Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kembalinya choo seng quee

Choo seng qoee, 62, dari singapura, pelatih pssi tahun 50-an, ditunjuk menangani kesebelasan nasional singapura. pssi asuhannya dulu banyak memakai otal. kebijaksanaan pelatih jangan dicampuri. (or)

9 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FISIKNYA sudah mulai dimakan usia. Tapi ia belum begitu uzur. Dialah: Choo Seng Quee, 62 tahun, warganegara Singapura. Ia adalah pelatih PSSI di tahun 50-an. Jabatan pelatih itu sudah lama tak dijamahnya. Hampir 20 tahun silam. Dalam masa yang panjang itu, ia lebih banyak mencurahkan fikiran untuk menangani toko alat-alat olahraganya. Dan dengan teratur memberikan komentar sepakbola untuk koran The Nation, 5 tahun terakhir ini, ia kembali aktif di lapangan melatih pemain-pemain muda usia. Tahun 1974, Gubernur Irian Jaya, Acub Zainal meminta dirinya buat menangani pemain-pemain Irian Jaya. Meski ia hanya tinggal beberapa bulan di sana, namun polesan tangannya cukup memberikan bentuk. Keberhasilannya di masa lalu dan 5 musim belakangan ini ternyata cukup memberi kesan yang dalam bagi pemerintah Singapura. Ia ditunjuk kembali untuk menangani kesebelasan nasional Singapura yang akan turun dalam turnamen Pre World Cup, Pebruari depan. "Sudah lama saya tak mencampuri urusan sepakbola nasional. Tapi Kerajaan masih meminta saya untuk turun tangan. Dan itu tak bisa saya tolak", ujar Choo Seng Quee kepada TEMPO di Hotel Asri, Jakarta pekan lalu. Ia juga menceritakan bahwa untuk tugas yang dilimpahkan pada dirinya, pemerintah Singapura tidak mengeluarkan bayaran itu. Ia tidak berkeberatan. "Ini kepentingan nasional", lanjut Choo Seng Quee. Ringgit Sekalipun ia tidak mendapatkan Ringgit untuk jerih payahnya, bukan berarti kegembiraan tak meliputi dirinya. Minat publik Singapura untuk menonton sepakbola yang akhir-akhir ini memuncak, sudah cukup mengobati. "Mereka sudah senang bila bisa melihat kami berlatih. Saya masuk lapangan mendapat keplokan. Juga ketika meninggalkan lapangan sehabis latihan" kata Choo Seng Quee sambil menceritakan bahwa tidak kurang 2.000 penonton yang menyaksikan anak asuhannya berlatih. Angka itu melonjak menjadi 70.000 untuk suatu pertandingan. Adakah Choo Seng Quee akan mampu mengantar team Singapura ke tempat terhormat dalam turnamen Pre World Cup nanti? Tampaknya bukan sesuatu yang mustahil. Karena ia mengikuti perkembangan dunia sepakbola dengan cermat. "Sepakbola mutakhir berbeda sekali dengan zaman 20, tahun lampau", tutur Choo Seng Quee. Ia menceritakan bahwa sekarang orang akan bermain dengan sistim berputar-putar (always revolving) seperti yang diterapkan pemain Brazil, Jerman Barat atau Belanda. Di sini pemain tidak sembarangan bergerak. Mereka melakukan possesion football dulu, mencari peluang dan mulai membuka gerakan. Begitu mereka bergerak, persis seperti jatuhnya batu ke dalam kolam: gelombang yang ditimbulkannya makin lama kian luas lingkarannya. Dan sepakbola masa kini diibaratkan dengan gerakan gelombang tersebut. "Orang tak lagi menguasai posisi back saja. Tapi harus bisa menunjukkan kebolehannya di segala tempat", kata Choo Seng Quee. Ikut Campur Tampaknya teknik itulah yang akan diterapkan Choo Seng Quee kepada 50 pemain nasional Singapura yang memasuki pelatnas 28 September lalu. Untuk kemudiah akan dipilih 25 pemain terbaik yang bakal membawa panji ke lapangan. Akankah PSSI dapat mengimbangi ketrampilan anak asuhan Choo Seng Quee nanti? Choo Seng Quee yang datang ke Jakarta untuk urusan dagang sama sekali tidak mau menyinggung soal itu. Ia hanya mengenang masa jaya PSSI di tahun 50-an. "Sungguh nasib saya beruntung", komentar Choo Seng Quee. "Pemain seperti Ramang, Sidhi, Jamiat, Tan Liong Houw (L.H. Tanoto), Tee San Liong dan lain-lain, kii tak boleh dicari. Mereka adalah pemain-pemain yang memakai otak". Ucapannya itu secara implisit memang bisa ditafsirkan: generasi PSSI di tahun 50-an masih lebih unggul ketimbang pemain nasional sekarang. Jika PSSI ingin mengungguli anak didik Choo Seng Quee nanti, ucapan tersirat dari pelatih nasional Singapura ptut digaris-bawahi. Juga campur tangan terhadap kebijaksanaan terhadap pelatih kini dilimpahkan pada Tony Pogaknik, tapi menjelang keberangkatan kemungkinan akan dialihkan ke tangan Wiel Coerver -- patut dihilangkan. "Dalam pembinaan dan penyusunan team tak seorang lain pun boleh ikut campur" ujar Choo Seng Quee --pendapat yang sama juga diutarakan oleh Coerver. "Kita pelatih tahu apa yang ingin kita bangun. Serahkan dan percayakan sepenuhnya pada kita".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus