Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Cerita Menpora Bermain Catur Bareng Miftahul Jannah

Menpora Imam Nahrawi menceritakan bakat lain dari atlet blind judo Miftahul Jannah yang gagal bertanding di ajang Asian Para Games 2018.

9 Oktober 2018 | 18.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi (kiri) mendampingi atlet blind judo, Miftahul Jannah, dalam konferensi pers di MPC Asian Para Games 2018, GBK Arena, Jakarta, Selasa, 9 Oktober 2018. Imam Nahrawi menghormati prinsip Miftahul Jannah tidak mau bertanding blind judo dalam Asian Para Games 2018 karena tak diizinkan memakai jilbab. TEMPO/Amston Probel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora), Imam Nahrawi, menceritakan bakat lain dari atlet cabang olah raga blind judo Miftahul Jannah yang gagal bertanding di ajang Asian Para Games 2018. Imam mengatakan sempat bermain catur dengan atlet yang melanggar aturan enggan membuka jilbabnya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Semalam saya sempat bermain catur bareng, tapi Miftah minta remis, saya ketemu dengan Miftah itu jam setengah sebelas sampai setengah satu. Kita bicara dari hati ke hati mendengar apa yang Miftah rasakan, saya juga mendengar dari NPC, pelatihnya, dan deputi saya, semua pihak termasuk inapgoc juga saya mendengar," ujar Imam saat ditanya awak media di Main Press Center, GBK Arena, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 9 Oktober 2018.

Baca: Asian Para Games: Menpora Menghormati Keputusan Miftahul Jannah

Miftah merupakan atlet yang didiskualifikasi karena melanggar aturan enggan membuka jilbabnya, karena tidak mau auratnya terlihat lawan jenis. Atlet berusia 21 tahun itu telah menginjak matras pertandingan dan enggan melepas jilbab pada pertandingan kelas 52 kilogram, sehingga terdiskualifikasi dari pertandingan judo tuna netra Asian Para Games 2018 Senin, 8 Oktober 2018.

Baca: Kasus Jilbab Miftahul Jannah, Karena Pelatih Tak Mengerti Aturan?

Imam mengatakan bahwa dirinya menghargai apa yang menjadi keputusannya. Dan Miftahul, kata Imam, ingin tetap menjadi atlet meskipun tidak menjadi atlet cabang olah raga blind judo, Imam menambahkan bahwa Miftah ingin menjadi atlet catur.

"Saya bangga padanya dia akan tetap menjadi atlet kalaupun tidak di judo dia akan main catur dan tadi pagi saya coba, meskipun akhirnya Miftah meminta untuk resmis saja," kata Imam. "Di olahraga itu adalah bukan cermin soal kekalahan dan kemenangan tapi respek dan penghargaan antara prinsip regulasi yang ada, baik pelatih ataupun atlet, untuk menjaga dirinya agar tetap nyaman menggunakan jilbabnya."

Sedangkan Miftahul Jannah menjelaskan bahwa dirinya mengaku sudah mengenal olah raga catur sejak umur 4 tahun. Dia dikenalkan catur oleh orang tuanya, bahkan ia sudah sempat mengikuti tunamen di umur 6 tahun. "Ahamdulillah hasilnya memuaskan, Hobi yang sangat Miftah cintai itu catur, catur itu sudah bagaikan sahabat. Jadi Miftah ingin mengabdi lagi pada catur," kata Miftah

Ketika Miftah ditanya jika judo memperbolehkan memakai jilbab saat bertanding, ia menjawab bahwa dia tetap memilih catur, meskipun nanti banyak rintangannya. Miftah juga merasa tidak kecewa atas peristiwa yang dialaminya.

Baca: Soal Jilbab Miftahul Jannah, Menpora Usul Perubahan Aturan Judo

"Kecewa dengan yang kemarin itu enggak, karena itu prinsip Miftah. Rrasa kecewa itu udah tertutupi oleh keyakinan Miftah, karena keyakinan di atas segalanya," kata Miftah. "Antara prinsip dan regulasi keduanya harus saling dihormati. Ini sudah pendirian saya dan berkomitmen untuk tidak bertanding jika dibuka jilbabnya."

Hari Prasetyo

Hari Prasetyo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus