TAK ada juara yang tahan begini lama. Sudah 132 tahun Amerika
Serikat menggenggam piala juara dunia. Piala penuh ukiran
setinggi 70 cm yang terbuat dari perak itu dia raih dari
perlombaan tahun 1851 di perairan raja lautan, Inggris. Begitu
lamanya ngendon di AS sampai-sampai dia disebut Piala Amerika.
Tetapi, ibarat laut yang tak selamanya pasang, tim layar
Australia merebut piala itu dalam lomba 26 September lalu di
lepas pantai Rhode Island, Amerika Serikat. Australia tertiup
angin kemenangan yang memabukkan. Jutaan orang, yang menyaksikan
siaran langsung televisi dari lomba itu, jadi tak tidur
semalaman. Termasuk Perdana Menteri Bob Hawke. Pesta berlangsung
sampai pagi hingga orang lupa kerja. Perdana menteri dari Partai
Buruh yang berpantang alkohol itu langsung "buka puasa" dengan
sampanye sampai kekenyangan dalam pesta yang berpusat di Royal
Perth Yacht Club, sebuah bandar perahu layar di Perth.
Kemenangan itu dirayakan orang Australia mulai dari gelanggang
Rhode Island di pantai timur Amerika sampai Perth di Australia.
Di Jakarta, Duta Besar F. Rawdon Dalrymple menyambutnya dengan
kue tart besar berbentuk perahu layar dengan tulisan "Good on
ya". Direktur jenderal pariwisata, Joop Ave, ikut mereguk
sampanye dalam pesta di Captain's Bar, Hotel Mandarin.
Amerika Serikat sendiri seperti mati angin. Dennis Conner,
nakoda perahu layar Liherty yang dikalahkan, menangis.
Hanya Presiden Reagan yang tetap kuat di anjungan. Dalam resepsi
menghormati tim layar pemenang dan yang kalah (Conner tidak
hadir) di Rose Garden, Gedung Putih, Reagan mengatakan, "Kalau
kami telah dikalahkan, kami senang bahwa yang mengalahkan itu
adalah Australia. Tapi janganlah genggam piala itu terlalu
kencang, karena Amerika akan datang lebih kuat tahun-tahun
mendatang."
Bagaimana bentuk lunas perahu Australia II yang dibikin dengan
biaya US$ 16 juta itu baru ketahuan setelah selesainya
pertandingan 7 kali menempuh jarak 39 km (skor 4-3 untuk
Australia) di babak final yang mcmakan waktu tiga minggu itu.
Begitu sampal di perairan Rhode Island dan terutama setelah
lulus dari babak penyisihan bulan Agustus, lunas perahu itu
menjadi rahasia besar. Selesai bertanding, perahu langsung
dibungkus. Seseorang dari sidicat perahu Kanada pura-pura
berenang dan memotret lunas rahasia tadi, tapi tertangkap basah.
Hampir saja orang itu masuk pengadilan. Untung, ia menyerahkan
isi kameranya.
Sindikat yang menopang Liberty juga sempat membujuk perusahaan
di Belanda, tempat Australia II dites, supaya membocorkan disain
perahu tadi.
Perahunya dicat putih. Sedang lunas yang jadi rahasia itu dicat
biru berbaur dengan warna air laut supaya orang tak bisa melihat
apa yang terdapat di bawah perut perahu berukuran 12 meter itu.
Karena itulah, wartawan dan pecandu layar menyebutkannya "setan
biru".
Setelah kemenangan menentukan, barulah penonton boleh leluasa
melihat. Ternyata tidak terlalu meleset dari ramalan sementara
orang. Lunas itu memiliki sayap yang panjangnya sekitar 2 meter.
Sayap inilah yang membuat perahu tadi menjadi lebih mantap dan
lincah membuat manuver, baik untuk menguntit maupun menutup
angin lawan-lawannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini