Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Persiapan Asian Games 2018 memang jauh dari ideal. Ibarat bersepak bola, Indonesia merupakan pemain cadangan yang masuk saat ketinggalan skor. Pada 2012, Hanoi terpilih sebagai tuan rumah mengalahkan Surabaya.
Dua tahun kemudian, Dewan Olimpiade Asia menunjuk Jakarta dan Palembang sebagai tuan rumah setelah Vietnam lempar handuk karena tak sanggup membangun gelanggang dan fasilitas penunjang.
Indonesia menyiapkan sekitar Rp 25 triliun untuk pesta olahraga empat tahunan ini, termasuk biaya penyelenggaraan, renovasi gelanggang, serta pembangunan wisma atlet dan sistem kereta api ringan di Palembang.
Baca: Evaluasi Test Event Asian Games 2018, Transportasi Bikin Pusing
Namun, alih-alih ngebut, Inasgoc, yang terbentuk pada 2015, jalan di tempat. Malah Dodi Iswandi dan Anjas Rivai, masing-masing mantan sekretaris dan bekas bendahara Komite Olimpiade Indonesia dan Inasgoc, divonis empat tahun penjara Oktober tahun lalu karena penyelewengan dana sosialisasi Asian Games.
Dikejar tenggat, Presiden Joko Widodo menugasi Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai Ketua Dewan Pengarah Inasgoc menggantikannya, sejak Maret 2017. Hal pertama yang Kalla lakukan adalah merampingkan organisasi. Dewan penanggung jawab dan pelaksana dia babat, menyisakan pengarah dan penyelenggara, yang tetap dipimpin Ketua Komite Olimpiade Indonesia Erick Thohir.
"Dulu, susunan panitia hanya untuk memuaskan semua pihak. Padahal yang dibutuhkan orang-orang yang bisa bekerja penuh waktu," kata Kalla kepada Tempo.
Dia memanggil pulang Letnan Jenderal Purnawirawan Sjafrie Sjamsoeddin yang sedang kuliah strategi di NATO School di Oberammergau, Jerman, sebagai pendamping Erick, dan menempatkan Marsekal Madya Purnawirawan Eris Herryanto sebagai sekretaris jenderal.
Kalla juga memberi garis batas di antara tiga penanggung jawab: Inasgoc di penyelenggaraan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di persiapan infrastruktur, sementara Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Komite Olahraga Nasional Indonesia di pencapaian prestasi.
Baca: Viral Gaji Pegawai Bank Vs Indomaret, Ini Gaji Atlet Asian Games
Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga merupakan Ketua Dewan Penanggung Jawab Inasgoc. Kalla menilai tumpang-tindih tanggung jawab menjadi penyebab mandeknya kerja panitia, di samping anggaran yang baru nongol pada 2017.
Selanjutnya, Kalla memotong rancangan anggaran Inasgoc, dari Rp 8,7 triliun menjadi Rp 4,5 triliun. Dia beralasan penyelenggaraan Asian Games Guangzhou 2010 dan Incheon 2014 menghabiskan dana sekitar Rp 5,4 triliun. Di samping dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, panitia ditargetkan menggaet dana sponsor sampai Rp 1 triliun atau sekitar 20 persen dari total biaya penyelenggaraan.
"Awalnya sulit mencari sponsor," ujar Francis Wanandi, Deputi Pendanaan Inasgoc.
Menurut Francis, perusahaan ragu karena Indonesia belum berpengalaman menyelenggarakan Asian Games 2018, pesta multi-event olahraga terbesar setelah Olimpiade itu, sementara nilai investasi mencapai puluhan miliar rupiah. Terlebih, perhatian publik tahun ini juga terpecah ke pemilihan kepala daerah serentak dan Piala Dunia Sepak Bola di Rusia. Hingga pertengahan tahun lalu, cuma ada sponsor asing mitra OCA.
MAJALAH TEMPO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini