FISIKNYA sudah mulai dimakan usia. Tapi ia belum begitu uzur.
Dialah: Choo Seng Quee, 62 tahun, warganegara Singapura. Ia
adalah pelatih PSSI di tahun 50-an. Jabatan pelatih itu sudah
lama tak dijamahnya. Hampir 20 tahun silam. Dalam masa yang
panjang itu, ia lebih banyak mencurahkan fikiran untuk menangani
toko alat-alat olahraganya. Dan dengan teratur memberikan
komentar sepakbola untuk koran The Nation, 5 tahun terakhir ini,
ia kembali aktif di lapangan melatih pemain-pemain muda usia.
Tahun 1974, Gubernur Irian Jaya, Acub Zainal meminta dirinya
buat menangani pemain-pemain Irian Jaya. Meski ia hanya tinggal
beberapa bulan di sana, namun polesan tangannya cukup memberikan
bentuk.
Keberhasilannya di masa lalu dan 5 musim belakangan ini ternyata
cukup memberi kesan yang dalam bagi pemerintah Singapura. Ia
ditunjuk kembali untuk menangani kesebelasan nasional Singapura
yang akan turun dalam turnamen Pre World Cup, Pebruari depan.
"Sudah lama saya tak mencampuri urusan sepakbola nasional. Tapi
Kerajaan masih meminta saya untuk turun tangan. Dan itu tak bisa
saya tolak", ujar Choo Seng Quee kepada TEMPO di Hotel Asri,
Jakarta pekan lalu. Ia juga menceritakan bahwa untuk tugas yang
dilimpahkan pada dirinya, pemerintah Singapura tidak
mengeluarkan bayaran itu. Ia tidak berkeberatan. "Ini
kepentingan nasional", lanjut Choo Seng Quee.
Ringgit
Sekalipun ia tidak mendapatkan Ringgit untuk jerih payahnya,
bukan berarti kegembiraan tak meliputi dirinya. Minat publik
Singapura untuk menonton sepakbola yang akhir-akhir ini
memuncak, sudah cukup mengobati. "Mereka sudah senang bila bisa
melihat kami berlatih. Saya masuk lapangan mendapat keplokan.
Juga ketika meninggalkan lapangan sehabis latihan" kata Choo
Seng Quee sambil menceritakan bahwa tidak kurang 2.000 penonton
yang menyaksikan anak asuhannya berlatih. Angka itu melonjak
menjadi 70.000 untuk suatu pertandingan.
Adakah Choo Seng Quee akan mampu mengantar team Singapura ke
tempat terhormat dalam turnamen Pre World Cup nanti? Tampaknya
bukan sesuatu yang mustahil. Karena ia mengikuti perkembangan
dunia sepakbola dengan cermat. "Sepakbola mutakhir berbeda
sekali dengan zaman 20, tahun lampau", tutur Choo Seng Quee. Ia
menceritakan bahwa sekarang orang akan bermain dengan sistim
berputar-putar (always revolving) seperti yang diterapkan pemain
Brazil, Jerman Barat atau Belanda. Di sini pemain tidak
sembarangan bergerak. Mereka melakukan possesion football dulu,
mencari peluang dan mulai membuka gerakan. Begitu mereka
bergerak, persis seperti jatuhnya batu ke dalam kolam: gelombang
yang ditimbulkannya makin lama kian luas lingkarannya. Dan
sepakbola masa kini diibaratkan dengan gerakan gelombang
tersebut. "Orang tak lagi menguasai posisi back saja. Tapi harus
bisa menunjukkan kebolehannya di segala tempat", kata Choo Seng
Quee.
Ikut Campur
Tampaknya teknik itulah yang akan diterapkan Choo Seng Quee
kepada 50 pemain nasional Singapura yang memasuki pelatnas 28
September lalu. Untuk kemudiah akan dipilih 25 pemain terbaik
yang bakal membawa panji ke lapangan. Akankah PSSI dapat
mengimbangi ketrampilan anak asuhan Choo Seng Quee nanti? Choo
Seng Quee yang datang ke Jakarta untuk urusan dagang sama
sekali tidak mau menyinggung soal itu. Ia hanya mengenang masa
jaya PSSI di tahun 50-an. "Sungguh nasib saya beruntung",
komentar Choo Seng Quee. "Pemain seperti Ramang, Sidhi, Jamiat,
Tan Liong Houw (L.H. Tanoto), Tee San Liong dan lain-lain, kii
tak boleh dicari. Mereka adalah pemain-pemain yang memakai
otak". Ucapannya itu secara implisit memang bisa ditafsirkan:
generasi PSSI di tahun 50-an masih lebih unggul ketimbang pemain
nasional sekarang.
Jika PSSI ingin mengungguli anak didik Choo Seng Quee nanti,
ucapan tersirat dari pelatih nasional Singapura ptut
digaris-bawahi. Juga campur tangan terhadap kebijaksanaan
terhadap pelatih kini dilimpahkan pada Tony Pogaknik, tapi
menjelang keberangkatan kemungkinan akan dialihkan ke tangan
Wiel Coerver -- patut dihilangkan. "Dalam pembinaan dan
penyusunan team tak seorang lain pun boleh ikut campur" ujar
Choo Seng Quee --pendapat yang sama juga diutarakan oleh
Coerver. "Kita pelatih tahu apa yang ingin kita bangun. Serahkan
dan percayakan sepenuhnya pada kita".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini