Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok hak asasi manusia, Open Stadiums, telah meminta FIFA untuk mendepak Iran dari putaran final Piala Dunia 2022 Qatar yang akan berlangsung pada November mendatang. Desakan terhadap FIFA tak terlepas dari perlakuan pemerintah Iran terhadap perempuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah surat yang dikirim ke Presiden FIFA Gianni Infantino pada hari Kamis, 29 September 2022, kelompok hak asasi tersebut mengatakan pihak berwenang Iran terus menolak untuk mengizinkan wanita penggemar sepak bola untuk mengakses pertandingan di dalam negeri. Larangan wanita untuk menyaksikan pertandingan sepak bola tetap berlaku meski ada tekanan dari badan pengatur permainan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"FA Iran bukan hanya kaki tangan dari kejahatan rezim. Ini adalah ancaman langsung terhadap keamanan wanita penggemar sepak bola di Iran dan di mana pun tim nasional kami bermain di dunia. Sepak bola harus menjadi ruang yang aman bagi kita semua," kata surat kelompok Open Stadiums kepada FIFA.
“Itulah sebabnya, sebagai penggemar sepak bola Iran, dengan sangat berat hati kami harus menyampaikan keprihatinan terdalam kami tentang partisipasi Iran di Piala Dunia FIFA mendatang."
"Mengapa FIFA memberikan negara Iran dan perwakilannya panggung global, sementara mereka tidak hanya menolak untuk menghormati hak asasi manusia dan martabat, tetapi saat ini menyiksa dan membunuh rakyatnya sendiri?
"Di mana prinsip-prinsip statuta FIFA dalam hal ini? Oleh karena itu, kami meminta FIFA, berdasarkan Pasal 3 dan 4 statutanya, untuk segera mengeluarkan Iran dari Piala Dunia 2022 di Qatar," tulis Open Stadium.
Pasal-pasal yang dikutip mencakup isu-isu hak asasi manusia dan non-diskriminasi berdasarkan gender, ras, agama dan hal-hal lain. Pelanggaran dapat berbuah hukuman dengan skorsing dari badan sepak bola dunia tersebut. Baik FIFA maupun FA Iran tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut.
Seruan itu datang ketika protes berlanjut di beberapa kota di Iran pada hari Kamis, 28 September 2022. Sebuah kelompok hak asasi manusia melaporkan setidaknya 83 orang telah tewas dalam hampir dua pekan demonstrasi. Presiden Iran Ebrahim Raisi menggambarkan kerusuhan itu sebagai serangkaian gerakan melawan Iran oleh kekuatan Barat yang bermusuhan sejak revolusi Islam 1979.
Demonstrators shout slogans during a protest following the death of Mahsa Amini in Iran, near the Iranian consulate in Istanbul, Turkey September 29, 2022. REUTERS/Dilara Senkaya
Open Stadiums telah berkampanye selama beberapa dekade terakhir agar perempuan diizinkan untuk menghadiri pertandingan sepak bola di Iran. Di bawah tekanan dari Infantino, sekelompok kecil wanita penggemar sepak bola diberikan akses ke pertandingan kandang Persepolis di final Liga Champions Asia 2018 di Teheran.
Tak ada kemajuan setelah kebijakan tersebut. Wanita penggemar sepak bola dilarang memasuki pertandingan kualifikasi Piala Dunia Iran melawan Lebanon di Mashad pada bulan Maret lalu.
Timnas Iran, yang dilatih Carlos Queiroz, memainkan pertandingan persahabatan selama jeda internasional baru-baru ini melawan Uruguay dan Senegal di Austria. Kedua pertandingan dimainkan secara tertutup karena masalah keamanan. Iran dijadwalkan tampil di putaran final Piala Dunia 2022 menghadapi Inggris, Wales, dan Amerika Serikat di babak penyisihan grup.