Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sudirman, Yang Terbaik

Sudirman, terpilih kembali sebagai ketua umum PBSI dalam munas PBSI di Bandung. Ada yang mengusulkan memilih kandidat ketua milyuner.

10 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELANG empar bulan RRC bergabung dengan Federasi Bulutangkis Internasional (IBF) sudah dua kali Indonesia dipecundangi di gelanggang antarnegara -- World Games di Santa Clara dan Turnamen Master di London. TaEi pamor Sudirman di mata peserta nus awarah nasional PBSI di Bandung, minggu lalu masih tak berubah. "Sudirtnan masih yang terbaik di antara kandidat ketua lainnya," kata formatur Abdul Kadir. Calon yang diorbitkan memang tak banyak. Eddy Yusuf, bekas pemain Piala Thomas 1958, melontarkan tiga direktur utama sebagai kandidat ketua semuanya orang kaya. Mereka adalah Th. Gobel dari PT National Gobel, William Suriadjaja dari PT Astra, dan pengusaha kayu dan Ketua PASI Bob Hassan. Alasan Eddy: ketua umum itu harus potensial dalam keuangan. Karena selama ini PBSI selalu ribut kekurangan dana dalam mengirim tim ke luar negeri. Eddy membandingkan tim atletik yang sering ke luar negeri dengan dana dari kantung Bob Hassan sendiri. Sebuah sumber di PBSI menyatakan: "PBSI tak punya pemasukan dari tontonan, mempunyai dana pembinaan Rp 1 milyar setahun. Sedangkan PBSI, yang populer di masyarakat cuma mengandalkan uang karcis sebesar Rp 440 juta tiap tahunnya." Beberapa peserta Munas menertawakan usul Eddy itu. Ia dinilai ada maunya. Anggapan itu dibantah Eddy. "Saya terjerat oleh pernyataan Sudirman di pers sebelum Munas," katanya. Menjelang Munas, Sudirman memang menyatakan keinginannya untuk mundur sebagai pimpinan PBSI. "Tak mungkin dong ketua umum yang sudah tiba saatnya harus diganti berteriak: "saya masih mau". Munas yang menentukan apakah pimpinan lama itu harus diganti atau dipilih kembali. Logika ketimuran di situ," kata seorang peserta Munas yang tak mau disebut namanya. Kenyataannya memang demikian. Para formatur terdiri dari Toto Hanafiah (Ja-Bar), Ibrahim Ripin (Jambi), Drs Muis Sulaeman (Sul-Sel), Soetomo SH (DKI) dan Abdul Kadir SH (Ja-Teng) tetap melihat kepemimpinan Sudirmar ' masih lebih banyak berhasil daripada gagal. Karena itu mereka sepakat memilih Sudirman kembali. Tentang kegagalan kepemimpinan PBSI periode 1977-1981, menurut Sudirman, disebabkan delapan hal:-kurangnya sarana di daerah yang dapat mendukung kekuatan di pusat, kurangnya gedung tertutup untuk latihan, mahalnya sarana penunjang untuk bermain bulutangkis, kurangnya tenaga teknis terdidik, pelatnas berkepanjangan yang membosankan atlet, materi pemain yang tidak konstan, tersitanya waktu akibat main di luar negeri karena supremasi yang kita pegang, dan terlalu banyak campur tangan KONI Pusat yang bukan lagi dalam pembinaan prestasi tapi sudah sampai pada penentuan pemain. Cuma dikasih catatan oleh formatur untuk diperbaiki di masa depan. Mengenai munculnya RRC, Sudirman menganggap hal itu belum serius. "Ancaman dari Utara," katanya, "belum merupakan bahaya." Ia menambahkan kegagalan beruntun belakangan ini dikarenakan pemain Indonesia lagi jenuh saja. Pendapat ini disokong pemain Christian Hadinata. "Pemain RRC tal banyak beda dengan kita. Orangnya itu itu juga," kata Christian. Tapi untuk masa datangnya berpendapat PBSI baru lebih berani mengirim pemain junior seperti yang dilakukan RRC sekarang. Hal, ini memang sudah mulai dilaksanakan, meski mendapat protes dan penyelenggara di luar negeri. Misalnya dari Inggris, penyelenggara Kejuaraa Master, dan Malaysia, tuan rumah Ke juaraan Bulutangkis Dunia II, Oktober ini. Tuan rumah yang semula dijanjikan pemain kelas satu, merasakan "dihina" oleh PBSI yang mengirimkan atlet kelas junior. Mereka pun mengadu pada IBF. "Ini memang risiko. Tapi sekaligus membuktikan bahwa pamor Indonesia di luar negeri masih tinggi," kata seorang peserta Munas. Para formatur ketika menemui Sudirman, Senin pagi, untuk melanjutkan tugas sebagaimana biasa membicarakan pula masalah rekomendasi Munas, mengenai wilayah pembinaan desentralisasi. Jambi (untuk Sumatera dan Ka',Bar), Ragunan (DKI), Bandung (Ja-Bar), Kudus (Ja-Teng dan D.I. Yogyakarta), Surabaya (Ja-Tim, Bali, NTB, NTT, Tim-Tim, Kal-Sel dan Kal-Tim) dan Ujungpandang (Sulawesi, Maluku dan Ir-Ja). Dan usul pada pemerintah agar bulutangkis jadi olahraga wajib di SD dan perlunya Dirjen Olahraga. Mengenai tim pendamping Sudirman belum dibicarakan. Karena perlu negosiasi dengan berbagai pihak pembina maupun pemain senior. Tapi komposisinya, menurut formatur 60% wajah baru dan 40% muka lama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus