Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Warga Jerman menganggap Euro 2024 bukan semata-mata turnamen sepak bola, tapi juga pesta keberagaman.
Tidak perlu ke stadion, penonton dari berbagai latar belakang bisa menonton bareng di fan zone yang dibangun di sepuluh kota tuan rumah Piala Eropa 2024.
Sebelumnya, dalam Pemilu Uni Eropa, suara untuk partai sayap kanan Jerman, yang anti-orang asing, meningkat.
EURO 2024 ibarat pesta sebulan penuh bagi warga Jerman. Maklum, terakhir kali mereka menjadi tuan rumah turnamen besar sepak bola saat Piala Dunia 2006. Hampir tak ada restoran, bar, dan kafe yang sepi pengunjung di sepuluh kota penyelenggara, dari Berlin, Muenchen, Koln, Dortmund, Duesseldorf, Frankfurt, Gelsenkirchen, Hamburg, Leipzig, sampai Stuttgart.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demam Piala Eropa melanda segala kelompok umur. Anak-anak di Jerman, yang tidak mempunyai aturan berseragam, pergi bersekolah dengan jersei tim nasional atau klub kebanggaan mereka. Bendera hitam-merah-kuning Jerman juga tersebar hingga tempat parkir sepeda di sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami senang dan bangga Stuttgart menjadi salah satu kota tuan rumah Euro 2024,” kata Sina Gericke, erzieherin atau staf edukasi sekolah dasar di Stuttgart, kepada Tempo. Perempuan muda itu menikmati suasana sukacita berkat kedatangan suporter dari aneka negara. Di fase grup, Stuttgart menjadi tuan rumah bagi tujuh negara, yaitu Slovenia, Denmark, Hungaria, Skotlandia, Belgia, Ukraina, dan Jerman—tuan rumah kalah oleh Spanyol di babak perempat final, 1-2, pada Jumat lalu.
“Para fan Skotlandia ini, misalnya,” kata Gericke sambil berdiri di tengah keramaian fan zone—area terbuka dan gratis untuk tempat suporter berkumpul—di depan gedung Wali Kota Stuttgart pada Ahad, 23 Juni 2024. Siang itu, Skotlandia akan menghadapi Hungaria di Grup A. Para suporter dari seberang lautan itu datang mengenakan kilt aneka warna. Di fan zone, mereka berbaur dengan pendukung Hungaria, dan warga Stuttgart memainkan aneka permainan bertema sepak bola yang dipandu para relawan.
Suporter dan warga bermain di fan zone Euro 2024 di depan gedung Wali Kota Stuttgart, Jerman, 23 Juni 2024. TEMPO/Nelden Djakababa
Gericke terhibur menyaksikan suasana guyub tersebut. Dia mengkontraskannya dengan situasi politik yang ia sebut suram. Pada Pemilu Uni Eropa pada 9 Juni lalu, partai-partai sayap kanan mendulang peningkatan suara yang signifikan dibanding pada Pemilu 2019. Di Jerman, misalnya, partai Alternative for Germany atau AfD menempati posisi perolehan suara kedua terbanyak—15,9 persen, menurut Deutsche Welle, sesudah partai Christian Democratic Union atau CDU yang memperoleh suara 30 persen.
Gericke resah melihat peningkatan suara partai AfD, yang berprinsip anti-orang asing dan anti-Uni Eropa. “Mereka tidak menyukai keberagaman seperti ini,” katanya.
Meski demikian, Gericke memilih tidak berbaur dengan para suporter lintas batas tersebut. Bukan apa-apa. Dia tidak merasa nyaman dengan pemeriksaan ekstra-ketat di pintu masuk lokasi. Bukan hanya barang bawaan diperiksa satu per satu, tapi juga pemeriksaan tubuh dengan diraba petugas—sesuai dengan jenis kelamin. Dia lebih suka mendukung timnas Jerman berlaga lewat siaran langsung di bar bersama teman-temannya.
Sementara itu, Christoper Schönhagen, juru bicara senator bidang ekonomi, pelabuhan, dan transformasi Pemerintah Kota Administratif Bremen, menyesalkan kotanya tidak terpilih sebagai tuan rumah Euro 2024. “Bukan hanya karena kota tuan rumah akan menikmati peningkatan pemasukan devisa selama Piala Eropa, tapi juga dari sisi teknis penyelenggaraan, Stadion Weser sangat ideal,” kata pria 32 tahun tersebut, menyinggung gelanggang markas klub Werder Bremen.
“Stadion itu sendiri berkualitas internasional dan lokasinya sangat strategis. Benar-benar di tengah kota dan dekat dengan titik-titik wisata yang menarik di Bremen,” kata Schönhagen. Dia membandingkan stadion itu dengan Veltins Arena, markas klub FC Schalke, yang berlokasi di utara batas Kota Gelsenkirchen, satu dari sepuluh kota tuan rumah Piala Eropa 2024.
Meski mengaku sebagai suporter timnas Jerman, Schönhagen memilih menyaksikan siaran langsung di rumah, bersama pasangan dan kawan-kawan dekatnya. “Suasana di stadion dan fan zone memang luar biasa. Tapi terus terang saya sudah cukup terpuaskan oleh atmosfer itu sesudah bertahun-tahun menyaksikan Werder Bremen di stadion,” katanya.
Ada alasan lain yang membuat dia urung ke stadion, yaitu risih melihat kibaran bendera Jerman di mana-mana. Menurut dia, rasa nasionalisme yang tinggi seperti itu bisa kebablasan. “Kami pernah melakukannya waktu era Nazi dulu. Jadi rasanya lebih baik tidak usah begitu lagi,” ujar Schönhagen.
Bendera Jerman, bersama poster Euro 2024, juga berkibar di Stasiun Berlin. Maklum, stasiun kereta api terbesar di Jerman itu menjadi titik strategis untuk mobilisasi suporter dari kota satu ke kota lain. Penumpang Deutsche Bahn, misalnya, akan langsung disambut dengan keset hijau bergambar logo Piala Eropa di depan setiap pintu masuk gerbong.
Di foyer di tengah Stasiun Berlin, berdiri gerai Euro 2024 yang menjual jersei semua tim peserta. Di lobi dekat pintu masuk stasiun, terdapat loket penyambutan suporter. Dari situ, rombongan pendukung diarahkan ke Washingtonplatz, pelataran yang terletak persis di depan stasiun. Selama Piala Eropa 2024 berlangsung, Washingtonplatz disulap menjadi fan zone tempat para suporter berkumpul, minum, makan, dan menonton siaran langsung. Di sana juga membubung balon raksasa berbentuk bola sepak.
Dari 51 pertandingan, yang dimulai pada 14 Juni sampai 14 Juli 2024, Euro 2024 diperkirakan mendatangkan 2,4 juta orang ke stadion yang tersebar di sepuluh kota tuan rumah. Angka itu membawa harapan bagi ekonomi Jerman yang diperkirakan hanya tumbuh 0,1 persen pada tahun ini.
Dari penjualan bir saja, ekonomi mereka bisa terdongkrak. Reuters melaporkan bahwa produsen-produsen bir di Jerman membidik kenaikan penjualan berkat Euro 2024. Harapan itu berpijak pada kenaikan penjualan sebesar 5 persen saat Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Piala Eropa memang datang pada saat yang tepat setelah penjualan bir anjlok 4,5 persen pada tahun lalu. Maka wajar jika perayaan ini terus dinikmati warga meski timnas Jerman telah tersingkir di babak perempat final.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo