BALAP sepeda termasuk lomba yang "panas" dalam PON X. Hampir
tiap hari arena balap Velodrome, Rawamangun terdengar ramai. Ada
ejekan dan ada protes. Ejekan terutama dialamatkan pada atlet
Jakarta, yang punya fasilitas baik, tapi gagal meraih emas.
Seno Sudono, atlet Jawa Tengah yang merebut medali emas untuk
nomo 4000 m beregu, terdengar paling keras mengejek atlet
Jakarta. Ejekan tak terhenti di Velodrome saja. Juga dalam Tour
de PON yang menempuh jarak 20 km--etappe
Jakarta-Sukabumi-Jakarta. Selama perjalanan supporter Jawa
Tengah tetap melakukan "perang mulut" dengan atlet ibukota. Ada
saja yang mereka ributkan. Akibatnya terjadi hal yang tidak
simpatik. Atlet Jakarta membahas. Seno Sudono yang tak
diturunkan dalam pertandingan ini, begitu tiba di Sukabumi
langsung diserang dengan martil dan pompa sepeda pembalap
Jakarta. Untung ia cepat mencari perlindungan di markas CPM.
Kalau tidak bisa babak belur.
Kasus Seno, diselesaikan secara damai. Tapi persaingan sudah tak
enak. Konsentrasi pembalap Jakarta jadi terganggu. Sebaliknya
bagi peserta lain. Misalnya, Enceng Durachman. Atlet Jawa Barat
ini berhasil menyelesaikan etappe di Sukabumi dalam waktu 4 jam
4 menit 58,7 detik. Di belakangnya baru menyusul Fanny Gunawan
(Ja-Teng) dan Sutiyono (Sum-Ut). Sedang atlet ibukota tak dapat
nomor.
Enceng, 28 tahun, yang berlatih keras selama enam bulan itu
ternyata tak hanya unggul dalam Tour de PON. Ia jugaa menyabet
empat medali emas lainnya - termasuk Team Time Trial beregu."
Akibat latihan," katanya, "saya benar-benar tak punya waktu
untuk keluarga " Ia seminggu berlatih enam hari dan harus
menempuh jarak 600 km.
Buat Enceng, balap sepeda bukan hal baru. Tahun 1973 dengan
sepeda merek Royal buatan Inggris ia sudah menjelajah jalan.
Setahun kemudian masuk klub Sangkuriang yang diasuh bekas
pembalap Munaip Saleh. Emas pertama diraih pada PON IX dalam
nomor TTT beregu.
Di tingkat internasional ia belum begitu terkenal. Waktu
mengikuti invitasi di Taiwan, 1977, bertarung dengan pembalap
AS, Jepang, Malaysia, Thailand, ia hanya menyabet perunggu. Itu
pun untuk nomor beregu.
Tahun 1978 Enceng latihan di Swiss selama 32 bulan. Ketika
turun dalam kejuaraan balap sepeda Eropa di Jerman Barat ia
gagal meraih nomor. Ia mengakui stamina pembalap Eropa lebih
unggul dari dia. "Tapi saya mendapat pengalaman bertanding yang
berharga," katanya. Bertanding di jalan yang mulus.
Enceng kini diandalkan untuk SEA Games di Manila, Desember. Tapi
ia tampak tak begitu tertarik. Ia ingin berkumpul dengan
keluarga -- selama ini sering ditinggalkannya gara-gara keluar
masuk pelatnas. "Sudah lama saya tak memperhatikan anak dan
istri," kata Enceng yang masih menumpang di rumah mertuanya di
Cimahi. Ia sampai sekarang masih menganggur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini