Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Miftahul Jannah Blak-blakan Soal Putusan Mempertahankan Jilbab

Atlet judo putri Indonesia yang gagal tampil dalam Asian Para Games 2018, Miftahul Jannah, mengaku mengetahui ada peraturan yang melarang jilbab.

9 Oktober 2018 | 17.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pelatih Ahmad Bahar (kanan) memperagakan kondisi membahayakan bagi pejudo Miftahul Jannah jika menggunakan hijab ketika bertanding saat konferensi pers di MPC Asian Para Games 2018, GBK Arena, Jakarta, Selasa, 9 Oktober 2018. Federasi cabang olahraga blind judo melarang penggunaan hijab karena membahayakan pejudo. TEMPO/Amston Probel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Atlet judo putri Indonesia yang gagal tampil dalam Asian Para Games 2018, Miftahul Jannah, mengaku mengetahui ada peraturan yang melarang jilbab dalam olahraga itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sebelumnya, Miftah sudah tahu bahwa ada aturan untuk membuka jilbab ketika pertandingan dimulai," kata Miftah dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 9 Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Miftah mengatakan, meskipun telah mengetahui tentang aturan tersebut, ia memilih tetap melanjutkan hingga ke tahap pertandingan di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, 8 Oktober lalu. Hal itu dilakukannya demi mempertahankan prinsip yang dia yakini bahwa judoka muslimah tidak harus melepas jilbabnya saat akan bertanding.

Baca: Miftahul Jannah Terdiskualifikasi karena Jilbab, Ada Solusi Jitu

"Miftah ingin menerobos itu semua. Miftah menantang aturan itu karena Miftah ingin mempertahankan prinsip Miftah untuk Miftah sendiri dan untuk teman-teman atlet muslim lainnya kalau bisa harus mempertahankan hijabnya," ujar perempuan asal Aceh tersebut.

Miftah pada akhirnya harus terdiskualifikasi akibat mempertahankan prinsipnya tersebut.

Keinginannya untuk tetap bertanding dengan menutup aurat harus terbentur dengan regulasi dari federasi judo internasional pada poin empat, yang menyebutkan bagian kepala tidak boleh ditutup, kecuali untuk membalut yang bersifat medis.

Miftah mengaku tidak menyesal atas keputusan yang telah diambil. Baginya, lebih baik tidak ikut pertandingan daripada harus menggadaikan prinsip yang diyakininya.

"Itu memang pendirian Miftah karena jauh hari juga Miftah sudah tahu. Pas Miftah sudah tahu, mungkin ada peluang untuk Miftah tampil. Tapi, ketika mendengar hasil technical meeting yang sesungguhnya, bahwa memakai hijab itu tidak boleh, ya, sudah, Miftah ambil komitmen bahwa Miftah tidak akan ikut bertanding jika hijab Miftah harus dibuka," ucapnya.

Sikap Miftahul Jannah yang teguh mempertahankan prinsipnya itu mendapat apresiasi dari Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.

Baca: Miftahul Gagal Tanding di Asian Para Games, Ketua NPC Minta Maaf

"Peristiwa Miftahul Jannah adalah peristiwa satu sisi di mana kita betul-betul mengagumi, menghargai, sekaligus mengapresiasi keputusan Miftahul Jannah yang mempertahankan prinsipnya untuk tetap menutup auratnya dengan jilbab, meskipun sebelumnya sudah tahu bahwa regulasinya tidak memungkinkan untuk dapat memakai penutup kepala karena agar tidak terjadi suatu yang membahayakan pada atletnya," ujar Imam, yang menghadiri jumpa wartawan yang sama.

Ikuti berita tentang Miftahul Jannah dan Asian Para Games 2018 lain di laman Asiangames.tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus