Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menjadi pelatih dari timnas U-17 Indonesia, Bima Sakti sudah dihadapkan dengan kompetisi Asian Youth Games (AYG) 2022 pada Desember mendatang. Ia mengharapkan ajang ini menjadi titik balik kebangkitan pasukan Garuda Muda setelah mendapat pengalaman pahit di Kualifikasi Piala Asia U-17 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya sampaikan ke semua pemain mereka harus bangkit dari momen di kualifikasi Piala Asia untuk kembali bersiap di turnamen akhir tahun nanti," kata Bima Sakti pada konferensi pers, 10 Oktober 2022.
Profil Bima Sakti
Belakangan, nama Bima Sakti kian tersorot setelah membawa garuda muda dengan beberapa kemenangan. Kemenangan tersebut di antaranya ketika timnas U-17 mencetak 14 gol melawan Guam. Lalu juga kemenangan atas Palestina dengan skor 2-0 dan menang melawan 3-2 atas Uni Emirat Arab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil kerja keras Bima untuk melatih timnas U-17 tidak lepas dari latar belakang karirnya di dunia sepak bola Indonesia. Untuk itu, berikut merupakan rekam jejak lengkapnya ketika ia menjadi pemain hingga menjadi pelatih klub sepak bola.
Memliki nama asli Bima Sakti Tukiman, lahir pada tanggal 23 Januari 1976 di Balikpapan. Ia sudah mengenal dunia sepak bola sejak kecil yang membawanya bisa menjadi pemain di berbagai klub ternama. Hingga saat ini, dirinya terkenal karena tendangan bebasnya yang keras dan akurat.
Awal kariernya dimulai dengan bergabung dengan klub Ossiana Sakti dan PKT Bontang Junior. Tim pencari bakat PSSI pun melihat kinerja pemain berusia 16 tahun tersebut untuk menimba ilmu di Italia.
Bersama Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy, Bima pun terpilih untuk mewakili Indonesia berlatih bersama Sampdoria Primavera pada tahun 1994. Tak sampai situ, karir di luar negerinya berlanjut ketika ia bergabung dengan klub asal Swedia bernama Helsingborg IF selama lebih dari setahun.
Ketika di Indonesia, ia memulai karirnya di PKT Bontang pada tahun 1994 silam. Selanjutnya berpindah ke klub Pelita Jaya selama empat tahun lamanya. Selain itu, melihat kemampuannya sebagai gelandang yang apik membuat dirinya ditarik ke timnas Indonesia pada 1995 saat masih berusia 19 tahun.Bersama Skuat Garuda, ia total tampil sebanyak 55 kali.
Sebelum awal tahun 2000-an, ia sempat bergabung di klub PSM Makassar pada tahun 1999 hingga 2001. Di sana ia dan para pemain lainnya membawa PSM Makassar menjuarai Liga Indonesia 1999/2000 dan didapuk sebagai pemain terbaik.
Selanjutnya ia lalu berpindah ke beberapa klub, dari PSM Makassar, Persema Malang, hingga mengakhiri kariernya di Persiba Balikpapan yang berakhir pada tahun 2016. Selama menjadi pemain gelandang, beberapa kali ia menerima kepercayaan untuk memakai ban kapten.
Lalu kariernya berlanjut untuk mengabdi sebagai pelatih. Ia pun lalu mendapatkan lisensi kepelatihan B AFC. Setahun kemudian, ia lantas menjadi asisten pelatih di mantan klubnya, Persiba Balikpapan. Di tahun selanjutnya ia perlu menolak tawaran PSSI yang menjadikannya sebagai asisten pelatih Timnas di Piala AFF.
Penolakan tersebut dikarenakan Bima Sakti yang masih berstatus sebagai pemain Persiba Balikpapan sekaligus merangkap sebagai asisten pelatih Jaino Matos di Indonesian Soccer Championship 2016. Sebagai asisten pelatih, ia pun menargetkan bisa mengantongi lisensi kepelatihan A AFC pada penghujung tahun ini. Terakhir sebelum menjadi pelatih timnas U-17, ia menjadi pelatih di Timnas U-16.
FATHUR RACHMAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.