalam rekor adalah Willie
Renshaw (1881-1886), Hugh Lawrie Docherty (1902-1906), dan
Anthony Wilding (1910-1913). Tapi prestasi itu dicapai mereka
berkat sistim challenge round -- juara bertahan hanya bermain di
final. Sistim ini dihapus sejak 1922. Borg menempuh ronde
penyisihan untuk mempertahankan kejuaraannya.
Borg, asal Swedia, membuktikan dirinya sebagai raja tenis di
depan 17.000 penonton, yang memadat stadion Wimbledon 4 Juli
lalu. Di final, ia menundukkan Roscoe Tanner dari Amerika
Serikat dalam marathon set, 6-7, 6-1 3-6, 6-3, dan 6-4.
Pertandingan itu tercatat dalam sejarah tenis Wimbledon yang
paling ketat dan menarik.
Tanner, 27 tahun, sempat memimpin pertandingan 1-2. "Hanya
berkat kemampuan berkonsentrasi dan ketenangan yang luar biasa,
Borg bisa lolos dari titik kritis itu," komentar pengamat tenis.
Tak aneh, ketika Tanner unggulan ke-5 Wimbledon, memukul bola ke
luar garis di set terakhir, Borg berlutut di lapangan
memperlihatkan rasa syukurnya.
Mengenal tenis sejak berusia 5 tahun, Borg memang hebat di
lapangan. Terutama dalam ketenangan menghadapi saat-saat
genting, ia tak lepas dari pengaruh pelatih Lenhart Bergelin,
dan terutama tunangannya, Mariana Simionescu. "Dialah
(maksudnya, Mariana) van memberi Borg keseimbangan jiwa yang
mutlak diperlukannya," tulis wartawan Philippe Labro dalam Paris
Match.
Kenyataan itu diakui Borg. Ketika wartawan menanyakan apa
rahasia disiplin dirinya, ia menjawab dalam 1 kalimat
"Mariana-lah yang mengawasiku." Mereka bertemu untuk pertama
kalinya sewaktu mengikuti turnamen Wimbledon 1975. Dan keduanya
saling jatuh cinta. Simionescu -- kini warga AS -- waktu itu
adalah pemain tenis puteri nomor 2 di Rumania. Pasangan ini akan
menikah Juli ini, sekalipun sejak tahun 1976 sudah hidup
bersama.
Kejuaraan Wimbledon 1979 tak hanya mengangkat harkat Borg, tapi
juga lawannya, Tanner, yang melangkah ke final untuk kali
pertama berkat serve yang menggeledek. Kecepatan bolanya
tercatat 245 km per jam. Tanner diperhitungkan orang akan meraih
mahkota Wimbledon tahun depan.
Bagaimana dengan bekas juara Wimbledon, Jimmy Connors? Pemain
terbaik nomor 2 pilihan Association des Tennismen Professionels
(ATP) itu hanya mencapai semi final. Ia disisihkan oleh Borg. Ia
sesungguhnya termasuk pemain yang diharapkan untuk menjuarai
turnamen tahun ini. Apalagi setelah Borg menderita cedera di
kakinya ketika menghadapi Hank Pfister di ronde pendahuluan.
"Saya tidak akan memberikan komentar apa pun," kata Connors
seusai pertandingan. Hari itu juga 5 Juli, ia Langsung bertolak
ke AS.
Tahun ini tak hanya Borg, Tanner, Connors, dan John McEnroe yang
dinanti-nantikan penonton di Wimbledon. Juga Victor Pecci,
bintang Paraguay. Pecci membuat kejutan ketika mengalahkan
Connors dalam turnamen Les Internationaux de France de
Roland-Garros, 2 minggu sebelumnya.
Tapi Pecci ternyata tak berkutik di tangan Brad Drewett dari
Australia. Mengapa? "Sejak awal karirnya, Pecci selalu diburu
setan penggoda yang muncul di malam hari," komentar temannya. Ia
memang terkenal sebagai seorang playboy.
Ada Ibunya
Di nomor puteri, Martina Navratilova, 22 tahun, masih tetap pula
bertahan. Di final 6 Juli lalu, ia menundukkan Ny. Christ
Evert-Lloyd, bekas juara Wimbledon yang 2 tahun lebih tua. Ini
merupakan kemenangan ke-9 bagi Navratilova dari 34
pertandingannya dengan Evert. "Di Wimbledon, ia ternyata bermain
lebih baik dari saya," komentar Evert. Dalam pertandingan
pemanasan di Eastborne, Inggeris, Evert mengalahkan Navratilova.
Navratilova -- pemain tenis Cekoslowakia, 4 tahun lalu meminta
suaka politik di AS -- memang tampil dengan prima di final. Ia
bermain seperti kesetanan, dan hanya membutuhkan waktu 1 jam
menyingkirkan lawan. Keluar-biasaannya bukan tanpa alasan. Di
antara penonton, terdapat Ny. Jana Navratilova, ibunya yang
mendapat exit-permit khusus dari pemerintah Cekoslowakia untuk
menonton permainan puterinya. "Kali ini, tekad saya untuk menang
jauh lebih besar dari tahun lalu. Karena saya tidak ingin
mengecewakan ibu yang jauh-jauh dengan susah payah datang
menonton pertandingan ini.
Navratilova juga mencatat kemenangan dalam partai ganda. Ia
berpasangan dengan nyonya Billie Jean King. Seperti halnya
Navratilova, bagi King kejuaraan tahun ini memberi arti
tersendiri pula. Ia, 35 tahun, menjadi wanita pertama yang mampu
merebut 20 gelar juara. Sebelumnya King memegang prestasi kembar
(19 gelar) bersama Elizabeth 'Bunny' Ryan. Wanita tua ini, 88
tahun, telah meninggal mendadak setelah menyaksikan final
Navratilova melawan Evert.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini