DUA Jerman bersatu, dampaknya tak cuma politik dan moneter. Tapi juga olahraga. Kekuatan gabungan itu akan menjadi begitu dahsyat di dunia olahraga, tak terkejar oleh negara-negara mana pun. Supremasi Uni Soviet akan segera runtuh. Amerika Serikat semakin jauh ketinggalan. Apalagi negeri-negeri di kawasan Asia. Bibit penyatuan itu sudah ditanam lewat sepak bola. Pengurus Persatuan Sepak Bola Jerman Barat (Deustscher Fussball Bund) dan pengurus Persatuan Sepak Bola Jerman Timur (Deustscher Fussball Verband) Kamis pekan lalu bertemu di Frankfurt. Mereka sepakat untuk menyatukan organisasi sepak bola mereka. Ini peristiwa bersejarah bagi kedua bangsa setelah penyatuan mata uang mereka. Segera setelah kesepakatan itu, Jerman Timur menarik keikutsertaan klub-klubnya dari kompetisi antarklub Eropa. sebelasan nasional Jerman Timur juga sudah mengundurkan diri dari babak penyisihan Piala Eropa 1992 dan Olimpiade Barcelona 1992. Seharusnya, dalam babak penyisihan Piala Eropa di grup V, Jerman Timur bergabung dengan Jerman Barat, Belgia, Wales, dan Luksemburg. Bahkan Jerman Timur sudah dijadwalkan bertanding dengan Jerman Barat pada 21 November 1990 di Leipzig. Pertandingan itu sendiri kabarnya akan tetap dilangsungkan sebagai pertandingan persahabatan, agar tidak mengacaukan jadwal. Untuk membentuk kesebelasan "Jerman Bersatu", diperlukan waktu dan diperkirakan baru akan terwujud pada 1992. Itu sebabnya, sebelum ada tim nasional "bersatu" ini, kesebelasan Jerman Barat, yang memang jauh lebih unggul dari kesebelasan Jerman Timur, mewakili di forum-forum internasional. Apalagi Jerman Barat adalah juara Piala Dunia 1990. Kesepakatan lain dari Frankfurt adalah membentuk kompetisi baru yang melibatkan klub-klub kedua Jerman. Namun, karena mutu "barat" lebih unggul dari "timur", maka pihak Jerman Timur mengalah. Mereka tahu diri. Hanya dua klub divisi I Jerman Timur, yakni juara kompetisi dan runner up, yang bisa bergabung dengan 18 klub divisi I Jerman Barat. Klub-klub divisi I Jerman Timur lainnya dimasukkan ke dalam divisi II Jerman Barat. Aturan ini mulai diterapkan pada musim kompetisi 1991-92 nanti. Sesungguhnya, prestasi klub-klub di Jerman Timur pernah bagus. Pada 1974, FC Magdeburg menjuarai Piala Winner, dan FC Lokomotive Leipzig jadi runner up pada 1987. Namun, sejak itu diam-diam banyak klub Jerman Barat yang "berbelanja pemain" ke Jerman Timur. Sampai-sampai Uli Hoeness, manajer Bayern Munchen, menuduh Reiner Calmund, manajer klub Bayer Leverkusen, sebagai "pedagang budak" karena mengambili pemain Jerman Timur. Kritik itu tak cuma datang dari orang bola di timur, juga datang dari barat. "Sangat tidak menyenangkan melihat mereka pergi ke timur dengan koper penuh uang untuk membeli pemain," sindiran Winfried Schafer, pelatih klub Karlsruhe di Jerman Barat. Setelah di sepak bola, "merjer" di cabang olahraga lain akan segera menyusul. "Kami tukar-menukar pengetahuan. Kami belajar cara menjual olahraga, mereka bisa belajar metode ilmiah cabang atletik dari kami," ujar Ulrich Lampe, pengurus Dynamo Sport Club di Berlin Timur, tempat sekitar dua ribu atlet berbagai cabang tinggal dan digodok. Penggabungan di bidang olahraga ini lebih banyak didorong dari timur. Ada alasan kuat yang lain -- selain semangat persatuan setelah runtuhnya Tembok Berlin -- yakni urusan duit. Sejak pemerintahan Erich Honecker, anggaran olahraga disunat habis-habisan. Ketika Erich Honecker tumbang, pemerintahan baru belum bisa pula memberikan dana yang layak buat olahraga. Sampai Hans Schuster, direktur Institut Penelitian Fisik dan Olahraga di Leipzig, menawar-nawarkan semua rahasia pembinaan atlet Jerman Timur untuk dijual (lihat Rahasia di Gedung Tua). Atlet-atlet Jerman Timur pun mulai melirik pada pencapaian materi yang lebih dari yang mereka terima di negaranya. Dengar saja ucapan Henry Maske, petinju amatir pemegang medali emas Seoul yang mulai beralih ke tinju profesional. "Saya lebih membutuhkan uang daripada kejayaan negara," katanya. Juga Katarina Witt, pemain ski es terkenal Jerman Timur, yang berancang-ancang meninggalkan negaranya, "agar punya uang banyak untuk membeli mobil Porsche". Dan upaya menawarkan diri supaya "dibeli" negara lain tak selamanya mudah, apalagi untuk jenis olaharaga tertentu -- kecuali dengan melepas kewarganegaraan. Nah, itu sebabnya penggabungan ini lebih mendapat keplok di timur. Dan jika seluruh cabang olahraga di kedua negara itu nantinya sudah bergabung, bayangkan saja betapa perkasanya "Jerman Bersatu". Kalau perolehan medali di Olimpiade Seoul 1988 dipakai patokan, kedua Jerman itu mengumpulkan 142 medali emas (Jerman Timur 102 emas dan Jerman Barat 40 emas). Uni Soviet "cuma" 132 emas dan AS akan makin keteter dengan 94 emas. Dari cabang renang saja, dua Jerman itu sudah menggaet 12 medali emas -- Jerman Timur menyabet 11 emas dan Jerman Barat 1 emas. Jerman Timur kuat benar dalam olahraga perorangan. Perenang putri Jerman Timur, Kristin Otto, bisa jadi contoh. Di Olimpiade Seoul ia meraih 6 medali emas dari 11 medali emas yang diperoleh negaranya. Sementara itu, Jerman Barat dikenal maju dalam olahraga tim, seperti sepak bola tadi. Maka, Jerman bersatu tak pelak lagi akan menjadi raksasa baru di dunia olahraga. Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini