DORONGAN semangat untuk kontingen Indonesia ke SEA Games XII di
Singapura akhirnya datang dari Presiden Soeharto. Dalam sebuah
upacara di lapangan rumput Istana Negara, 21 Mei lalu, Presiden
menganjurkan agar para atlet benar-benar siap mental menghadapi
pesta olah raga yang akan dibuka hari Sabtu ini. "Berusahalah
sekuat tenaga untuk menunjukkan prestasi," ajak Pak Harto.
Bahkan kepada juara dunia bulu tangkis Icuk Sugiarto, Repala
Negara minta agar berprestasi sampai 10 tahun mendatang.
Kecuali tuan rumah Singapura, maka Indonesia dengan 457 atlet
dan ofisial merupakan negara paling besar mengirimkan jumlah
atletnya dalam kejuaraan antarbangsa Asia Tenggara yang akan
dibuka oleh Presiden Singapura, Devan Nair, itu. Menyusul
Filipina (367), Malaysia (357), dan Muangthai (355). Ditambah
dengan kontingen Birma, Brunai, dan Kampuchea, jumlah seluruh
atlet yang akan memperebutkan 235 medali emas dari 22 cabang itu
berjumlah hampir 2.000 orang.
Tanpa harus membangun stadion maupun fasilitas pertandingan yang
baru, negara tetangga itu hanya memerlukan dana S$ 3,3 juta
(sekitar Rp 1,5 milyar) untuk menyelenggarakan pesta yang akan
berlangsung sampai 6 Juni itu. Persiapannya lancar. Sekalipun
sempat diganggu awan politik, ketika 11 atlet dari rimba raya
Kampuchea menyatakan ambil bagian. Ini membuat Vietnam dan Laos,
2 dari 10 negara pendiri Federasi SEA Games, melemparkan protes
dan menolak ikut dalam pesta olah raga tersebut.
Jumlah kontingen Indonesia sebanyak itu baru pekan kemarin
diketahui secara pasti. Karena KONI rupanya agak sulit memilih
dari sekian banyak atlet tambahan yang akan turut dengan biaya
cabang olah raga masing-masing (TEMPO, 7 Mei). Dengan dana dari
pemerintah sebesar Rp 1,4 milyar, KONI hanya mampu menanggung
360 orang.
Cabang atletik, yang dalam beberapa uji coba menjelang SEA Games
Singapura ini berhasil menumbangkan 18 rekor nasional, membuat
rekor pula sebagai cabang paling banyak membawa atlet tambahan.
Hanya 27 atlet atletik dan ofisial yang ditanggung KONI Tetapi,
cabang olah raga yang dipimpln orang kuat Bob Hasan itu,
mengkatrolnya menjadi 74 orang. Membuat atletik, yang dalam SEA
Games 1981 di Manila hanya merebut 3 medali emas, menjad cabang
olah raga dengan atlet paling besar, dan diharapkan merebut 5
medali emas. Sedangkan renang, misalnya, yang dalam SEA Games
1981 merebut 16 medali, hanya mengirim 18 orang plus 3 tambahan.
Buat Bob Hasan sendiri penambahan atlet sebanyak itu memang
diperlukan. Terutama untuk memberikan kesempatan atlet-atlet
muda ambil bagian dalam pertandingan besar. "Kalau tak ada
pengalaman bertanding mereka bisa gemetaran kalau sudah harus
mengikuti kejuaraan internasional," katanya.
Untuk itu, dia harus mengeluarkan dana yang cukup besar.
Meskipun, menurut dia, uang itu bukan hanya keluar dari
kantungnya sendiri. Beberapa pengusaha di bidang komputer dan
alat-alat teknik, katanya, ikut membantu.
Menurut Ketua Kontingen, Gatot Suwagio, biaya seorang atlet
sekitar Rp 1 juta. Itu berarti cabang atletik harus mengeluarkan
sekitar Rp 47 juta untuk menanggung atlet tambahannya itu. Gatot
kelihatannya mengharapkan banyak dari atletik. "Paling tidak
cabang ini bersama loncat indah, tenis tenis meja, panahan, dan
angkat besi, bisa merebut medali yang hilang dari balap sepeda
dan senam -- dua kekuatan Indonesia yang tidak dimainkan di
Singapura," kata Gatot.
Saingan paling kuat yang mengancam kedudukan Indonesia sebagai
juara umum sejak 1977, datang dari Filipina. Untuk pertama kali
negara itu mengirimkan kontingen besar yang berkekuatan 367
orang. Pemerintahnya mengeluarkan US$ 400.000 (sekitar Rp 400
juta). "Peningkatan prestasi merupakan jawaban untuk biaya yang
besar itu," ujar Michael Keon, kemanakan Presiden Marcos yang
duduk sebagai ketua KONI-nya Filipina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini