"KESIBUKAN Iswadi menyebabkan saya terasa sunyi". Kalimat itu
dituturkan oleh Esly Pardede yang mengikat tali pernikahan
dengan Iswadi Idris, 24 Agustus 1972. Iswadi memang sibuk
Hari-hari dalam kehidupannya lebih banyak dilewatkannya di
pelatnas atau di luar negeri ketimbang di rumah sendiri. Maret
1974, ia bergabung dengan klub Western Suburbs di Sydney,
Australia. Kendati Esly ikut menyertai suaminya ke sana, tapi
kesunyian seorang nyonya tetap membuntuti dirinya. Ikatan
perkawinan mereka belum membuahkan seorang putera yang
dirindukan Esly sebagai perintang waktu.
Tapi kini Esly tak perlu merasa sunyi lagi. Menjelang
keberangkatan team PSSI Harimau ke Eropa, Juli lalu, Iswadi
mengambil suatu keputusan yang tepat: ia mengangkat Fanny Irawan
lahir di Jakarta, 7 Juli 1976 sebagai permata keluarga."Dia ada
datang pada saya", kata Ketua PS Jayakarta, drs F.H. Hutasoit.
Dan, "menyatakan keinginan untuk mengangkat anak". Reaksi
Hutasoit positif: ia menyetujui niat Iswadi itu. "Lihatlah anak
yang berandalan seperti Iswadi itu, kini telah memperlihatkan
sikap kebapakannya", lanjut Hutasoit.
Fanny, 3 bulan, berkulit sawo matang. Hidung berbakat mancung.
Matanya besar dan jeli. Rambutnya masih tipis, tapi hitam
bergelombang. "Sewaktu lahir beratnya 3 kilo lebih sedikit",
kata Esly. Tapi, "sekarang sudah 5 kilo". Adakah Fanny akan
mengikuti jejak Iswadi? "Yang penting", ucap sang ayah, "dengan
si buyung kami benar-benar merasa berkeluarga dan tenang. Dengan
begitu saya harap dapat bertahan di PSSI paling kurang 4 tahun
lagi". Iswadi, 28 tahun, bergabung dengan PS Jayakarta
sepulangnya dari Australia, tahun lalu. Juga sudah mengantongi
sertifikat pelatih. Kini tinggal di Cipinang Kebembem di
lingkungan kompleks perumahan "Bangun Cipta Sarana".
Mengomentari tentang puteranya, ia mengatakan: "Saya percaya
semua orang dilahirkan dengan bakat tertentu. Tergantung pada
kita mengembangkan bakat tersebut".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini